- Oleh Mukhammad Maulana Fajri
- Senin, 23 Desember 2024 | 08:33 WIB
: Wakil Menteri Perdagangan, Dyah Roro Esti memberikan sambutan utama pada acara Pertamina Portofolio Forum 2024 yang berlangsung di Jakarta, Rabu (4/12/2024)/ foto: Humas Kemendag
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Jumat, 6 Desember 2024 | 05:58 WIB - Redaktur: Untung S - 251
Jakarta, InfoPublik – Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag), Dyah Roro Esti Widya Putri, mengatakan Kementerian Perdagangan mendorong upaya bersama dalam mendukung perdagangan yang seimbang dengan melakukan adaptasi dan mitigasi iklim. Saat ini, setiap negara diharapkan dapat memberikan prioritas pada perdagangan hijau, ramah lingkungan, serta berkelanjutan.
Hal ini disampaikan Wamendag Roro dalam Pertamina Portfolio Forum 2024 yang digelar pada Rabu, (4/12/2024) di Kantor Grha Pertamina, Jakarta. Forum tersebut mengusung tema “Orchestrating a Winning Portfolio”.
“Kementerian Perdagangan mendorong upaya bersama dalam mendukung perdagangan yang seimbang dengan melakukan adaptasi dan mitigasi iklim. Kebijakan iklim memiliki irisan atau keterkaitan yang erat dengan perdagangan. Saat ini, setiap negara diharapkan dapat memberikan prioritas pada perdagangan yang hijau, ramah lingkungan, serta berkelanjutan,” ujar Wamendag Roro berdasarkan siaran pers Kemendag, Kamis (5/12/2024).
Roro menyampaikan, transisi energi merupakan upaya pemerintah menuju ekonomi hijau dalam mencegah ancaman perubahan iklim dan krisis energi. Sesuai dengan Persetujuan Paris (The Paris Agreement) pada 2016, setiap negara termasuk Indonesia telah berkomitmen untuk berkontribusi dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca (GRK). Hal ini dilakukan sebagai bentuk respon global terhadap ancaman perubahan iklim.
Menurut Wamendag Roro, Indonesia memiliki beberapa strategi utama menuju Net Zero Emissions (NZE) pada 2060. Strategi tersebut meliputi elektrifikasi dan efisiensi energi melalui peningkatan penggunaan kendaraan listrik, perluasan penggunaan energi terbarukan, serta pemanfaatan dan penyimpanan karbon.
“Kita melihat keterkaitan erat antara kebijakan iklim dengan perdagangan. Saat ini, setiap negara diharapkan dapat melakukan mitigasi dan adaptasi serta memberikan prioritas pada perdagangan yang hijau, ramah lingkungan, serta berkelanjutan,” ujarnya.
Wamendag Roro menegaskan, ketahanan energi yang mencakup energi fosil dan energi bersih merupakan prioritas utama pemerintah dengan menekankan pentingnya energi baru dan terbarukan. Selain itu, ia menekankan pentingnya peningkatan keamanan pasokan energi dan kemitraan internasional untuk memastikan keberlanjutan global (global sustainability). Hal tersebut sesuai dengan arahan Presiden RI Prabowo Subianto dalam pidatonya pada Oktober lalu.
Pada kesempatan ini, Wamendag Roro juga menjelaskan, Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) merupakan salah satu contoh terobosan antara Indonesia dengan Kanada untuk berkolaborasi di bidang mineral kritis. Melalui nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) tentang mineral kritis yang telah ditandatangani oleh kedua negara, Indonesia dan Kanada akan bekerja sama dalam beberapa hal.
