- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Rabu, 18 Desember 2024 | 21:47 WIB
: Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno dalam MICE to Meet You yang berlangsung di Black Stone Yacht Beach Club Marina Benoa, Bali, Senin (2/9/2024). Foto: Biro Komunikasi Kemenparekraf
Oleh Untung Sutomo, Selasa, 3 September 2024 | 10:55 WIB - Redaktur: Untung S - 209
Bali, InfoPublik – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, mengungkapkan bahwa industri MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions) telah menjadi salah satu industri andalan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dalam tiga tahun berturut-turut.
Dalam acara MICE to Meet You yang berlangsung di Black Stone Yacht Beach Club Marina Benoa, Bali, pada Senin (2/9/2024), Sandiaga menyatakan bahwa keberhasilan itu tidak terlepas dari peran Indonesia sebagai tuan rumah berbagai event bergengsi dunia, seperti KTT G20, Keketuaan ASEAN, World Water Forum 2024, World Conference on Creative Economy (WCCE), High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF-MSP) 2024, dan Indonesia-Africa Forum (IAF) ke-2.
“Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berjuang sehingga kita ada di titik ini. Kami bersyukur bahwa Bali mengalami pemulihan lebih cepat dari perkiraan sebelumnya pada 2025. Data menunjukkan bahwa Bali sudah mencapai angka di atas sebelum pandemi. MICE menjadi andalan kami dalam tiga tahun berturut-turut,” ujar Sandiaga.
Ia menambahkan bahwa kedatangan di pintu internasional menunjukkan angka positif, dengan peningkatan antara 15 hingga 20 persen. Data BPS menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara telah mencapai 7,7 juta, di mana 45 persen di antaranya masuk ke Bali.
“Ini menunjukkan pariwisata Indonesia stabil, jauh dari angka sebelum pandemi,” kata Sandiaga.
MICE Indonesia kini berada di posisi ke-4 di kawasan Asia Tenggara, dan Bali masih menjadi salah satu destinasi pilihan untuk berbagai penyelenggaraan event internasional, bahkan termasuk dalam top 3 negara tujuan perjalanan insentif se-Asia Pasifik.
Namun, pemerintah pusat, Pemerintah Daerah Bali, dan pihak terkait lainnya terus berupaya memetakan masalah yang terjadi di Bali, termasuk penyebaran wisatawan ke Bali Utara, Bali Timur, dan Bali Barat. Langkah ini diambil untuk menciptakan kesejahteraan yang lebih merata di seluruh wilayah Bali dan mencegah terjadinya overtourism di wilayah Bali Selatan.
Salah satu hambatan yang dihadapi adalah aksesibilitas, terutama infrastruktur jalan yang belum mendukung mobilisasi pengunjung dari Bali Selatan ke bagian Bali lainnya. Oleh karena itu, Sandiaga mengusulkan tiga pendekatan: pendekatan jangka pendek dengan penggunaan fast boat untuk menjangkau Bali Utara, Timur, dan Barat dari Banyuwangi; pembangunan jalan tol sebagai langkah jangka menengah; dan pemikiran tentang bandara baru sebagai solusi jangka panjang.
“Tentunya, pariwisata di Bali tetap akan berbasis pada pariwisata budaya, berkearifan adat dan istiadat, berbasis komunitas, namun kita juga perlu memeratakan penyebaran pengunjung ke seluruh Pulau Bali,” jelas Sandiaga.
Hadir mendampingi Menparekraf Sandiaga, Sekretaris Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) Kemenparekraf/Baparekraf, Ni Komang Ayu Astiti.