Indonesia Konsisten Catat Surplus Perdagangan di Tengah Penurunan Ekspor

: Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan/ foto: Kemendag


Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Kamis, 18 Juli 2024 | 12:40 WIB - Redaktur: Untung S - 170


Jakarta, InfoPublik– Neraca perdagangan Indonesia Juni 2024 kembali mencatatkan surplus sebesar USD2,39 miliar. Surplus itu terdiri atas surplus nonmigas sebesar USD4,43 miliar dan defisit migas sebesar USD2,04 miliar. Surplus tersebut melanjutkan tren surplus secara beruntun selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Berdsarkan siaran pers Kemendag yang InfoPublik terima pada Rabu (17/7/2024), secara kumulatif pada semester I (Januari sampai Juni) 2024, neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD15,45 miliar. Surplus itu lebih rendah dari surplus periode yang sama tahun sebelumnya dengan nilai USD19,92 miliar. Surplus semester I 2024 terdiri dari surplus nonmigas sebesar USD25,55 miliar dan defisit migas sebesar USD10,11 miliar. 

“Kemendag optimis tren surplus ini dapat dipertahankan meskipun surplus neraca perdagangan Indonesia Semester I 2024 turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Momentum ini harus dimanfaatkan untuk meningkatkan ekspor melalui sejumlah strategi," ujar Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan. 

Zulkifli Hasan menyebut, beberapa strategi tersebut, di antaranya dengan memperkuat transformasi struktur ekspor serta memperluas pasar ekspor ke ASEAN, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin. "Kemendag juga memperkuat peran perwakilan perdagangan luar negeri dan digitalisasi perdagangan,” ujarnya.

Zulkifli Hasan menjelaskan, selama Juni 2024, negara-negara mitra dagang utama seperti India, Amerika Serikat (AS), dan Filipina masih menyumbang surplus perdagangan terbesar dengan total mencapai USD3,16 miliar. Sementara penyumbang defisit perdagangan terdalam adalah Singapura, Tiongkok, dan Australia dengan total defisit sebesar USD 2,27 miliar.

Harga Komoditas Turun, Ekspor Melemah

Pada Juni 2024, ekspor Indonesia tercatat sebesar USD 20,84 miliar. Nilai itu turun 6,65 persen dibanding bulan sebelumnya (MoM), tetapi tetap mengalami peningkatkan sebesar 1,17 persen dibanding Juni tahun sebelumnya (YoY). Pelemahan ekspor pada Juni 2024 dipicu pelemahan ekspor nonmigas sebesar 6,20 persen dan migas sebesar 13,24 persen dibandingkan Mei 2024 (MoM).

Secara rinci, Zulkifli Hasan menjelaskan, pelemahan kinerja ekspor terjadi pada seluruh sektor. Pertambangan menjadi sektor yang mengalami kontraksi terdalam sebesar 25,09 persen, diikuti pertanian sebesar 1,49 persen, dan industri pengolahan sebesar 1,44 persen (MoM).

“Penurunan harga komoditas global, terutama komoditas ekspor utama Indonesia, mempengaruhi dinamika ekspor Juni 2024. Dibanding bulan sebelumnya (MoM), harga komoditas batu bara turun 4,87 persen; nikel 10,67 persen; tembaga 4,84 persen; serta emas 1,05 persen," jelas Zulkifli Hasan. 

Beberapa produk dengan penurunan ekspor terdalam pada Juni 2024, di antaranya logam mulia, perhiasan/permata (HS 71) turun 45,76 persen; nikel dan barang daripadanya (HS 75) 25,20 persen; ampas/sisa industri makanan (HS 23) 19,56 persen; alas kaki (HS 64) 18,96 persen; serta berbagai produk kimia (HS 38) 14,43 persen (MoM).

