Panas Bumi Punya Peran Strategis Wujudkan Swasembada Energi

: The 3th Pertamina Energy Dialog 2024 dengan tema “Optimalisasi Potensi Panas Bumi di Indonesia: Tantangan, Strategi, dan Inovasi untuk Mewujudkan Energi Berkelanjutan” di kampus Universitas Pertamina yang diselenggarakan oleh Pertamina Energy Institute pada Rabu (11/12/2024)/ foto: Pertamina


Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Kamis, 12 Desember 2024 | 23:10 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 167


Jakarta, InfoPublik  - Pertamina menyampaikan bahwa penas bumi memiliki peran strategis dalam upaya mewujdukan swasembada energi nasional.
 
Hal itu disampaikan Henricus Herwin selaku SVP Strategy & Investment PT Pertamina (Persero) saat acara The 3th Pertamina Energy Dialog 2024 dengan tema “Optimalisasi Potensi Panas Bumi di Indonesia: Tantangan, Strategi, dan Inovasi untuk Mewujudkan Energi Berkelanjutan” di kampus Universitas Pertamina yang diselenggarakan oleh Pertamina Energy Institute pada Rabu (11/12/2024).
 
Forum dihadiri pemangku kepentingan seperti Kementerian ESDM, Asosiasi Panas Bumi Indonesia, akademisi, BRIN, lembaga penelitian/riset dan organisasi profesi.
 
Henricus Herwin menyampaikan bahwa pengembangan kapasitas gas bumi menjadi salah satu dari inisiatif strategis pengembangan bisnis rendah karbon, yang juga merupakan bagian dari strategi jangka Panjang Pertamina untuk mendukung upaya mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi di Indonesia.
 
Koordinator Keteknikan dan Lingkungan Direktorat Panas Bumi Kementerian ESDM, Sahat Simangunsong, menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang besar dan beragam untuk mendukung ketahanan energi nasional sekaligus mencapai target bauran energi terbarukan.
 
Berdasarkan siaran pers Pertamina yang diterima, Kamis (12/12/2024), untuk mempercepat investasi pengembangan panas bumi telah dilakukan berbagai upaya, antara lain penerbitan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2022 yang mengatur tentang harga patokan tertinggi (HPT) pembelian tenaga listrik dan pengaturan tingkat komponen dalam negeri untuk pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan.
 
Adapun beberapa terobosan untuk mendukung pengembangan panas bumi yang sudah diluncurkan Kementerian ESDM antara lain: kemudahan proses perizinan panas bumi melalui Online Single Submission (OSS) dan pengembangan aplikasi Geothermal Energy Information System (GENESIS), yang  menyediakan akses data dan informasi mengenai sumber daya panas bumi di Indonesia.
 
Julfi Hadi, Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy, menyampaikan bahwa dukungan terhadap transisi energi dan swasembada energi, seperti yang diamanatkan oleh Presiden Prabowo, menjadi hal yang sangat penting. Panas bumi, sebagai satu-satunya energi terbarukan dengan karakteristik baseload, memiliki peran strategis dalam mendukung keberhasilan agenda ini.
 
PGE menargetkan penambahan kapasitas terpasang sebesar 1 GW dalam 2–3 tahun ke depan dan 1,5 GW pada tahun 2035. Namun, tantangan terbesar adalah menarik minat investor untuk berinvestasi di Indonesia. Untuk itu, PGE berkomitmen mengambil langkah strategis, seperti berkolaborasi dengan berbagai pihak, menurunkan biaya produksi, dan mendiversifikasi aliran pendapatan baru guna meningkatkan daya tarik investasi.
 
Prof. Ari Kuncoro, dari Universitas Indonesia, menyampaikan bahwa diperlukan dukungan insentif fiskal dari pemerintah yang tidak terlalu membebani keuangan negara. Hal ini juga dapat berbagi risiko sehingga diperlukan pendampingan melalui pasar modal atau obligasi  yang bernuansa lingkungan (green bond) dengan mengajak investor yang  concern terhadap isu lingkungan yang pada akhirnya dapat berdampak kepada masyarakat.
 
Adhitya Nugraha dari Pertamina Energy Institute menyampaikan hasil kajian benchmark-nya bahwa Indonesia termasuk dalam klaster Demand Surge. Klaster ini mempunyai karakteristik permintaan listrik tertinggi dan peluang yang besar dalam energi terbarukan.
 
Namun Indonesia mempunyai karakteristik di bawah rata-rata dalam hal investasi transisi energi dan paling rendah dalam hal harga listrik.Sehingga Indonesia perlu meningkatkan iklim investasi dan menyelesaikan berbagai tantangan sektor panas bumi, antara lain pada aspek harga pembelian listrik, skema kesepakatan, pendanaan, regulasi, dan pengembangan potensi pasar.
 
Hadir juga pada forum tersebut, Muchsin Qadir dari World Bank, Shruti Raghuram dari Rystad Energy, Dr. Nareswari Sumarsono dari PT Pertamina Power Indonesia, dan Ir. Pri Utami, M.Sc.,Ph.D., IPM Kepala Pusat Penelitian Panas Bumi FT UGM dalam diskusi pada sesi terkait peluang, tantangan dan inovasi pengembangan panas bumi di Indonesia.
 
Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina
 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Wahyu Sudoyo
  • Sabtu, 14 Desember 2024 | 00:10 WIB
Telkom Latih Ratusan Penyandang Disabilitas Keterampilan Digital selama 2024
  • Oleh MC PROV KALIMANTAN BARAT
  • Jumat, 13 Desember 2024 | 19:56 WIB
Pj Gubernur Kalbar Apresiasi DIPA 2025: Komitmen untuk Pembangunan Nasional
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Kamis, 12 Desember 2024 | 23:00 WIB
Pertamina Terus Tambah Desa Energi Berdikari
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Jumat, 13 Desember 2024 | 22:08 WIB
Pertamina Raih Penghargaan Investing on Climate Editor's Choice Award 2024
  • Oleh Wahyu Sudoyo
  • Kamis, 12 Desember 2024 | 22:13 WIB
Telkomsel Raih Penghargaan Global Telecom Awards 2024
  • Oleh Wahyu Sudoyo
  • Kamis, 12 Desember 2024 | 21:35 WIB
Telkom - Neutra DC Kolaborasi Latih UMKM Bali Gunakan AI
  • Oleh MC KOTA TIDORE
  • Kamis, 12 Desember 2024 | 23:21 WIB
DPRD Tidore Kepulauan Bergerak, Kelangkaan Minyak Tanah Jadi Sorotan