Pencarian KRI Nanggala 402: Berpacu dengan Waktu

:


Oleh Ahmed Kurnia, Sabtu, 24 April 2021 | 16:38 WIB - Redaktur: Untung S - 2K


Jakarta, InfoPublik - Upaya pencarian kapal selam KRI Nanggala 402 masih terus dilakukan. Menjelang tenggat waktu habisnya perkiraan bahan oksigen yang dimiliki oleh kapal selam tersebut, intensitas pencarian semakin ditingkatkan.

“Saya sudah perintahkan Panglima TNI, KSAL, dan Basarnas serta bersama-sama instansi terkait lainnya untuk mengerahkan segala kekuatan dan upaya seoptimal mungkin, melakukan upaya pencarian dan penyelamatan," kata Presiden Jokowi Kamis (22/4/2021) lalu dalam konferensi pers di Istana Bogor.

Hilangnya kapal selam KRI Nanggala 402 ini bermula dari gladi resik Latihan penembakan rudal dan torpedo sehari sebelum latihan yang digelar TNI AL rencananya akan berlangsung pada Kamis (22/4/2021) lalu di perairan Bali Utara.

Latihan yang digelar TNI AL itu bakal diikuti 21 kapal KRI, lima pesawat dan dua kapal selam, termasuk KRI Nanggala 402 yang mengalami musibah.

KSAL Laksamana Yudo Margono menceritakan pada Rabu (21/4/2021) sekitar pukul 03.00 WIB sampai 03.30 WIB geladak haluan KRI Nanggala masih terlihat oleh tim penjejak sea rider dalam jarak 50 meter. Ketika itu KRI Nanggala 402 akan melaksanakan penembakan torpedo terhadap surface and underwater target (SUT) dan minta izin menyelam.

Hingga pukul 03.46 WIB, sea rider memonitor periskop dan lampu pengenal dari KRI Nanggala yang mulai menyelam dan tidak terlihat.

"Pada 03.36 WIB sampai 03.46 WIB, terus menerus memanggil Nanggala tapi tak ada respons. Jadi seharusnya saat tenggelam tadi masih ada periskop, masih kelihatan, namun ini langsung tenggelam, tidak ada periskopnya," ujar Laksamana Yudo.

Sesuai estimasi jadwal, seharusnya KRI Nanggala timbul pada pukul 05.15 WIB Namun saat itu, KRI Nanggala tidak muncul di permukaan.

Pihaknya lalu memberlakukan isyarat sub missed pada 06.46. Seluruh unsur dikerahkan untuk mencari KRI Nanggala 402 dan latihan ditunda.

Laksamana Yudo pun menjelaskan cadangan oksigen yang terdapat di kapal selam KRI Nanggala 402 mampu bertahan sampai 72 jam dari kondisi black out. Artinya, oksigen yang ada mampu menopang kehidupan di kapal selam hingga Sabtu (24/4/2021) dinihari. Namun belakangan ada informasi bahwa KRI Nanggala 402 itu juga dilengkapi sistem yang bisa mengubah karbon dioksida menjadi oksigen.

Kapal selam produksi Jerman tahun 1977 itu ditengarai mengalami black out atau mati listrik total saat penyelaman sehingga kapal tersebut diperkirakan jatuh di kedalaman sekitar 600-700 meter dari permukaan laut. Di dalam kapal tersebut, terdapat 53 awak kapal yang terdiri dari 49 anak buah kapal, 1 komandan satuan, dan 3 personel arsenal.

Meski KRI Nanggala 402 – yang mengantongi sertifikat kelaikan kapal hingga 25 Maret 2022 – dinyatakan hilang kontak namun Laksamana Yudo mengungkapkan belum ada bukti autentik kapal selam buatan Jerman ini tenggelam.

Hal ini berdasarkan kronologis hilangnya KRI Nanggala 402 yang sampai saat ini masih dalam pencarian. "Jadi sampai sekarang belum ada bukti autentik, artinya belum terdeteksi di mana posisinya, sehingga belum kita isyaratkan atau dinyatakan untuk sub-sunk (tenggelam)."

Lalu kenapa kapal selam itu bisa menghilang? Menurut Laksamana Yudo ada dua kemungkinan soal keberadaan KRI Nanggala 402 yang hilang itu. Kemungkinan pertama, bisa saja kapal selam ini masih berada di kedalaman antara 50-100 meter lantaran ditemukan tumpahan berupa oli atau minyak di lokasi hilangnya KRI Nanggala 402. Tak hanya itu, magnometer KRI Rimau juga mendeteksi adanya daya magnet tinggi di kedalaman 50-100 meter di Perairan Bali.

