- Oleh Eko Budiono
- Rabu, 20 November 2024 | 09:45 WIB
: Foto: Tangkapan Layar Kanal Youtube OJK TV/Ismadi Amrin
Jakarta, InfoPublik – Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Oktober 2024 menyatakan bahwa stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia tetap terjaga meskipun di tengah meningkatnya risiko geopolitik dan melemahnya aktivitas perekonomian global.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, dalam konferensi pers terkait Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK hasil RDKB Oktober 2024 di Jakarta, pada Jumat (1/11/2024).
Mahendra menambahkan bahwa perlambatan pertumbuhan di beberapa negara utama serta ketidakpastian geopolitik menjadi tantangan utama bagi perekonomian global saat ini. Perekonomian Amerika Serikat menunjukkan perkembangan yang lebih baik dari ekspektasi awal, didorong oleh soliditas pasar tenaga kerja dan membaiknya permintaan domestik. Di Eropa, aktivitas perekonomian juga mulai menunjukkan perbaikan, tercermin dari meningkatnya penjualan ritel, meskipun sektor manufaktur masih mengalami tekanan.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada kuartal ketiga 2024 masih menunjukkan perlambatan, baik dari sisi permintaan maupun penawaran. Hal ini mendorong pemerintah dan bank sentral Tiongkok untuk terus mengeluarkan stimulus guna mendukung sektor riil dan kembali melonggarkan kebijakan moneter.
Ia menjelaskan bahwa meningkatnya risiko geopolitik global turut menjadi tantangan bagi prospek perekonomian ke depan, terutama terkait eskalasi konflik di Timur Tengah dan dinamika politik di AS menjelang pemilihan presiden pada November 2024. Instabilitas yang terjadi di Timur Tengah menyebabkan harga komoditas safe haven, seperti emas, mengalami kenaikan.
Mahendra mengungkapkan bahwa perkembangan tersebut menyebabkan premi risiko meningkat dan kenaikan yield secara global, yang berdampak pada aliran modal keluar (outflow) dari negara-negara emerging markets, termasuk Indonesia. Akibatnya, pasar keuangan di negara-negara emerging markets mayoritas mengalami pelemahan.
"Kinerja perekonomian secara umum masih terjaga stabil di tengah lemahnya kondisi perekonomian global. Inflasi inti terjaga, dan neraca perdagangan masih mencatat surplus sejak Juli 2024. Namun, perlu dicermati bahwa Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur masih berada di zona kontraksi, dan pemulihan daya beli berlangsung relatif lambat," pungkas Mahendra.