:
Oleh R.M. Goenawan, Rabu, 6 Januari 2016 | 11:39 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 500
Jakarta, InfoPublik - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memprediksi kebutuhan gas domestik akan melampaui kebutuhan ekspor dengan porsi 61%.
"Ke depan kami prediksi kebutuhan domestik untuk gas akan lebih besar dengan porsi 61% bagi penyaluran ke domestik," kata Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi di Jakarta, Rabu (6/1).
SKK Migas mencatat pasokan gas domestik meningkat dengan rata-rata sembilan persen per tahun selama periode 2003-2015.
Amien menjelaskan, berdasarkan data SKK Migas, penyaluran gas domestik meningkat selama dua tahun terakhir yakni pada 2014 penyalurannya sekitar 3.785 British thermal unit per hari (BBTUD) atau 50%. Kemudian pada 2015 penyalurannya sekitar 3.848 BBTUD atau 53%, dan 2016 diprediksi penyalurannya mencapai 4.144 BBTUD atau sekitar 61% dan sisanya disalurkan untuk ekspor.
Sebelumnya, pemanfaatan gas bumi untuk 2015 telah dialokasikan untuk LNG Domestik sebanyak 4,41%, LNG ekspor sebanyak 32,1%, ekspor gas pipa sebanyak 12,89%, BBG transportasi sebanyak 0,03%, lifting minyak 3,99%, industri 18,65%, pupuk 70,89%, kelistrikan 13,86%, dan elpiji domestik 3,12%.
"Namun, untuk kelistrikan realisasi lebih rendah yakni 939,11 BBTUD dari yang kontrak 1273,3 BBTUD. Untuk pupuk juga lebih rendah yakni 737,46 BBTUD dari kontrak yang berjalan 796,96 BBTUD. Untuk ekspor gas pipa lebih rendah karena gas pipa kita gas Singapura dan di sana ada LNG," ujarnya.
Tidak terealisasinya penyaluran gas untuk listrik dan industri, menurutnya, lantaran pemangku kepentingan dalam bidang tersebut tidak terlalu terampil mengolahnya ditengah pasokan gas di yang sangat banyak. "Kami sendiri tidak terlalu tahu detail kenapa gas untuk listrik pupuk dan industri tidak terampil seluruhnya. Padahal banyak pihak bilang kalau pasokan gas harus lebih banyak. Saat sudah diberikan pasokan domestik tidak diambil juga," pungkasnya.