- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Selasa, 24 Desember 2024 | 21:48 WIB
: Pengembangan panas bumi oleh PT Pertamina Geothermal Eenergi (PGE) Area Kamojang di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. ANTARA/HO-PGE/am.
Oleh Eko Budiono, Rabu, 18 September 2024 | 14:33 WIB - Redaktur: Untung S - 664
Jakarta, InfoPublik – Akumulasi investasi di sektor geothermal atau energi panas bumi di Indonesia telah mencapai sekitar 8,7 miliar dolar AS selama sepuluh tahun terakhir. Indonesia menjadi salah satu negara dengan potensi energi panas bumi terbesar, yakni mencapai 40 persen dari total cadangan global, setara dengan 24 gigawatt. Namun, kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang dimanfaatkan baru mencapai 2,6 gigawatt, menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kapasitas terbesar kedua di dunia dalam sektor ini.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, dalam keterangan resminya setelah Indonesia International Geothermal di Jakarta Convention Center, Rabu (18/9/2024).
Kontribusi Signifikan ke Negara Pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) tidak hanya berperan dalam meningkatkan kapasitas energi nasional, tetapi juga membuka sekitar 900 ribu lapangan pekerjaan dan menyumbang sekitar Rp16 triliun kepada negara. Lebih dari itu, pembangunan ini membantu mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) hingga 17,4 juta ton per tahun, menegaskan komitmen Indonesia dalam menangani perubahan iklim.
Porsi Energi Baru Terbarukan Saat ini, Indonesia memiliki kapasitas listrik nasional sebesar 93 gigawatt atau 93.000 megawatt. Dari total kapasitas ini, sekitar 17,7 gigawatt atau 15 persen berasal dari sumber energi baru terbarukan (EBT). Sesuai Paket Kebijakan Energi Nasional, Indonesia menargetkan peningkatan porsi EBT menjadi 23 persen dalam bauran energi nasional pada 2025. Namun, Bahlil mengakui bahwa pencapaian target ini berjalan lambat, salah satunya karena belum terkoneksinya jaringan distribusi energi secara optimal.
Kendala Jaringan Distribusi Bahlil menyebutkan, salah satu hambatan terbesar dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia adalah kurangnya konektivitas jaringan listrik di berbagai wilayah, yang mengakibatkan perlambatan dalam pencapaian target EBT. Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah dalam upaya memperluas akses energi bersih di seluruh nusantara.
Dengan investasi yang terus meningkat dan upaya pemerintah dalam mengatasi kendala infrastruktur, potensi geothermal Indonesia diharapkan dapat terus dimanfaatkan secara optimal untuk menopang kebutuhan energi di masa depan sekaligus mendorong transisi menuju energi bersih yang berkelanjutan.