Universitas Brawijaya Gandeng Intelijen Bendung Paham Radikal

:


Oleh Reporter, Selasa, 5 Juni 2018 | 10:25 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 469


Malang, InfoPublik - Diindikasi sudah terpapar paham radikal, Universitas Brawijaya (UB) Malang menggandeng intelijen untuk melihat pergerakan mahasiswa, termasuk dari luar kampus.

"Kami memang minta bantuan intelijen untuk melihat pergerakan mahasiswa, terutama yang dari luar kampus. Dan, biasanya ketika ada mahasiswa yang meresahkan atau menrugikan, intel yang menghubungi saya langsung," kata Rektor UB Prof Muhammad Bisri di Malang, Jawa Timur, Selasa (5/6).

Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) merilis tujuh kampus yang diduga kuat menjadi lahan subur tumbuhnya radikalisme, yakni Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (IPB), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Diponegoro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Brawijaya (UB).

Berdasarkan pantauan BNPT, Fakultas Eksakta dan Kedokteran di UB terpapar radikalisme. Menanggapi hal ini, Muhammad Bisri mengakui pihaknya (internal rektorat) tidak mungkin mengawasi setiap kegiatan mahasiswa secara detail karena jumlah mahasiswa di kampus ini lebih dari 60 ribu. "Memang susah, nantinya wakil rektor (WR) III yang akan berkoordinasi dengan intelijen," ujarnya seperti diberitakan antaranews.com.

Selain itu, organisasi atau unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang ditengarai bisa menjadi salah satu masuknya radikalisme, juga sudah dipantau, termasuk organisasi ekstra kampus juga diawasi. Sedangkan organisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) bisa terlihat dan mereka tidak ada masalah.

Menurut dia, yang tidak terdeteksi adalah mereka yang begerak dengan sembunyi-sembunyi, khususnya yang tidak terorganisir atau bergerak secara individual. "Ini juga susah dipantau oleh rektorat. Dulu sempat akan melarang satu organisasi yang dianggap radikal untuk tidak melakukan kegiatan terbuka di UB, sayangnya sampai sekarang prosesnya masih alot," katanya.

Namun, lanjutnya, sekarang sudah dilarang oleh pemerintah, mau tidak mau organisasi itu wajib bubar, sehingga sekarang lebih enak pengawasannya.

Selain menggandeng intelijen, kata Bisri, pihaknya juga melakukan langkah internal, yakni memperkuat karakter moralnya, di masjid-masjid sudah ada penguatan karakter bagi mahasiswa. Selain itu, ada mata kuliah yang sudah dirancang dengan memasukkan poin-poin Pembinaan Karakter Berbasis Religi (PKBR).

PKBR merupakan pembinaan kepribadian yang berhubungan dengan keagamaan. Hanya saja, implementasinya tidak selalu berhubungan dengan ketuhanan. PKBR juga membantu mahasiswa membentuk kepribadian profesional. "Mata kuliah ini sudah dipetakan dengan baik," ujarnya.