- Oleh Pasha Yudha Ernowo
- Selasa, 12 November 2024 | 17:19 WIB
: Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Mardyana Listyowati/ foto: humas Kemendag
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Minggu, 10 November 2024 | 08:20 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 440
Jakarta, InfoPublik – Jakarta terpilih menjadi tuan rumah penyelenggaraan pameran makanan dan minuman terbesar di dunia, yaitu SIAL Interfood ke-25 2024. Hal ini menunjukkan pengakuan dunia terhadap potensi industri makanan dan minuman Indonesia. Pameran SIAL Interfood ke-25 akan berlangsung pada 13 sampai 16 November 2024 di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta.
Hal tersebut disampaikan Direktur Pengembangan Ekspor Produk Primer Kemendag, Miftah Farid mewakili Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, pada Jumat (8/11/2024) saat konferensi pers SIAL Interfood ke-25 di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta.
“Tiga program utama Menteri Perdagangan Budi Santoso dalam lima tahun ke depan, yaitu penguatan pasar dalam negeri, perluasan pasar ekspor, dan peningkatan UMKM BISA ekspor. BISA ekspor itu artinya Berani Inovasi, Siap Adaptasi Ekspor. Dukungan Kemendag terhadap suksesnya SIAL Interfood merupakan salah satu bentuk implementasi program-program tersebut,” ujarnya dalam siaran pers Kemendag yang diterima, Sabtu (9/11/2024).
Penyelenggaraan Pameran SIAL Interfood ke-25 di Jakarta dapat mendukung kegiatan promosi dan informasi ekspor produk-produk Indonesia melalui keikutsertaan pada pameran internasional. Menurutnya produk-produk Indonesia masih diminati dan dibutuhkan konsumen global. “Salah satunya adalah produk makanan serta minuman olahan,” katanya.
Produk makanan dan minuman olahan menjadi salah satu produk ekspor unggulan Indonesia yang tumbuh 6,81 persen dalam lima tahun terakhir (2019—2023). Total nilai ekspor makanan dan minuman olahan Indonesia pada Januari—Agustus 2024 sebesar USD 3,59 miliar, meningkat 6,48 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023. Produk yang paling banyak meraih pangsa pasar dunia yaitu hasil laut seperti udang sebesar 6,88 persen, kepiting sebesar 7,32 persen, biskuit manis sebesar 7,13 persen, pasta sebesar 8,26 persen, serta makanan lainnya 13,07 persen.
Negara mitra dagang terbesar produk makanan olahan Indonesia adalah Amerika Serikat sebesar USD667,23 juta, Filipina sebesar USD507,76 juta, Malaysia sebesar USD294,31 juta, Tiongkok sebesar USD222,28 juta, dan Thailand sebesar USD194,15 juta.
Potensi produk unggulan tersebut perlu didukung oleh pencarian pasar yang potensial. Untuk itu,Indonesia saat ini giat mengembangkan pasar baru ke negara-negara nontradisional seperti ASEAN, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Asia Selatan. Pertumbuhan ekonomi yang pesat di negara-negara nontradisional yang juga berdampak pada peningkatan daya beli menjadikan pasar tersebut peluang yang sangat menjanjikan sebagai negara tujuan ekspor produk-produk Indonesia.
Seluruh pemangku kepentingan dikatakan Miftah berperan dalam memanfaatkan peluang pasar ekspor produk makanan dan minuman. “Kinerja positif ekspor produk makanan dan minuman Indonesia dapat menjadi momentum akselerasi peningkatan ekspor, termasuk memberikan kesempatan kepada produk-produk UMKM,” ujar Miftah.
Selain SIAL Interfood di Jakarta, SIAL Network juga menggelar pameran serupa di beberapa kota bisnis di dunia, yaitu Montreal dan Toronto di Kanada, Shanghai di Tiongkok, New Delhi di India, Paris di Prancis, Abu Dhabi di Persatuan Emirat Arab, dan Djazagro di Aljazair.
Miftah menyampaikan apresiasi kepada penyelenggara SIAL Interfood ke-25. Ia berharap, pameran ini akan mendorong perkembangan industri makanan dan minuman Indonesia, sekaligus berkontribusi dalam peningkatan ekspor nasional.
“Saya ucapkan selamat dan apresiasi kepada PT Kristamedia yang secara konsisten berperan aktif mempromosikan produk makanan dan minuman Indonesia ke pasar global. Kami harap, penyelenggaraan pameran ini dapat mendorong perkembangan industri makanan dan minuman Indonesia dan berkontribusi dalam peningkatan ekspor nasional,” tutur Miftah.