Mitigasi Waspada, Siaga, dan Mengungsi Sementara

:


Oleh Dwi Jayanti, Selasa, 18 Oktober 2022 | 20:28 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 300


Jakarta, InfoPublik - Setelah berhari-hari basah diguyur hujan, kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) mendapat sedikit siraman matahari pada Minggu (16/10/2022). Citra satelit Hiwari-8 yang terpajang di portal Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan citra biru yang menandakan awan-awan tipis. Awan-awan tebal pembawa air hujan, yang dicirikan oleh  temperatur rendah, diperkirakan belum akan terbentuk pada satu dua hari ke depan.

Namun, hari-hari berikutnya masih sulit diduga. Angin monsunal dari Asia ke Australia sudah mulai bekerja menjalankan siklusnya mengisi musim hujan di Indonesia. Meski La Nina (fenomena cuaca pembawa awan di Indonesia) kini absen, fenomena Madden Julian Oscillation (MJO), yakni gerak yang membawa massa udara basah dari Samudra Hindia ke arah menuju Pasifik Barat, melewati Indonesia, terus menguat.

Pada saat yang sama, gelombang udara ekuatorial Rossby bergerak dari Pasifik menuju wilayah Indonesia. Arus MJO bergerak di lapisan udara atas dan arus Rossby di bawahnya. Semua akan  berinteraksi dengan elemen pengubah cuaca lainnya, seperti suhu air laut  di perairan Indonesia yang sedang hangat, angin monsunal, angin darat, angin laut, dan topografi daratan. Hasilnya  ialah siraman air hujan yang tidak sepenuhnya merata.

Secara umum pada paruh pertama Oktober 2022, hujan turun dengan kecenderungan di atas normal. Wilayah yang terkena siraman lebih besar utamanya adalah di Aceh, Sumatra Utara, Lampung, Jakarta, Bogor, dan wilayah tengah serta pesisir selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga ke Bali. Di bagian lain, hujan normal sebagaimana biasa di awal musim basah.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, ada 70 bencana hidrometeorologi pada sepekan 3–9 Oktober 2022, dengan lebih dari 150 ribu warga yang terdampak. Sebagian dari mereka harus mengungsi. Rinciannya, 36 peristiwa genangan banjir, 18 kasus longsor, 15 kasus cuaca ekstrem (hujan angin serta banjir bandang), dan satu kasus angin puting beliung.

Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, genangan di wilayah Aceh Utara cukup luas dan berat. Di Jawa, bencana hidrometeorologi lebih banyak di bagian selatan. “Merata dari ujung barat sampai ujung timur mulai dari Sukabumi, Garut, Pangandaran, Cilacap, lalu Trenggalek, Jember, Banyuwangi, semua terkena dampaknya. Bali juga kena," terangnya. Korban jiwa sepekan itu ada 10 orang.

Jakarta-Bogor

Anomali cuaca terasa di Kota Bogor dan sekitarnya. Sepanjang 2022, Bogor praktis tidak mengalami periode kering. Bahkan ketika wilayah lain sedang memapaki puncak kemarau pada Juli 2022, Kota Bogor masih disibukkan oleh 80 kejadian bencana akibat hujan lebat.

Sebagian besar berupa tanah longsor, dengan 47 kasus, lalu 16 bangunan roboh diterjang banjir, delapan pohon roboh, dan sejumlah kasus lintasan banjir. Frekuensi bencana yang cukup tinggi terjadi untuk kota seluas 118 km2 dengan penduduk 1,1 juta jiwa.

Pada Agustus dan September, curah hujan masih tinggi, dan semakin tinggi saat memasuki Oktober 2022. Ancaman bencana hidrometeorologi semakin besar. Pada dua pekan pertama bulan itu, delapan kasus longsor terjadi. Yang paling parah adalah kasus longsor di Gang Barjo, Kebon Kelapa, di Bogor Tengah, Jumat (14/10/2022).

Sebuah tebing longsor dan menimpa rumah-rumah di bawahnya. Dua orang tewas dan dua lainnya masih dalam pencarian. Tiga hari sebelumnya, peristiwa tragis menimpa seorang mahasiswi. Ketika mendorong sepeda motornya keluar dari genangan banjir, di Jl Dadali, Tanah Sereal, ia terseret masuk ke dalam gorong-gorong. Korban pun tewas dan jenazahnya ditemukan di tepi Banjir Kanal Barat di kawasan Tambora, Jakarta Barat. Tubuhnya terbawa aliran Sungai Ciliwung sejauh 80 km.

