- Oleh Fatkhurrohim
- Kamis, 21 November 2024 | 14:01 WIB
: Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi memberikan keterangan dalam konferensi pers usai Pertemuan Menlu ASEAN (AMM) ke-56 di Jakarta, Jumat (14/7/2023). Foto: InfoPublik/Agus Siswanto
Oleh Eko Budiono, Jumat, 20 Oktober 2023 | 21:16 WIB - Redaktur: Untung S - 300
Jakarta, InfoPublik - Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mendesak penghentian segera kekerasan, dan menyerukan penghormatan penuh terhadap hukum humaniter internasional dalam konflik Israel-Palestina.
Dalam sebuah pernyataan bersama Menteri Luar Negeri ASEAN, Jumat (20/10/2023), organisasi kawasan itu menyatakan keprihatinannya atas meningkatnya konflik bersenjata di Timur Tengah baru-baru ini.
Organisasi itu juga mengutuk keras tindakan kekerasan yang menewaskan dan melukai warga sipil, termasuk warga negara anggota ASEAN, dan menyeru semua pihak agar menciptakan koridor kemanusiaan yang aman, cepat, dan bebas hambatan.
"ASEAN menegaskan kembali dukungannya terhadap solusi dua negara yang dinegosiasikan yang memungkinkan Israel dan Palestina hidup berdampingan dalam perdamaian dan keamanan sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan," kata pernyataan itu.
ASEAN mendesak semua pihak agar melindungi dan menjamin keselamatan dan keamanan semua warga sipil serta pembebasan segera semua sandera tanpa syarat.
ASEAN juga mengimbau masyarakat internasional agar mendukung proses perdamaian antara Israel, dan Palestina guna menjamin perdamaian dan stabilitas jangka panjang di kawasan.
Dalam kesempatan terpisah, Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi telah menghadiri Pertemuan Luar Biasa Tingkat Menlu Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Jeddah, Arab Saudi, Rabu (18/10/2023), untuk membahas memburuknya situasi di Jalur Gaza.
Dalam pertemuan itu, Retno menyampaikan kecaman keras Indonesia atas serangan Israel yang menargetkan fasilitas sipil, termasuk rumah sakit.
Retno mengungkapkan, sebelum Pertemuan Luar Biasa Tingkat Menlu OKI digelar, Rumah Sakit Baptis Al-Ahli yang berada Gaza dihantam serangan udara pada Selasa (17/10/2023).
Menurut Kementerian Kesehatan di Gaza, serangan itu membunuh sedikitnya 471 orang dan melukai 342 lainnya.
Seperti dilansir sejumlah sumber, selama lebih dari 10 hari, Israel terus membombardir wilayah Palestina yang terkepung itu sampai merenggut korban tewas yang jumlahnya kini mendekati 3.700 yang 750 di antaranya anak-anak. Sedangkan di pihak Israel, sekitar 1400 orang tewas.
Serangan Israel menargetkan bangunan-bangunan di kawasan pemukiman padat penduduk, yang ditudingnya digunakan oleh kelompok Hamas atau gerakan Islam dan nasionalisme Palestina yang menentang pendudukan Zionis.
Bencana kemanusiaan semakin parah ketika Israel memutus air, listrik dan pasokan lainnya ke Gaza. Sekitar 2 juta penduduk mengalami kekurangan kebutuhan dasar, yang menimbulkan kekhawatiran dari PBB dan kelompok-kelompok hak asasi manusia.
Israel juga memerintahkan evakuasi warga dari Gaza utara, yang berdampak kepada lebih dari 1 juta orang atau hampir setengah dari seluruh penduduk di kantong Palestina itu.
Setelah menyerang sebuah rumah sakit di Gaza pada Selasa lalu, Israel pada Kamis membom gereja ortodoks Yunani Saint Porphyrius di Gaza, di mana sekitar 500 Muslim dan Kristen Palestina sedang berlindung.
Israel telah melancarkan empat serangan militer di Gaza yakni di tahun 2008, 2012, 2014 dan 2021. Ribuan warga Palestina telah terbunuh, termasuk banyak anak-anak, dan puluhan ribu rumah, sekolah, dan gedung perkantoran telah hancur.
Pada 2014, dalam kurun waktu 50 hari, Israel membunuh lebih dari 2.100 warga Palestina, termasuk 1.462 warga sipil dan hampir 500 anak-anak. Selama serangan tersebut, sekitar 11.000 warga Palestina terluka, 20.000 rumah hancur dan setengah juta orang mengungsi.