- Oleh MC KAB LUMAJANG
- Minggu, 2 Februari 2025 | 14:03 WIB
: Seorang petani menanam pohon durian di lahan demplot desa Bontula Kecamatan Asparaga Kabupaten Gorontalo. Desa Bontula berada di kawasan Tahura BJ Habibie yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. (foto Ikra)
Oleh MC PROV GORONTALO, Sabtu, 5 April 2025 | 09:45 WIB - Redaktur: Eko Budiono - 333
Kabupaten Gorontalo, InfoPublik – Dua jenis tanaman tahunan yakni durian montong dan kakao mulai ditanam di lahan percontohan (demplot) Desa Bontula, Kecamatan Asparaga , Kabupaten Gorontalo.
Penanaman dua tanaman tahunan itu memiliki nilai ekonomi tinggi dan juga memiliki daya untuk konservasi lingkungan.
Demplot seluas 1 ha ini akan menjadi percontohan para petani dalam pengelolaan hutan kemasyarakatan (HKm) di bentang alam Taman Hutan Raya (Tahura) BJ Habibie.
Petani sangat antusias, tidak peduli teriknya matahari saat mereka juga menjalankan ibadah puasa Ramadan.
“Lumayan panasnya hari ini, jalan kaki dari kuala (sungai) ke persemaian bolak balik. Sungguh puasa yang sangat menantang,” kata staf lapangan Agraria Institute, Ikraeni Safitri, yang mendampingi kegiatan petani di Bontula , Sabtu (5/4/2025).
Agraria Institute adalah lembaga lokal yang mendorong peningkatan kesejahteraan petani di bentang alam Tahura BJ Habibie dengan menerapkan pertanian yang berkelanjutan.
Para petani yang tergabung Dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) Sri Rejeki telah lama mendapat surat keputusan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mengelola lahan HKm ini.
“Selama ini banyak petani menanam jagung, termasuk di daerah yang berkelerengan,” kata Irawan Hunowu, salah seorang petani Desa Bontula.
Lahan yang digunakan sebagai demplot tanaman buah-buahan ini milik Podu (kepala dusun) Une. Di lahan ini untuk tahap pertama ini ditanam 60 tanaman tahunan, yang terdiri dari 30 kakao dan 30 durian montong.
Meskipun tidak seluruhnya landai, para petani mampu menanami dengan jarak tertentu. Mereka bersemangat karena bibit yang ditanam adalah jenis yang cepat berbuah.
Tanaman tahunan itu diharapkan akan mampu mengurangi erosi angin dan air, menjaga ketersediaan air dan menyimpannya lebih lama di dalam tanah, menjadi habitat berkelanjutan bagi satwa liar, meningkatkan keanekaragaman hayati, meningkatkan perolehan air, Nitrogen, dan Pospor yang tersedia melalui perubahan kondisi pertumbuhan tahunan.
“Yang utama adalah buahnya memiliki nilai ekonomi, harga jualnya relativ tinggi sehingga dapat secara signifikan meningkatkan pendapaatn petani. Petani sejahtera dan lingkungan terjaga,” ujar Ikraeni.
Perjuangan keras para petani yang didampingi Agraria Institute untuk mewujudkan lahan tanaman tahunan percontohan mendapat apresiasi dari Global Environment Facility Small Grants Programme (GEF SGP) Indonesia. Lembaga ini merupakan program pendanaan lingkungan yang didukung oleh GEF yang dilaksanakan oleh UNDP mewakili lembaga-lembaga pelaksana GEF lainnya, misalnya Bank Dunia dan UNEP. (mcgorontaloprov)