Baju Adat Dolomani dan Cerita Seribu Benteng

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Kamis, 18 Agustus 2022 | 09:59 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 2K


Jakarta, InfoPublik - Ali Mazi tak bisa menyimpan rasa bahagianya, pagi itu. Ditemani Wakil Gubernur Lukman Abunawas, Pj Sekda Sultra Asrun Lio, Ketua DPRD Sultra Absurrahman Shaleh, jajaran Forkopimda, dan OPD lingkup Sultra, mereka terlihat memelototi televisi di salah satu ruang rumah dinas gubernur.

Sorak dan tepuk tangan menggema manakala layar televisi memperlihatkan Presiden Joko Widodo terlihat mengenakan baju adat Dolomani pada upacara detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia yang ke-77. Baju Dolomani merupakan baju adat dari Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara.

"Ini akan lebih kita tingkatkan, mudah-mudahan ke depan para generasi kita tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang ditinggalkan para leluhur kita," kata dia di Kendari, Rabu (17/8/2022).

Dalam upacara itu Jokowi tampak mengenakan baju berupa jubah panjang warna merah dengan ornamen putih di sepanjang pinggiran jubah. Dalam jubah, Presiden Jokowi mengenakan kemeja putih gading berhias payet. Setelan baju itu dikombinasikan dengan celana merah juga dengan ornamen putih. Sebuah keris terlihat terselip di pinggang.

Tak ketinggalan, Jokowi juga mengenakan tutup kepala bundar dengan ornamen putih dan sarung berwarna cokelat dan putih.

Baju adat serupa juga dikenakan Ibu Negara Iriana Joko Widodo. Di acara itu Iriana terlihat mengenakan baju atasan dan bawahan berwarna biru cerah dengan ornamen emas yang menghiasi permukaan baju. Ia juga mengenakan syal biru emas dan sapu tangan dengan warna senada. Mahkota emas juga tampak dikenakan Iriana.

Pilihan baju adat itu bukan tanpa alasan. "Beliau merasa busana itu sesuai tema HUT ke-77 RI 'Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat', sehingga memberikan inspirasi yang positif," kata Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono.

Dalam sejarah Nusantara, pakaian adat dolomani merupakan salah satu pakaian kebesaran Sultan Buton. Baju itu biasanya dikenakan sultan saat menghadiri upacara-upacara resmi di Kesultanan Buton.

Kerajaan Buton berdiri pada 1332 Masehi. Saat berdiri, kerajaan diperintah oleh dua perempuan. Namanya Wa Kaa Kaa dan Bulawambona. Berikutnya kerajaan itu secara berturut-turut dilanjutkan oleh Raja Bataraguru, Raja Tuarade, Raja Rajamulae, dan Raja Murhum.

Pengaruh Islam mulai masuk saat kerajaan diperintah Raja Murhum (1491-1537 M). Masuknya pengaruh Islam itu membuat kerajaan berubah menjadi Kesultanan Buton. Setelah masuk Islam, gelar yang diberikan kepada Raja Buton adalah Sultan Murhum Kaimuddin Khalifatul Khamis.

Dalam buku Perang Buton vs Kompeni Belanda 1752-1776; mengenang kepahlawanan La Karambau, karya Susanto Zuhdi dan Muslimin AR Effendy, disebut nama Buton bisa ditemukan dalam Kakawin Negarakertagama. Daerah ini awalnya menjadi salah daerah yang ditaklukkan Majapahit pada 1365.

Pengaruh Islam dalam kerajaan itu terus mewarnai kehidupan kesultanan. Hal ini terbukti dari falsafah dasar negara yang dianut kala itu. "Islam sebagai dasar falsafah negara. Sistem pemerintahan diatur dalam Undang-Undang Dasar yang bernama Martabat Tujuh dan undang-undang pelaksanaannya bernama Istiadatul Azali," kata Susanto dan Muslimin.

Dalam sejarah, Buton dengan sebutan negeri seribu benteng. Julukan itu mengacu pada banyaknya benteng yang dibangun kesultanan untuk menghalau serangan penjajah. Salah satu benteng yang terkenal adalah Benteng Keraton Buton yang dibangun pada masa Kesultanan La Buke. Benteng ini berada di atas bukit dan lokasi ini menjadi ibu kota Kerajaan Buton di masa lampau.

(Presiden Joko Widodo (kiri) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo mengenakan baju adat Dolomani dari Buton pada Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan ke-77 Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (17/8/2022). HUT ke-77 RI tersebut mengangkat tema Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat. ANTARA FOTO/Setpres/Agus Suparto/Handout/rwa.)