Pelepah Pinang yang Ramah Lingkungan

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Minggu, 25 September 2022 | 06:14 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 3K


Jakarta, InfoPublik - Sukardi terlihat wira-wiri memungut pelepah pohon pinang yang jatuh. Dengan telaten ia kumpulkan pelepah-pelepah itu di bengkel milik Kelompok Tani Rengas Lestari, Kecamatan Betara, Kabupaten Tanjungjabung Barat, Provinsi Jambi.

Pekerjaan itu sudah dilakoninya sejak 2020 bersama anggota kelompok taninya. Bukan untuk bahan bakar, pelepah yang sudah kering itu kembali diolah menjadi produk piring yang ramah lingkungan.

Pelepah pinang merupakan bagian dari pohon pinang. Biasanya pelepah ini melindungi bagian dalam pohon pinang.

Menurut Sukardi, warga tidak hanya memanen buah pinang seperti yang sudah dilakukan bertahun-tahun, tetapi juga memungut pelapah pinang. Pelepah yang sudah terkumpul itu kemudian dijemur sebelum dijadikan piring.

Untuk menjadikan pelepah menjadi piring, pelepah kering tadi mesti dicetak di mesin. Menurut Sukardi, mesin itu mampu menghasilkan 50 piring dalam satu jam.

Pelepah pinang di Jambi memang cukup melimpah. Ada dua kabupaten yang memiliki kebun pinang terbesar di Jambi yakni Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) dan Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim).

Menurut data BPS 2018, di Jambi luas kebun pinang ada 20.694 Ha. Dari luasan itu diperkirakan ada 200 jutaan pelepah pinang pertahun.

“Dulu, pelepah pinang di Jambi dibuang begitu saja. Kalau nggak, dibakar,” ujar staf ITB Jaenal Arifin beberapa waktu lalu.

Menurut Jaenal, cara kerja pembuatan piring dari pelepah pinang ini pelepah yang sudah kering dicelup ke dalam air kemudian dimasukkan ke dalam mesin untuk di-press tiga menit dengan suhu 130 derajat.

Setelah di-press, piring sudah langsung terbentuk dan terlepas dari mesin. Satu lembar pelepah pinang bisa dibuat 3-4 piring.

Menurut penelitian Yernisa dan Fera Oktaria dari Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Jambi, pelepah daun pinang mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin sebagai bahan utama penyusunnya. Selulosa merupakan salah satu biopolimer yang menyusun bahan kemasan.

Masyarakat Jambi tradisional banyak memanfaatkan pelepah untuk membungkus makanan, kantong tempat ikan, alat mainan anak-anak dan sebagai bahan baku pembuat mangkuk dan piring.

Jika masyarakat lama menggunakan pelepah hanya dengan cara yang sederhana yakni dipotong begitu saja, kini sejumlah orang memanfaatkannya dengan menggunakan teknologi.

Pelepah yang telah kering dicetak menggunakan alat cetak wadah dengan prinsip kempa panas. Alat cetak itu menghasilkan wadah piring berbentuk lingkaran dengan diameter dasar piring 11,5 cm dan lebar tepi piring 2,5 cm. Alat cetak dinyalakan dan putar pengatur suhu pada skala 170 derajat celcius.

Pelepah pinang yang telah menjadi piring bisa dijual seharga Rp 5.000 hingga Rp 6.000 perbuah.

Sejauh ini kerajinan ini memang masih dipasarkan di wilayah Jambi saja. Mengingat bahannya yang ramah lingkungan, perlu kiranya untuk memasarkan produk ini ke luar wilayah bahkan ke luar negeri. (*)

Pohon pinang. Foto: Quang Nguyen Vinh/Pexels