Industri Daur Ulang di Indonesia Berpotensi Serap 3 Juta Tenaga Kerja

: Seorang perajin memperlihatkan jam dinding dari limbah plastik di Padang, Sumatera Barat, Senin (26/2/2024). Pemanfaatan sampah plastik daur ulang yang dijadikan produk mebel, jam dinding dan suvenir tersebut di jual dengan harga Rp12 ribu hingga Rp500 ribu per satuannya. ANTARA FOTO/Muhammad Arif Pribadi/nz


Oleh Isma, Kamis, 3 Oktober 2024 | 18:13 WIB - Redaktur: Untung S - 479


Jakarta, InfoPublik – Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, menyampaikan bahwa industri daur ulang di Indonesia memiliki potensi besar dalam penyerapan tenaga kerja. Dalam sektor ini, penyerapan tenaga kerja untuk pemulung diproyeksikan mencapai 3 juta orang, kolektor 120 ribu, millers 40 ribu, buruh pabrik 100 ribu, penjualan produk daur ulang 60 ribu, dan industri terkait 40 ribu.

Pernyataan ini disampaikan Amalia dalam peresmian The Circular Fashion Partnership Indonesia di Jakarta, Kamis (3/10/2024). Ia menambahkan bahwa industri daur ulang juga memiliki potensi investasi yang diperkirakan mencapai Rp5,15 triliun. Potensi ekspor pun meningkat, terutama karena China menutup pabrik daur ulang plastik berkapasitas 9 juta ton per tahun.

"Dari sisi investasi, diperkirakan mampu mencapai Rp5,15 triliun. Industri ini juga memiliki potensi ekspor yang besar," kata Amalia.

Amalia menekankan pentingnya pembangunan ekosistem yang memadai untuk menunjang industri daur ulang, khususnya di sektor tekstil. Ekosistem itu mencakup pengumpul pakaian bekas, pembeli siaga (offtaker), serta fasilitas pengelolaan daur ulang yang memadai.

Potensi Ekonomi dan Tenaga Kerja

Industri daur ulang di Indonesia tidak hanya berdampak pada pengurangan limbah, tetapi juga memiliki potensi ekonomi yang luar biasa dari hulu hingga hilir. Penyerapan tenaga kerja dalam sektor ini dinilai cukup besar, mulai dari pemulung hingga pekerja pabrik.

"Potensi ekonominya sangat besar, mulai dari pemulung yang mendapatkan pekerjaan dan nilai tambah, hingga kolektor, millers, buruh pabrik, dan lainnya. Pasar ekspornya juga terdampak positif," jelas Amalia.

Meningkatkan Pendapatan Per Kapita

Lebih lanjut, Amalia menegaskan bahwa ekonomi sirkular di sektor tekstil perlu didorong agar mampu meningkatkan pendapatan per kapita serta menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan. Industri ini dianggap sebagai pekerjaan yang ramah lingkungan, sekaligus berpotensi memberikan penghasilan yang lebih baik bagi masyarakat.

"Saya yakin, jika kita dorong penerapan ekonomi sirkular di industri tekstil, ini bisa meningkatkan pendapatan per kapita dan lapangan pekerjaan, sekaligus mendukung lingkungan yang lebih baik," ujar Amalia.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Kamis, 21 November 2024 | 21:19 WIB
Perluas Kesempatan Kerja, Menaker Yassierli Buka Jaknaker Expo 2024
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Selasa, 19 November 2024 | 01:00 WIB
Kementerian PU - Bappenas Perkuat Koordinasi untuk Wujudkan Asta Cita
  • Oleh Dian Thenniarti
  • Jumat, 15 November 2024 | 06:00 WIB
PTDI Didorong Perkuat Industri Dirgantara Indonesia dengan Inovasi Pesawat N219
  • Oleh MC PROV JAWA TIMUR
  • Jumat, 8 November 2024 | 03:03 WIB
Kampung Tematik: Wujud Pengembangan Ekonomi Sirkular Berkelanjutan di Surabaya
  • Oleh MC KAB INDRAMAYU
  • Jumat, 25 Oktober 2024 | 20:28 WIB
Pabrik Sepatu Krangkeng, Tonggak Baru Kesejahteraan Masyarakat Indramayu
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Kamis, 24 Oktober 2024 | 22:37 WIB
Kementerian PANRB Percepat Aksesi Indonesia ke OECD dengan Fokus pada Pelayanan Publik