“Indonesia dan Kanada akan bekerja sama dalam mengelola sumber daya secara keberlanjutan, menerapkan teknologi bersih, dan mengoptimalkan perdagangan dan investasi yang ramah lingkungan. Tidak hanya itu, Indonesia-Kanada juga akan memenuhi standar Environmental, Social, and Governance (ESG), termasuk protokol penutupan tambang dan pengurangan emisi gas rumah kaca,” ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,95 persen pada triwulan-III 2024. Pertumbuhan ini disokong oleh realisasi investasi yang mencapai Rp431,48 triliun pada triwulan-III 2024. Angka tersebut naik 15,24 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu, inflasi Indonesia relatif terkendali sebesar 1,55 persen pada November 2024 (year-on-year/YoY).
Di sisi lain, neraca perdagangan Indonesia terus mencatatkan surplus selama 54 bulan berturutturut sejak Mei 2020. Pada Januari--Oktober 2024, surplus perdagangan tercatat USD24,43 miliar. Surplus tersebut dihasilkan dari surplus nonmigas sebesar USD41,82 miliar dan defisit migas sebesar USD17,39 miliar.
Wamendag Roro mengutarakan, defisit migas mencerminkan tantangan ketahanan energi Indonesia. Namun, pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden RI Prabowo Subianto telah mencanangkan Asta-Cita. Pada butir Asta Cita kedua, ketahanan energi merupakan salah satu prioritas pemerintah di samping ketahanan pangan dan ketahanan air.
“Terkait ketahanan energi, pemerintah memiliki kebijakan neraca komoditas. Kebijakan tersebut merupakan integrasi data untuk memastikan kebutuhan dan produksi komoditas strategis secara nasional, termasuk minyak dan gas bumi. Dengan adanya kebijakan ini, transparansi dan akurasi data diharapkan dapat meningkat,” ujar Roro.
Wamendag Roro juga menyampaikan, kebijakan neraca komoditas juga diharapkan dapat mendukung pengambilan keputusan yang lebih efektif sehingga pengelolaan ekspor-impor dalam mata rantai industri migas dapat berjalan lebih efisien dan sesuai kebutuhan nyata. Hal ini merupakan bukti komitmen pemerintah dalam menopang pertumbuhan industri migas, baik di hulu maupun di hilir dengan memastikan keterlibatan produksi dalam negeri yang berdaya saing dunia.
Pada 2024, World Economic Forum melakukan penilaian terhadap 120 negara terkait kesiapan untuk transisi energi. Dari hasil penilaian tersebut, nilai indeks transisi energi Indonesia menduduki peringkat 54 dunia. Sementara di tingkat ASEAN, Indonesia mengukuhkan posisi ketiga setelah Vietnam dan Malaysia.
Lebih lanjut, Wamendag Roro menguaraikan, diversifikasi produk dan pasar merupakan kunci peningkatan ekspor. Diversifikasi produk diimplementasikan melalui kebijakan hilirisasi beberapa komoditas strategis seperti batu bara, nikel, dan kelapa sawit. Sementara itu, diversifikasi pasar dilakukan dengan membuka akses pasar ekspor melalui berbagai perjanjian perdagangan baru.
“Diversifikasi produk dan pasar menjadi kunci peningkatan nilai ekspor. Peningkatan tersebut diiringi dengan penciptaan nilai tambah komoditas sumber daya alam (SDA). Sementara itu, diversifikasi produk dijalankan melalui kebijakan hiliriasi beberapa komoditas strategis. Lebih lanjut, diversifikasi pasar dilakukan dengan membuka akses pasar ekspor melalui berbagai perjanjian perdagangan baru serta aktif dalam berbagai forum internasional,” ujar Wamendag Roro.
Wamendag Roro menyebut, beberapa elemen perdagangan internasional seperti standar, sertifikasi, dan label akan banyak digunakan kembali. Menurut Wamendag Roro, meningkatnya proteksionisme juga akan berdampak pada nilai ekspor Indonesia. Oleh karena itu, optimalisasi kerja sama perdagangan yang sudah berjalan serta diversifikasi pasar ekspor perlu dilakukan.
Turut hadir Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo dan Dony Oskaria, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung, Komisaris Utama Pertamina Muhammad Iriawan, serta Wakil Direktur Utama Pertamina Wiko Migantoro.