- Oleh MC KOTA TIDORE
- Rabu, 18 Desember 2024 | 16:14 WIB
: Foto: Humas KKP
Jakarta, InfoPublik – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mempercepat upaya pengembangan program hilirisasi rumput laut dengan mengembangkan kawasan percontohan atau modeling, terutama di wilayah Indonesia Timur. Salah satu wilayah yang menjadi fokus pengembangan adalah Maluku Tenggara, yang ditargetkan sebagai pusat modeling budi daya rumput laut.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Tb Haeru Rahayu, menjelaskan bahwa Maluku Tenggara dipilih atas arahan langsung Presiden Joko Widodo, karena daerah ini memiliki potensi besar untuk pengembangan budi daya rumput laut. "Menurut data Dinas Perikanan Kabupaten Maluku Tenggara, terdapat lahan potensial sebesar 8,6 ribu hektare dengan 2,2 ribu pembudi daya rumput laut," ungkap Tebe dalam siaran resmi KKP pada Jumat (6/9/2024).
Namun, potensi besar ini belum dimanfaatkan sepenuhnya. "Saat ini, hanya sekitar 9,7 persen dari lahan tersebut yang termanfaatkan. KKP hadir melalui program modeling untuk mendorong pemanfaatan lahan budi daya rumput laut di sana," lanjutnya.
Tebe juga menambahkan bahwa Maluku Tenggara dikenal memiliki kualitas rumput laut terbaik di dunia, dengan musim tanam yang berlangsung dari Maret hingga Oktober. "Daerah ini sangat cocok untuk pengembangan budi daya rumput laut," jelasnya.
Menurut data KKP, produksi rumput laut di Maluku Tenggara terus meningkat meskipun pandemi COVID-19 melanda. Pada 2023, produksi mencapai 40 ribu ton rumput laut basah. "Budidaya rumput laut di sini menjadi sumber penghidupan utama bagi masyarakat pesisir dan mendukung perekonomian kawasan," tambah Tebe.
Seperti halnya di Rote Ndao, KKP juga akan membangun unit produksi bibit rumput laut (UPBRL) berbasis kultur jaringan, kebun starter, dan kebun bibit di Maluku Tenggara. "Kami berharap pemerintah daerah dapat mengelola dan mengoperasionalkan modeling ini dengan baik, khususnya dalam penyediaan SDM untuk produksi bibit rumput laut," tegas Tebe.
Penjabat Bupati Maluku Tenggara, Jasmono, mengapresiasi perhatian KKP dan Menteri Sakti Wahyu Trenggono atas penetapan Maluku Tenggara sebagai lokasi modeling budi daya rumput laut. "Penetapan ini memberikan peluang besar bagi pembangunan perikanan berbasis ekonomi biru, khususnya dalam pengembangan rumput laut berorientasi ekspor," ungkap Jasmono.
Jasmono menambahkan bahwa Maluku Tenggara siap mendukung program modeling ini dengan sumber daya manusia yang telah dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan pembudidaya rumput laut, terutama dalam penyediaan bibit. "Kami yakin geliat budi daya rumput laut di Maluku Tenggara akan terus tumbuh dengan adanya program ini," tandasnya.
Sebagai informasi, Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon diberi mandat untuk melakukan pembinaan dan pendampingan pada modeling budidaya rumput laut di Maluku Tenggara. BPBL Ambon juga bertanggung jawab menyalurkan bantuan bibit rumput laut berkualitas kepada kelompok pembudi daya di Maluku, NTB, Maluku Utara, dan Papua Barat.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono sebelumnya telah menetapkan rumput laut sebagai salah satu dari lima komoditas unggulan ekspor perikanan Indonesia. Pengembangan modeling budi daya rumput laut ini bertujuan untuk mendorong hilirisasi dan menjadikan rumput laut sebagai komoditas unggulan di pasar global.