Potensi hujan akan terus menguat di Bogor seiring dengan pergeseran waktu yang lebih masuk ke musim  penghujan. Risiko kebencanaan tidak akan berkurang. Maka, Wali Kota Bogor Bima Aria Sugiarto, pada Rabu (12/10/2022), secara resmi menetapkan status siaga bencana hingga akhir 2022.

Seperti yang terjadi selama ini, limpasan air dari kawasan Kabupaten dan Kota Bogor sebagian akan masuk ke wilayah DKI Jakarta melalui sungai Ciliwung. Dari kawasan Cibinong dan Depok ada Sungai Cipinang, Sungai Sunter, Krukut, Grogol, dan Sungai Pesanggrahan. Hujan deras di Bogor, Depok, dan sekitar Cibinong akan memberikan risiko bencana sungai di Jakarta.

Pola cuaca di sebagian Jakarta Timur dan Selatan juga berkorelasi dengan Depok dan Bogor. Sering kali hujan di Bogor diikuti oleh hujan di Depok, Jakarta Selatan, dan Timur, meski dengan intensitas yang berbeda. Bila Bogor lebih banyak hujan, maka Depok, Jakarta Selatan, dan Timur lebih basah.

Maka, ketika pada September dan Oktober Bogor banyak dilanda hujan besar dan cuaca ekstrem, hal serupa terjadi di Jakarta. Pada September 2022 pun di Jakarta terjadi 19 kali kasus genangan banjir, 23 kasus pohon tumbang, empat kali serangan puting beliung, dua kali hujan badai, dan dua peristiwa tanah longsor. Salah satunya terjadi di Cilandak yang mengakibatkan satu bangunan ambruk.

Memasuki Oktober 2022, hujan makin kuat. Bencana hidrometeorologis tidak harus melalui sungai besar. Arus selokan yang besar di Jl Pinang Kalijati, Cilandak, Jakarta Selatan, mampu menjebol tembok bangunan Madrasah Tsanawiyah  Negeri (MTsN) 19 yang ada di sana.

Sebagian bangunan tembok itu ambrol dan menimpa sejumlah siswa. Tiga orang tewas.  Peristiwa tragis itu terjadi di tengah hujan deras yang menimbulkan genangan banjir di lingkungan tersebut pada Kamis (6/10/2022).

Jakarta juga memiliki risiko longsor dan potensi tanah bergerak, utamanya di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur, yang konturnya sedikit berbukit. Sebagian berlereng, utamanya di tepian sungai. Pemetaan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menunjukkan, beberapa daerah di Provinsi DKI Jakarta yang memiliki risiko tanah bergerak dan longsor ada di Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Timur.

Di Jakarta Barat, risiko tanah bergerak dan longsor itu ada di beberapa titik di wilayah Kecamatan Kembangan. Yang di Jakarta Selatan ada di sejumlah titik di Kecamatan Cilandak, Jagakarsa, Pasar Minggu, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, Pancoran, dan Pesanggrahan. Adapun yang di Jakarta Timur ada di Cipayung, Ciracas, Kramatjati, Makasar, dan Pasar Rebo.

Potensi rekahan tanah yang bisa berkembang menjadi longsor itu biasa terjadi di saat hujan besar. Maka, peringatan ini pun dirilis kembali oleh BPBD DKI Jakarta, pada 3 Oktober 2020, untuk mendorong kewaspadaan semua pihak. Pada peta yang dirilis BPBD DKI Jakarta itu menunjukkan, zona rawan secara umum berada di lembah sungai, di dekat gawir (tubur sungai), tebing jalan, atau  lereng tanah.

Sejumlah warga pun harus menghadapi risiko bencana itu. Melakukan rekayasa penguatan tebing dan gawir itu mahal, dan merelokasi bangunan yang ada amatlah tidak mudah. Mitigasi yang paling mudah hanyalah mengimbau agar waspada dan siaga. Adaptasi dengan jurus waspada, siaga, dan mengungsi sementara, selama ini dilakukan demi menghadapi risiko banjir              .

 

Penulis: Putut Trihusodo
Redaktur: Ratna Nuraini/Elvira Inda Sari

 

Foto: Petugas Basarnas dan BPBD Kota Bogor melakukan pencarian korban tanah longsor di Gang Barjo, Kampung Kebon Jahe, Kelurahan Kebon Kelapa, Kota Bogor, Jawa Barat. ANTARA FOTO/ Arif Firmansyah