- Oleh Dian Thenniarti
- Senin, 2 Desember 2024 | 19:23 WIB
: Forum The 4th Tripartite Dialogue on Labour and Employment di Bali pada 12-15 November 2024/Foto : Biro Humas Kemnaker
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Rabu, 13 November 2024 | 14:06 WIB - Redaktur: Untung S - 114
Jakarta, InfoPublik — Pemerintah Indonesia dan Swiss baru saja menggelar "The 4th Tripartite Dialogue on Labour and Employment" di Bali, memperkuat kerja sama di bidang ketenagakerjaan. Acara itu dihadiri oleh perwakilan pemerintah, pengusaha, pekerja dari kedua negara, serta pakar ketenagakerjaan yang membahas tantangan dan peluang di tengah perubahan ekonomi global.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Anwar Sanusi, membuka acara mewakili Menteri Ketenagakerjaan, Yassierli, melalui sambungan video pada Rabu (13/11/2024). Dalam sambutannya, Anwar menegaskan bahwa dialog ini merupakan tindak lanjut dari Nota Kesepahaman (MoU) antara Indonesia dan Swiss, bertujuan memperkuat pertukaran pandangan dan pengalaman dalam menghadapi tantangan ketenagakerjaan masa kini.
"Forum ini menjadi bukti nyata komitmen kita dalam menghadapi tantangan global di dunia kerja. Melalui dialog ini, kita dapat bertukar gagasan dan pengalaman untuk merespons dinamika ketenagakerjaan yang terus berkembang," ujarnya dalam keterangan pers.
Tiga topik utama yang dibahas dalam dialog tersebut adalah Platform Economy and Artificial Intelligence (AI), Just Transition, dan Demographic Change. Isu-isu ini sangat relevan bagi kedua negara dalam konteks perkembangan ketenagakerjaan.
Sekjen Anwar menyoroti pentingnya ekonomi berbasis platform, yang berdampak besar di Indonesia, terutama di sektor transportasi dan jasa pengiriman. "Jutaan orang di Indonesia bekerja di sektor ini, dan kita perlu merumuskan kebijakan untuk melindungi para pekerja di sektor informal," katanya.
Selain itu, Anwar menekankan perhatian terhadap teknologi Artificial Intelligence (AI). Meski AI dapat meningkatkan produktivitas, ia juga menimbulkan tantangan seperti potensi penghapusan pekerjaan tertentu. "Kita harus merancang kebijakan yang seimbang, memanfaatkan teknologi sembari melindungi tenaga kerja dari dampak negatifnya," tambahnya.
Mengenai transisi menuju ekonomi hijau, Anwar menegaskan pentingnya Just Transition. "Peralihan dari energi fosil ke energi terbarukan harus memperhitungkan nasib pekerja di sektor energi tradisional agar transisi berlangsung secara adil," tegasnya.
Anwar juga membahas perubahan demografi, mengingat Indonesia tengah mengalami era bonus demografi dengan proporsi populasi usia produktif yang besar. "Peluang ini harus dimanfaatkan untuk menciptakan lapangan kerja layak bagi generasi muda, dan ini memerlukan kerja sama semua pihak," tuturnya.
Sekjen Kemnaker menambahkan bahwa Kemnaker di bawah pimpinan Menaker Yassierli berkomitmen membangun sinergi dan kolaborasi guna mengatasi tantangan ketenagakerjaan yang semakin kompleks. Dialog ini diharapkan menghasilkan solusi implementatif yang bermanfaat luas, tidak hanya bagi Indonesia dan Swiss, tetapi juga untuk negara lain yang menghadapi tantangan serupa.
"Kolaborasi seperti ini sangat penting untuk mencari solusi yang inklusif dan responsif terhadap isu ketenagakerjaan global. Kita semua menghadapi tantangan yang serupa, dan saya yakin, dengan kerja sama ini, kita dapat mencapai solusi yang berdampak positif bagi semua," pungkas Anwar.
Dialog ini diharapkan mempererat hubungan bilateral Indonesia-Swiss dan menjadi pijakan penting dalam mengembangkan pendekatan yang lebih inklusif dan adaptif di bidang ketenagakerjaan.