- Oleh Mukhammad Maulana Fajri
- Senin, 4 November 2024 | 21:51 WIB
: Mendag Budi saat memberikan sambutan di acara High Level Policy Dialogue – Action on Climate & Trade (ACT) di Hotel Park Hyatt Jakarta, Senin (4/11/2024)/ foto: Kemendag
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Senin, 4 November 2024 | 20:55 WIB - Redaktur: Untung S - 265
Jakarta, InfoPublik – Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendorong upaya bersama dalam mendukung perdagangan yang seimbang dengan kebutuhan adaptasi dan mitigasi iklim. Peran perdagangan sangat penting untuk memberikan akses terhadap produk, bahan baku, teknologi, serta jasa yang diperlukan dalam mendukung perdagangan hijau dan berkelanjutan.
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menekankan pentingnya kolaborasi dan sinergi antarkementerian untuk membangun kebijakan di level nasional yang seirama dan kondusif.
Hal itu disampaikan oleh Mendag Budi saat membuka dialog kebijakan tingkat tinggi, High Level Policy Dialogue – Action on Climate & Trade (ACT), di Hotel Park Hyatt Jakarta, Senin (4/11/2024). Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama antara Kemendag, Bank Dunia, Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan Forum Ekonomi Dunia (WEF). High Level Policy Dialogue ACT adalah bagian dari rangkaian kegiatan ACT Final Workshop yang berlangsung dari 4 hingga 8 November 2024.
“Untuk mendorong perdagangan yang seimbang dengan kebutuhan adaptasi dan mitigasi iklim, diperlukan upaya bersama yang didukung kebijakan dari semua pihak. Kolaborasi dan sinergi antarkementerian sangat penting untuk membangun kebijakan yang seirama dan kondusif,” ujar Mendag Budi.
Menurut Mendag Budi, dialog itu penting karena membahas prioritas masing-masing kementerian agar sejalan dan mendukung visi Indonesia Emas 2045, terutama dalam mengatasi tantangan perubahan iklim dalam perdagangan.
“Indonesia memiliki visi menuju Indonesia Emas 2045 sebagai negara maju dan berpendapatan tinggi dengan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen. Oleh karena itu, dukungan dan ekspansi sektor perdagangan sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut,” ungkapnya.
Namun demikian, Budi mengingatkan bahwa isu geopolitik, geoekonomi, dan perubahan iklim menjadi tantangan tersendiri. “Kita harus mampu mengubah tantangan ini menjadi peluang yang dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” jelas Mendag Budi.
Mendag Budi juga menekankan pentingnya bagi Indonesia untuk memahami situasi dan tujuan di masa depan dalam menghadapi perubahan iklim. Perubahan iklim akan berdampak pada berbagai sektor perdagangan, sehingga Indonesia perlu merumuskan kebijakan yang tepat dan bermanfaat bagi seluruh pemangku kepentingan, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Indonesia harus mampu beradaptasi dan memitigasi perubahan iklim, serta melindungi masyarakat dengan memberikan masa depan dan kualitas hidup yang lebih baik. Perdagangan adalah solusi untuk menyeimbangkan kebutuhan-kebutuhan tersebut,” ujar Budi.
Mendag Budi mengapresiasi tim ACT yang telah mendukung Indonesia dalam mengembangkan sejumlah rekomendasi kebijakan komprehensif dan menghargai seluruh tamu serta peserta yang hadir.
“Kehadiran Bapak dan Ibu hari ini menunjukkan keinginan untuk berkolaborasi dan bertindak bersama demi mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Semoga dialog hari ini dapat menjadi jalan untuk memperluas perspektif serta membangun kebijakan yang lebih sinergis dan kondusif untuk perdagangan dan perubahan iklim,” kata Mendag Budi.
Hadir sebagai narasumber pada dialog ini adalah Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Perdagangan Internasional dan Kerja Sama Multilateral, Mari Elka Pangestu; Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, Amalia Widyasanti; Sekretaris Badan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan, Ari Satria; Direktur Pengembangan, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup Kementerian Luar Negeri, Tri Purnajaya; serta Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia, Yose Rizal Damuri, dengan moderator Rahma Alia.