"Ada kemungkinan apabila kapal itu itu masih bisa melayang di kedalaman 50 sampai 100 meter kemungkinannya ABK-nya membuang bahan cair yang ada di di dalam kapal."

"Di situ ada oli, ada minyak, dibuang, tujuannya untuk mengapungkan, meringankan berat kapal selam tersebut sehingga kondisinya bisa melayang," kata Laksamana Yudo.

Kemungkinan kedua, ujar Laksaman Yudo lagi, tangki bahan bakar KRI Nanggala 402 retak dan bocor. Hal ini menyebabkan kapal selam mengalami blackout dan tenggelam hingga kedalaman 500-700 meter. Tanki yang mengalami kebocoran itu menyebabkan air masuk ke dalam kapal dan kapal selam itu masuk ke kedalamaan kurang lebih 500 sampai 700 meter di bawah laut.

Kini titik pencarian kapal selam itu mengarah ke sembilan titik wilayah perairan Bali. "Sesuai dengan data yang kami terima sampai sore hari ini ada sembilan titik," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Achmad Mayjen Riad saat menggelar konferensi pers di Bali, Jumat (23/4/2021).

Sembilan titik pencarian itu termasuk lokasi tumpahan minyak dan tarikan magnet kuat yang sebelumnya sempat terdeteksi oleh salah satu KRI dan helikopter yang melakukan pemantauan di lokasi.

Titik pencarian ini tersebar di jarak 23 mil dari Utara Bali atau sekitar 43 kilometer dari Celukan Bawang di utara Pulau Bali.

Skenario Penyelamatan Kapal Selam KRI Nanggala 402

TNI serta sejumlah pihak yang turut membantu pencarian harus berpacu dengan waktu untuk menemukan kapal selam yang hilang itu. Mereka harus mengejar daya tahan awak kapal dengan dengan oksigen yang terbatas.

TNI Angkatan Laut meyakini bahwa kapal selam itu tenggelam di kedalaman sekitar 700 meter. Sementara Sejumlah pakar atau pengamat militer dari luar negeri menyebutkan, KRI Nanggala 402 berada pada kedalaman yang sulit dijangkau – dengan kata lain berada di kedalaman lebih dari 700 meter.

Sekretaris Submarine Institute of Australia Frank Owen mengatakan, kapal selam tersebut tenggelam sangat dalam. Seperti yang dilansir dari kompas.com, Owen menuturkan, jika kapal selam KRI Nanggala 402 itu ditemukan maka kapal selam penyelamat akan membuat sambungan tahan air ke kapal selam sehingga palka dapat dibuka tanpa menimbulkan kebocoran.

Owen juga mengatakan, kapal selam itu bisa diselamatkan dari kedalaman 500 meter tanpa kerusakan apa pun. Namun, jika berada pada kedalaman 700 meter, dia tidak bisa memperkirakan apa yang akan terjadi.

Pengerahan Pertolongan untuk Mencari KRI Nanggala 402

Menindaklanjuti perintah presiden, TNI AU mengerahkan pesawat Hercules membawa perlengkapan evakuasi yang beratnya sekitar 6 ton. Polri menyiapkan empat kapal dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) membantu pencarian dengan mengerahkan tenaga ahli dan perlengkapan gabungan BPPT, Basarnas, dan P3GL (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) dengan menggunakan kapal Basarnas.

Sementara sejumlah negara juga ikut ambil bagian dalam pencarian kapal selam tersebut. Di antaranya yang sudah tercatat menurut Laksamana Yudo ada 10 negara yang bergabung dalam misi pencarian. Di antaranya adalah Singapura, Malaysia, India, Australia, Korea Selatan, Turki, Rusia, Amerika Serikat, Perancis, dan Jerman.

Sementara Kepala Pusat Penerangan TNI Mayjen Achmad Riad menambahkan bahwa pengerahan kapal untuk mencari KRI Nanggala 402 yang diutamakan adalah kapal-kapal yang memiliki peralatan pendeteksi sonar.

Negara dan Kapal serta Pesawat yang Dikerahkan

untuk Mencari Kapal Selam KRI Nanggala-402

 

 

Negara

Kapal dan Pesawat yang dikerahkan

1

Indonesia

TNI AL: KRI Raden Eddy Martadinata 331, KRI Gusti Ngurah Rai 332, KRI Diponegoro 365, KRI Oswald Siahaan 354, KRI dr. Soeharso 990, KRI Hiu, KRI Rengat, KRI Pulau Rimau 724, KRI Alugoro-405, KRI Rigel 933 (merupakan kapal survei hidro-oseanografi yang memiliki kemampuan deteksi bawah air – memiliki dua kapal selam mini nirawak dan robot bawah laut, serta dilengkapi single and multibeam echo sounders dan subbottom profiler), KRI Satsuit Tubun, KRI Singa 651, KRI Spica (untuk misi SAR yang memiliki kemampuan pencarian kapal di bawah air).

