- Oleh Jhon Rico
- Sabtu, 23 November 2024 | 22:10 WIB
: Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Choiri Fauzi saat mengunjungi para pengungsi di Posko Pengungsian Desa Bokang Wolomatang, pada Sabtu (23/11/2024)/ Agus Siswanto InfoPublik.
Larantuka, InfoPublik - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Choiri Fauzi, memastikan kondisi perempuan, anak-anak, dan lansia yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) berada dalam keadaan aman dan sehat.
Kepastian tersebut Ia dapatkan setelah mengunjungi secara langsung Posko korban dampak erupsi di Desa Bokang Wolomatang, Flores Timur, NTT Sabtu (23/11/2024).
Kedatangan Menteri Arifah pun seolah menghapus kesedihan, terutama bagi anak-anak dan perempuan, yang merupakan kelompok rentan pascabencana ini.
“Kehadiran saya di sini sebagai bentuk empati dan solidaritas. Walaupun jauh di Jakarta, kami ikut merasakan apa yang saudara-saudara alami di sini,” ujar Menteri PPPA.
Setibanya di Pos Lapangan (Poslap) Bokang Wolomatang, Menteri PPPA disambut riuh nyanyian ceria anak-anak dan kelompok rentan yang tengah mengikuti kegiatan trauma healing. Meskipun cuaca cukup terik, semangat anak-anak mengikuti kegiatan dalam rangkaian psikososial tersebut tidak surut. Kegiatan itu dipandu oleh jajaran Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (PPKBP3A) Kabupaten Flores Timur.
"Saya hadir di sini untuk menunjukkan rasa empati kami terhadap saudara-saudara kami yang saat ini sedang menghadapi musibah. Meskipun kami jauh di Jakarta, kami ikut merasakan apa yang dirasakan oleh saudara-saudara kami di sini," ungkap Arifah Choiri Fauzi di Posko Desa Bokang Wolomatang.
Arifah Fauzi, yang duduk sambil memangku seorang balita bernama Martha Aurelia Bin Liwu, juga menekankan pentingnya menjaga dan memastikan kondisi anak-anak, perempuan, serta lansia di posko korban dampak erupsi sehat dan baik.
"Kami memastikan bahwa anak-anak dalam kondisi sehat dan baik. Begitu juga dengan ibu-ibu dan lansia, kami ingin memastikan semuanya dalam keadaan yang baik dan sehat," jelas Menteri PPPA.
Menurutnya, kolaborasi dan semangat gotong-royong seluruh pihak terlihat jelas dalam penanganan bencana. Mulai dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian RI (Polri), kementerian dan lembaga, hingga para relawan. Semua pihak dikatakannya menunjukkan semangat gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia.
"Saya melihat bahwa ini adalah kolaborasi luar biasa antara semua pihak di sini. Ini juga menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila diterapkan di tempat ini, yaitu gotong-royong, kebersamaan, dan sinergi antara semua pihak untuk memudahkan serta meringankan penanganan bencana," ujar Arifah.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri PPPA juga memberikan bantuan dignity kit kepada perempuan, anak-anak, serta lansia korban bencana erupsi, yang mencakup kebutuhan spesifik seperti perlengkapan untuk anak usia 0-2 tahun, 5-7 tahun, serta ibu hamil dan menyusui.
"Kit ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik para korban bencana, terutama untuk anak-anak dan lansia, sehingga mereka bisa merasa lebih nyaman dalam situasi darurat seperti ini," jelasnya.
Vania (12), salah satu anak yang hadir dalam acara tersebut, sempat berbincang langsung dengan Menteri PPPA. "Saya senang di sini karena banyak kegiatan yang bisa menghilangkan kesedihan saya. Terima kasih, Ibu Menteri, sudah datang menghibur kami," ujarnya.
Sementara itu, Alfa (11), anak lainnya yang hadir, mengungkapkan harapannya agar bencana segera berlalu sehingga ia bisa kembali bersekolah. "Saya ingin bermain sepak bola lagi dan sekolah seperti biasa, tapi kami senang di sini karena banyak permainan dan belajar bersama juga, jadi tidak bosan," tutur Alfa, yang bercita-cita menjadi pemain sepak bola terkenal.
Data per 22 November 2024 pukul 20.00 WITA menunjukkan bahwa jumlah pengungsi yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki mencapai 12.962 jiwa. Sebagian besar pengungsi tinggal di enam pos lapangan (poslap) dengan total 5.599 jiwa, sementara 7.363 jiwa lainnya mengungsi di rumah warga atau keluarga mereka.