- Oleh Fatkhurrohim
- Kamis, 14 November 2024 | 05:50 WIB
:
Oleh Eko Budiono, Kamis, 26 September 2024 | 11:30 WIB - Redaktur: Untung S - 194
Jakarta, InfoPublik – Melalui berbagai upaya seperti rehabilitasi lahan, pengelolaan air gambut, dan efisiensi energi, Indonesia dalam satu dekade terakhir atau 10 tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) berhasil mencatat kemajuan. Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), emisi dari sektor energi berhasil diturunkan sebesar 127,67 juta ton CO2e pada 2023, melampaui target yang disepakati.
Sektor kehutanan juga berhasil menurunkan emisi sebanyak 192,5 juta ton CO2e pada 2020, sementara kebakaran hutan dan lahan berhasil dijaga di bawah 500 ribu hektar pada 2022.
Meskipun Indonesia telah menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 41,61 persen pada 2022 dibandingkan baseline, tantangan masih ada. Target penurunan emisi di sektor energi pada 2030 adalah 358 juta ton CO2.
Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, dalam acara Katadata Safe 2024, menjelaskan bahwa untuk mencapai target tersebut, Kementerian ESDM melakukan efisiensi energi, penerapan energi terbarukan, penggunaan bahan bakar rendah karbon, serta reklamasi tambang. "Targetnya adalah 358 juta ton, dengan efisiensi energi dan energi terbarukan sebagai kontribusi terbesar," jelas Eniya, dalam keterangan tertulisnya Kamis (26/9/2024).
Ia mengungkkapkan, peningkatan suhu global akibat pembakaran bahan bakar fosil terus memicu berbagai bencana, seperti kekeringan, kelangkaan air, kenaikan permukaan laut, hingga penurunan keanekaragaman hayati. Dunia pun bersatu melalui Paris Agreement 2015 dalam rangka menjaga suhu global di bawah 1,5° Celcius.
Sebagai bagian dari komitmen global itu, lanjut Eniya, Pemerintah Indonesia menyusun Nationally Determined Contribution (NDC) dan Enhanced NDC untuk menurunkan GRK, melibatkan sektor kehutanan, energi, limbah, dan pertanian.
Efisiensi energi diprediksi akan menurunkan emisi hingga 132,25 juta ton CO2. Eniya menyebut, langkah sederhana seperti mengganti lampu dengan LED dan memilih peralatan listrik berlabel efisiensi tinggi dapat memberikan dampak besar. Selain itu, penerapan kendaraan listrik juga terus didorong sejak 2018.
Lebih dari 50 persen target penurunan emisi akan datang dari implementasi energi terbarukan (EBT), dengan target mencapai 181 juta ton CO2. Itu mencakup pembangkit listrik EBT dalam RUPTL, PLTS Atap, PLTS Wilus, dan Bahan Bakar Nabati.