Di tengah penurunan tersebut, ekspor beberapa produk nonmigas Indonesia justru mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya (MoM). Beberapa produk tersebut di antaranya lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) yang naik signifikan sebesar 68,06 persen; barang dari besi dan baja (HS 73) 46,33 persen; timah dan barang daripadanya (HS 80) 38,82 persen; pulp dari kayu (HS 47) 22,70 persen; serta pakaian dan aksesorinya (rajutan) (HS 61) 7,67 persen.

Zulkifli Hasan mengungkapkan, Tiongkok, AS, dan India masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia pada Juni 2024 dengan total mencapai USD 8,46 miliar. Ketiga negara ini memiliki kontribusi sebesar 43,14 persen terhadap total ekspor nonmigas nasional. 

Dari segi tujuan ekspor nonmigas, pada Juni 2024 terjadi peningkatan signifikan untuk beberapa negara dibanding bulan sebelumnya (MoM). Beberapa mitra dagang tersebut yakni Inggris yang naik 113,29 persen, Mesir (97,73 persen), Pakistan (66,92 persen), Taiwan (34,21 persen), dan Arab Saudi (23,11 persen). Di sisi lain, penurunan kinerja ekspor nonmigas Indonesia terjadi ke sejumlah negara mitra dagang seperti Spanyol yang turun 51,92 persen, Jerman turun 34,87 persen, Jepang turun 30,14 persen, Turki turun 26,68 persen, dan Kanada turun 23,76 persen. 

“Penurunan kinerja ekspor Indonesia Juni 2024 juga dipicu tren ekspor ke beberapa negara mitra dagang utama Indonesia. Pada Januari 2023--Juni 2024, tren ekspor ke Tiongkok turun 0,71 persen per bulan; Jepang turun 0,92 persen; Malaysia turun 0,95 persen; Thailand turun 0,47 persen; dan Singapura turun 1,89 persen," ujar Zulkifli Hasan.

Dari segi kawasan, beberapa tujuan ekspor menunjukkan penurunan ekspor nonmigas. Penurunan terdalam dibanding bulan sebelumnya (MoM) terjadi di Eropa Selatan yang turun 28,38 persen, diikuti Asia Barat (21,97 persen), Eropa Barat (20,19 persen), Eropa Timur (19,04 persen), dan Afrika Barat (15,73 persen). Namun demikian, beberapa kawasan tetap menunjukkan peningkatan pada Juni 2024 dibanding bulan sebelumnya (MoM). Peningkatan ekspor nonmigas tertinggi terjadi di kawasan Afrika Selatan yang baik 62,44 persen, diikuti Afrika Timur (57,73 persen), Asia Tengah (50,72 persen), Eropa Utara (49,29 persen), dan Afrika Utara (41,32 persen).

Sementara, pada semester I 2024, total ekspor Indonesia mencapai USD 125,09 miliar, turun 2,77 persen dibanding periode yang sama tahun lalu (YoY). Penurunan ini disebabkan pelemahan ekspor nonmigas sebesar 3 persen dan penguatan ekspor migas sebesar 0,77 persen.

Impor Bahan Baku atau Penolong dan Barang Modal Turun

Dari sisi impor, nilai impor Juni 2024 tercatat sebesar USD18,45 miliar, turun 4,89 persen dibandingkan Mei 2024 (MoM) namun meningkat 7,58 persen dibandingkan Juni 2023 (YoY). Penurunan dibanding Mei didorong penurunan impor nonmigas sebesar 8,83 persen dan kenaikan impor migas sebesar 19,01 persen (MoM). Kenaikan impor yang cukup tinggi disebabkan peningkatan impor minyak mentah sebesar 34,64 persen dan hasil minyak sebesar 12,17 persen.

Penurunan impor Juni 2024 terjadi pada bahan baku/penolong sebesar 3,41 persen dan barang modal sebesar 14,51 persen dibanding bulan sebelumnya (MoM). Sedangkan, impor barang konsumsi naik sebesar 2,48 persen. 

