- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Minggu, 3 November 2024 | 06:21 WIB
: Menparekraf, Sandiaga Salahuddin Uno saat konferensi pers di Media Center HLF MSP 2024 dan IAF Nusa Dua Bali, Selasa (3/9/2024)/ Amiriyandi InfoPublik.
Badung, InfoPublik – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, menyatakan bahwa perhelatan High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnership (HLF MSP) 2024 dan Indonesia Africa Forum (IAF) ke-2 di Bali menjadi ajang promosi destinasi wisata Indonesia.
"Ternyata ini menjadi sarana promosi yang sangat efektif dalam memperkuat brand image Indonesia," kata Sandiaga Uno saat konferensi pers di Media Center HLF MSP 2024 dan IAF Nusa Dua Bali, Selasa (3/9/2024).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kunjungan wisatawan dari negara-negara Afrika meningkat signifikan. Hal itu disebabkan oleh benua Afrika yang memiliki pasar yang besar dan sumber daya yang melimpah.
"Kami melihat pertumbuhan signifikan ini perlu kita dorong lagi dengan rangkaian kegiatan yang bisa memperkuat kerja sama antara Afrika dan Indonesia, terutama di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif," ujar Sandiaga.
Dari lima negara Afrika yang paling banyak mengirimkan wisatawan, Afrika Selatan mencatat hampir 15.000 kunjungan. Diikuti oleh wisatawan dari Mesir, Maroko, Tunisia, dan Kenya. Para wisatawan dari Afrika tersebut memasuki Indonesia melalui Bali, Jakarta, Kepulauan Riau, Sumatra Utara, dan Lombok.
Wisatawan dari Afrika, yang berusia sekitar 35-40 tahun, rata-rata tinggal selama 17 hari. Mereka berkunjung sebagai solo traveler, grup traveler, maupun keluarga. Destinasi yang paling disukai meliputi alam, pantai, dan wisata religi, dengan rata-rata pengeluaran mencapai Rp38 juta atau sekitar 2.500 dolar.
"Jadi, banyak juga yang datang ke Indonesia untuk wisata religi dan melihat kebudayaan serta adat istiadat setempat," jelasnya.
Ia menekankan bahwa Pulau Bali masih menjadi magnet utama bagi wisatawan dari Afrika, berkat hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Afrika yang terjalin baik sejak Konferensi Asia-Afrika 1955.
Di HLF MSP 2024 dan IAF ke-2 di Bali, ada beberapa kerja sama di bidang pariwisata yang dilakukan pemerintah Indonesia dengan negara-negara Afrika, termasuk Mesir, Sudan, Aljazair, dan lainnya.
"Komitmen Bapak Presiden Joko Widodo dan presiden terpilih juga dituangkan dalam beberapa Nota Kesepahaman (MoU)," terang Sandiaga.
Menurutnya, Indonesia juga masih menjajaki kerja sama di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif dengan tiga negara Afrika yang memiliki ekonomi terbesar, yaitu Nigeria, Afrika Selatan, dan Angola. Termasuk kerja sama di bidang sumber daya manusia, di mana mahasiswa-mahasiswa Afrika tertarik untuk belajar di Politeknik Pariwisata Indonesia yang dikelola oleh Kemenparekraf.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Asia, Pasifik, dan Afrika (Dirjen Aspasaf) Kementerian Luar Negeri RI, Abdul Kadir Jailani, menyatakan bahwa nilai total komitmen kerja sama Indonesia dengan negara-negara Afrika pada IAF ke-2 2024 meningkat signifikan, mencapai US$3,5 miliar (Rp54,3 triliun), dibandingkan dengan IAF pertama pada 2018 yang menghasilkan US$568 juta (Rp8,8 triliun).
Beberapa pencapaian penting dari IAF ini mencakup penandatanganan sejumlah Nota Kesepahaman (MoU) dan perjanjian kerja sama strategis, seperti pengembangan energi panas bumi antara PT PLN dengan TANESCO Tanzania, Master Agreement mengenai kerja sama transfer teknologi kesehatan antara Biofarma dengan Atlantic Lifescience Ghana, dan Letter of Intent (LOI) antara PT Dirgantara Indonesia dengan AD Trade untuk memfasilitasi pembelian dan perawatan pesawat oleh Kongo dan Senegal.
Selain aspek kerja sama ekonomi, IAF II juga menjadi platform untuk menghidupkan kembali semangat Bandung, yang merupakan warisan penting dari Konferensi Asia-Afrika 1955, sebagai tonggak sejarah dan pondasi hubungan Indonesia-Afrika.