- Oleh Mukhammad Maulana Fajri
- Kamis, 19 Desember 2024 | 10:55 WIB
: Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut B. Pandjaitan saat memberikan sambutan dalam Sesi Tematik Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta, Jumat (6/9). Foto: Humas Marves
Oleh Fatkhurrohim, Jumat, 6 September 2024 | 15:39 WIB - Redaktur: Untung S - 301
Jakarta, InfoPublik – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) RI, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan keyakinannya bahwa Global Blended Finance Alliance (GBFA) dapat menjadi solusi strategis untuk mengatasi tantangan perubahan iklim dan mempercepat pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Aliansi keuangan global ini, yang diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia bersama delapan calon anggota pendiri lainnya, diharapkan mampu menjembatani kesenjangan pembiayaan aksi iklim dengan memanfaatkan mekanisme pendanaan yang inovatif.
"Saya sungguh-sungguh yakin bahwa GBFA berperan sebagai alat strategis dalam mendukung transisi energi dan aksi iklim global," ujar Luhut dalam sesi tematik di Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta Convention Center, Jumat (6/9/2024).
GBFA hadir sebagai respons terhadap kebutuhan mendesak untuk memobilisasi keuangan bagi negara-negara berkembang dalam mengimplementasikan aksi iklim. Sistem blended finance yang disepakati pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP28) di Dubai diharapkan mampu membuka modal swasta guna mempercepat tindakan nyata dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Menko Luhut menegaskan bahwa Indonesia berkomitmen membawa inisiatif ini ke COP29 di Baku, dengan tujuan memperluas kolaborasi dan menarik anggota baru ke dalam aliansi. GBFA juga berkomitmen untuk mendukung negara-negara berkembang dalam mengembangkan proyek-proyek terkait SDGs dan aksi iklim, serta memperkuat kolaborasi South-South.
Langkah itu juga selaras dengan agenda Indonesia-Africa Forum ke-3 yang diadakan pada awal September, yang bertujuan memperkuat kerja sama di bidang ekonomi, ketahanan pangan, dan energi antara negara-negara berkembang. Menko Luhut melihat sinergi ini sebagai bagian dari upaya bersama untuk mengatasi tantangan iklim global dengan memperkuat jaringan antarnegara berkembang.
Selain itu, Luhut menekankan bahwa kolaborasi dengan mitra pengetahuan strategis sangat penting untuk mendukung misi GBFA. Kerja sama ini diperlukan dalam merancang program-program efektif, memobilisasi dana, serta memajukan proyek-proyek konkret yang mampu menghadapi krisis iklim secara global.
Dengan adanya GBFA, Luhut berharap dapat tercipta momentum baru yang akan mempercepat implementasi aksi iklim, terutama di negara-negara berkembang yang membutuhkan dukungan finansial dan teknologi. Pendekatan inovatif ini dinilai mampu mendorong keberlanjutan yang lebih inklusif dan mempercepat pencapaian target SDGs yang telah ditetapkan.
GBFA diharapkan tidak hanya menjadi inisiatif yang mempertemukan berbagai pemangku kepentingan, tetapi juga menjadi platform yang memberikan solusi nyata bagi tantangan perubahan iklim, energi bersih, dan pembangunan berkelanjutan.