- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Minggu, 17 November 2024 | 20:36 WIB
: GMNI menggelar FGD dengan tema
Oleh Jhon Rico, Kamis, 10 Oktober 2024 | 14:30 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 487
Jakarta, InfoPublik - Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) bersama Radio Republik Indonesia (RRI) menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan tema "Kedaulatan dan Ketahanan Energi Nasional: Percepatan Implementasi PLTN Menuju Indonesia Emas 2045" di Auditorium RRI, Jakarta Pusat, Kamis (10/10/2024).
Ketua Harian DPP Persatuan Alumni GMNI Arudji Wahyono menyatakan, bahan bakar fosil mengakibatkan emisi yang terus meningkat. Emisi karbon yang tinggi, terutama dari pembakaran bahan bakar fosil, telah menyebabkan peningkatan suhu global, perubahan cuaca yang ekstrem, dan ancaman serius terhadap lingkungan dan kehidupan manusia.
"Terlebih pengurangan emisi di seluruh dunia itu sudah mulai dilakukan. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki target yang tadinya 20 persen penggunaan energi di zaman SBY, dinaikkan jadi 30 persen," kata Arudji Wahyono.
Oleh karena itu, terang dia, perlu adanya dorongan terkait percepatan implementasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) menuju optimalisasi pemanfaatan Energi Baru dan Energi Terbarukan (EBET).
"Hal ini yang menjadi konsen kami untuk tidak lagi menggunakan energi fosil tapi harus energi baru dan terbarukan," ujar dia.
Sementara itu, Ketua DPP PA GMNI Bidang Energi dan Lingkungan Priyatno menjelaskan, bahwa Indonesia perlu meningkatkan kedaulatan energi melalui produktivitas energi. Faktor penting dalam kedaulatan energi adalah ketahanan dan kemandirian energi.
"Jadi kita harus berdaulat dan kita harus mampu berdikari dalam bidang energi. Untuk alternatif salah satunya nuklir. Bukan nuklir satu- satunya berdiri sendiri, itu juga tidak bisa. Tapi kita harus membuka semua opsi. Itu namanya kita berdaulat tidak ditentukan oleh orang lain," tegas dia.
Oleh karena itu, terang dia, ada empat pembahasan dalam FGD ini diantaranya, investasi dan ekonomi, kebijakan dan regulasi, kesiapan dan teknologi (kesiapan dalam hal ini pendidikan dan masyarakat), serta teknologi termasuk pemilihan lokasinya.
Dengan begitu, jelas dia, diharapkan PLTN dapat menjadi solusi berkelanjutan dan bersrandar keselamatan yang tinggi.
Hadir pembicara dalam kegiatan ini Pengembang Teknologi Nuklir BRIN, Dr. Suparman, Ahli Geopolitik Dr. Ir. Hasto Kristiyanto, M.M, dan Ketua Dewan Pakar Badan Kejuruan Teknik Nuklir dan Persatuan Insinyur Indonesia, Prof. Dr. Ir. Anhar Riza, Antariksawan.