Secara rinci, barang modal dengan penurunan impor terbesar terjadi pada telepon pintar (smartphone), pesawat udara, unit penyimpanan, penerima portabel (portable receiver), serta mesin untuk membuat pulp dari bahan serat selulosa. Sementara itu, bahan baku/penolong dengan penurunan impor signifikan di antaranya terjadi pada gula tebu lainnya, bahan bakar minyak, bungkil dan residu padat lainnya, p-silena, serta bagian dari peralatan transmisi telepon seluler. Sedangkan, kenaikan terbesar pada impor barang konsumsi terutama berasal dari bahan bakar kendaraan bermesin diesel, vaksin untuk manusia, sepatu dengan sol luar dan bagian atas dari karet atau plastik, mesin pendingin ruangan, serta sedan. 

“Kontraksi impor secara bulanan dipengaruhi penurunan aktivitas manufaktur dalam negeri pada Juni 2024. Hal ini tecermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) yang turun menjadi 50,70 pada Juni 2024 dari bulan sebelumnya sebesar 52,1,” ujar Zulkifli Hasan.

Beberapa produk utama impor nonmigas Indonesia dengan kontraksi terdalam secara bulanan pada Juni 2024, antara lain gula dan kembang gula (HS 17) yang turun 35,72 persen; ampas/sisa industri makanan (HS 23) 28,31 persen; filamen buatan (HS 54) 22,93 persen; kertas, karton, dan barang daripadanya (HS 48) 20,15 persen; serta pupuk (HS 31) 17,76 persen (MoM). 

Sedangkan, produk impor dengan kenaikan tertinggi pada Juni 2024, di antaranya perangkat optik, fotografi, sinematograf (HS 90) yang naik 64,69 persen; susu, mentega, dan telur (HS 04) 14,75 persen; karet dan barang dari karet (HS 40) 10,58 persen; biji dan buah mengandung minyak (HS 12) 5,50 persen; serta minyak atsiri, kosmetik, dan wangi-wangian (HS 33) 5,16 persen (MoM).

Berdasarkan negara asal, pada Juni 2024, impor nonmigas Indonesia didominasi Tiongkok, Jepang, dan Singapura dengan nilai mencapai USD7,40 miliar atau 48,75 persen dari total impor Indonesia. Sementara itu, negara asal impor nonmigas dengan penurunan terdalam pada Juni 2024 dibanding bulan sebelumnya (MoM), antara lain, Australia yang turun 28,43 persen, diikuti Argentina turun 24,43 persen, Taiwan turun 24,07 persen, AS turun 23,51 persen, dan Inggris turun 20,13 persen. Sebaliknya, negara asal impor nonmigas dengan peningkatan signifikan yaitu Prancis sebesar 50,36 persen, Oman (33,82 persen), Hong Kong (32,78 persen), Ukraina (20,75 persen), dan Singapura (14,63 persen). 

Selama semester I 2024, total impor Indonesia tercatat sebesar USD109,64 miliar atau naik tipis 0,84 persen dibanding periode sebelumnya. Kenaikan tersebut ditopang naiknya impor migas sebesar 8,22 persen di tengah kontraksi impor nonmigas sebesar 0,49 persen (YoY). 

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Jumat, 26 Juli 2024 | 17:18 WIB
Kemendag dan Satgas Temukan Barang Impor Ilegal Senilai Rp40 Miliar di Jakut
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Kamis, 25 Juli 2024 | 17:10 WIB
Kemendag Gerak Sinergi Dorong Kinerja Transaksi Perdagangan Ekspor Komoditas
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Kamis, 25 Juli 2024 | 17:13 WIB
Hari Kedua COCOTECH ke-51 Bahas Pemanfaatan Kelapa untuk Ekonomi Berkelanjutan
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Rabu, 24 Juli 2024 | 17:42 WIB
Mendag Lantik Dua Pejabat Eselon II: Pesan untuk Bekerja Sepenuh Hati
  • Oleh Mukhammad Maulana Fajri
  • Rabu, 24 Juli 2024 | 16:49 WIB
Indonesia Inisiasi Penguatan Inovasi, Wujudkan Sektor Kelapa Berkelanjutan