 

Helipanter HS 4211.

 

TNI AU: Pesawat Hercules – dengan membawa perlengkapan evakuasi antara lain air bubble, kompresor elektrik, dan kompresor portable dan perlengkapan lainnya yang diperkirakan seberat 6 ton.

 

Polri: Kapal Gelatik, Kapal Enggang, Kapal Barata, dan Kapal Balam – kapal polisi ini memiliki Remotely Operated Vehicles dan alat sonar dua dimensi.

Basarnas: KN SAR Arjuna, KN SAR Antasena, KN SAR Wisnu, KN SAR Kamajaya.

 

Kementerian ESDM: mengirimkan dua teknisi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (P3GL) Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) ESDM dan peralatan marine magnetic seaspy magnetometer untuk mendeteksi perkiraan lokasi kapal selam. Alat ini digunakan untuk survei geofisika untuk mengetahui kondisi geologi bawah permukaan berdasarkan sifat kemagnetannya.

2

Singapura

Kapal MV Swift Rescue (Sub-Marine Support and Rescue Vessel), kapal penyelamat kapal selam yang dilengkapi mini-submarine dan mampu menyelam hingga 500 meter. Kapal ini juga memiliki ruang perawatan hiperbarik, ruang dekompresi yang dapat memuat 40 orang, dan dek helikopter.

3

Malaysia

Kapal Penyelamat MV Mega Bakti – memiliki kemampuan utama dalam melakukan operasi SAR kapal selam.

4

Australia

Kapal fregat HMAS Ballarat (FFH 155) dan HMAS Sirius (O 266). Fregat Ballarat Kelas Anzac, dilengkapi dengan kemampuan sonar dan helikopter MH-60R,

5

India

Kapal Deep Submergence Rescue Vessel (DSRV) milik Angkatan Laut India yang dilengkapi sistem pelacak Side Scan Sonar yang dapat mendeteksi benda hingga 1.000 meter di bawah laut. Selain itu, DSRV itu juga bisa dikendalikan dari jarak jauh.

6

Amerika Serikat

Pesawat Poseidon P-8, pesawat patroli maritim yang didesain secara khusus untuk mencari beragam hal, khususnya kapal selam. Pesawat canggih ini dapat membantu menuntun untuk mendapatkan lokasi [pencarian] yang lebih baik.

 

Profil Kapal Selam KRI Nanggala-402

Kapal selam itu sudah berusia 44 tahun kalau dihitung dari tahun pembuatannya di galangan kapal Howaldtswerke Deutsche Werft (HDW) Jerman keluaran tahun 1977. Sejak sejak 6 Juli 1981 kapal selam itu digunakan TNI AL dengan basis pangkalan di Ujung, Surabaya.

Kapal selam dengan spesifikasi 1.395 ton, dengan dimensi panjang 59,5 meter, tinggi 6,3 meter dan lebar 5,5 meter ini memiliki empat mesin diesel elektrik keluaran Siemens. Kemampuan kedalaman selam kapal itu sekitar 257 meter (843 ft).

Kecepatan kapal ketika menyelam dapat mencapai 21,5 knot, sementara ketika berlayar di permukaan mencapai 11 knot. Kapal ini mampu membawa persenjataan hingga 14 torpedo SUT.

Kendati kapal tersebut tergolong tua namun pihak Kementerian Pertahanan RI mengatakan bahwa kapal itu telah beberapa kali melaksanakan pemeliharaan dan overhaul di Jerman, di PT PAL, dan terakhir di Korea Selatan pada 2007-2012 lalu. Dan kapal itu masih mengantongi sertifikat kelaikan hingga 22 Maret 2022.

 

Keterangan Foto: KN SAR Antasena 234 yang melintas di Selat Bali terlihat dari Pelabuhan Tanjung Wangi, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (22/4/2021). Kapal SAR yang dilengkapi dengan Remotely Operated Vehicle (ROV) atau robot pintar bawah laut itu akan diterjunkan untuk mencari KRI Nanggala 402 yang hilang kontak saat menggelar latihan penembakan rudal di laut utara Bali pada Rabu (21/4). ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/aww.