Top 3 The Future Leader Anugerah ASN 2019: Susilo Ratnawati

:


Oleh Norvan Akbar, Sabtu, 21 Desember 2019 | 19:23 WIB - Redaktur: Admin - 365


JPP, JAKARTA - Hati Susilo Ratnawati resah ketika melihat warga di sekitarnya buang air besar (BAB) sembarangan. Selama bertahun-tahun, warga buang kotoran di kolam berisi ikan yang berada di pekarangan rumahnya.

Sebagai seorang sanitarian di Puskesmas Panjatan II, Desa Bojong, Kabupaten Kulonprogo, DI Yogyakarta, ia bertekad mengubah kebiasaan warga. Nana, panggilan akrabnya, menyadari bahwa tekadnya tidak mudah dan tidak bisa dikerjakan seorang diri.

Ada sekitar 17 ribu penduduk desa yang menjadi warga binaan Puskesmas Panjatan II. Bagi Nana, mereka butuh diedukasi mengenai sanitasi dan kesehatan lingkungan. Bersama timnya, ia menciptakan program Kerja Lintas Sektor dalam Akses Sanitasi Masyarakat atau Jalin Asmara pada tahun 2015.

Tahun 2015 menjadi langkah awal Nana untuk mengubah kebiasaan warga. Ia berusaha merangkul instansi lain untuk mewujudkan desa bebas buang air besar sembarangan. Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) dari Polri dan Bintara Pembina Desa (Babinsa) dari TNI AD adalah sektor yang dirangkul oleh Nana.

Tentu saja, pekerjaan yang melibatkan lebih dari satu instansi pasti memiliki berbagai kendala. “Kendalanya adalah masing-masing sektor memiliki kepentingan,” jelas Nana seperti dilansir dari laman Kementerian PANRB di Jakarta, Sabtu (21/12/2019).

Namun, itu bukanlah kendala terbesar. Membumikan kesehatan sebagai bagian dari masyarakat adalah pekerjaan rumah utama bagi Nana dan rekan kerjanya. Mengubah perilaku masyarakat terkait buang air besar sembarangan, yang telah dilakukan bertahun-tahun, bukanlah hal mudah.

“Butuh pertemuan yang intens dan berulang-ulang agar mereka bisa mengubah perilaku,” imbuh Nana.

Langkah pertama yang diambil Nana adalah mengenalkan inovasi Jalin Asmara serta kondisi sanitasi masyarakat kepada Bhabinkamtibmas dan Babinsa. Selain pengenalan program, mereka juga melakukan analisis penyebab masalah.

Baru pada tahun 2016, Bhabinkamtibmas dan Babinsa bersama Puskesmas Panjatan II menjalankan program ini. Selain edukasi, mereka juga mengajak masyarakat untuk gotong royong membangun saluran air dan toilet.

Hasilnya, pada tahun 2016 tersisa 4,83 persen masyarakat Desa Bojong yang melakukan buang air besar sembarangan. Kepala Desa lebih intensif menggerakkan warga melalui pendekatan kearifan lokal, yakni budaya gotong royong. Anggaran APBDes tahun 2017 mengalokasikan dana pembuatan toilet atau jamban menjadi 11 lokasi dan dikembangkan oleh masyarakat menjadi 56 lokasi.

Seiring berjalannya waktu, Jalin Asmara di tahun 2017 meningkatkan sanitasi sehat hingga 100 persen di wilayah Desa Bojong. “Baru tahun 2017 kita bisa mendeklarasikan diri sebagai Desa Bebas BAB Sembarangan,” ungkap Nana.

Capaian pada bidang kesehatan lingkungan itu mengantarkan Nana menjadi peraih penghargaan kategori The Future Leader dalam ajang Anugerah ASN 2019 yang diselenggarakan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi (PANRB). Tak berhenti di situ, capaian Nana mendatangkan tantangan berikutnya sebagai abdi negara.

Menghentikan BAB sembarangan adalah satu dari lima pilar kesehatan yang dicanangkan Kementerian Kesehatan. Pilar kedua adalah membiasakan masyarakat cuci tangan pakai sabun. Kemudian ketiga, adalah pengelolaan air minum rumah tangga. Pilar keempat, yakni pengelolaan sampah rumah tangga. Sedangkan pilar kelima adalah pengelolaan limbah cair rumah tangga.

Kelima pilar itu adalah bagian dari mewujudkan Desa Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Untuk mencapainya, pilar pertama hingga kelima harus dilakukan oleh 30 persen warga desa. “Pilar pertama sudah kita lalui, yakni seratus persen warga tidak BAB sembarangan. Kami fokus ke pilar selanjutnya,” ujar Nana.

Ibu dari dua orang putra ini mengungkapkan, yang menggerakkan dirinya melakukan terobosan adalah karena melihat masalah di lingkungannya. Inovasi selalu lahir dari masalah yang muncul dalam masyarakat. Meski terobosan yang diciptakan Nana mengantarkannya meraih banyak prestasi, ia mengaku bahwa itu adalah untuk meningkatkan kinerja.

“Terobosan ini murni untuk meningkatkan kinerja kami, bukan semata-mata untuk sebuah penghargaan,” tegasnya.

Nana berterima kasih kepada banyak pihak yang telah mendorongnya menciptakan inovasi dan bekerja di luar rutinitas. Terutama kepada keluarganya, ia berterima kasih karena mereka bisa menerima kesibukan Nana sebagai ibu rumah tangga sekaligus abdi negara.

Tak lupa, ia juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim yang telah bekerja keras pada inovasi Jalin Asmara. Kepada Dinas Kesehatan Kab. Kulonprogo dan Kepala Puskesmas Panjatan II, ia menyampaikan rasa terima kasihnya karena telah diberikan kesempatan luas untuk melakukan inovasi.

“Harapan saya untuk pemerintah pusat untuk mendukung kinerja kita, berikan kami ruang luas, berikan kami kepercayaan, bahwa kami ASN yang mau berubah dengan terobosan,” tutup Nana.

Sementara itu, Bupati Kulonprogo Sutedjo mengapresiasi inovasi yang dilakukan Nana dan rekannya. Menurutnya, inovasi Jalin Asmara mengakomodir kebutuhan masyarakat secara maksimal. Terlebih, puskesmas adalah unit pelayanan yang dekat dengan masyarakat.

Prestasi yang diraih oleh Nana diharapkan bisa menular ke ASN lainnya, khususnya di Pemkab Kulonprogo. "Siapa pun yang punya kreativitas, prestasi, pasti akan mendapatkan penghargaan. Keberhasilan Mbak Nana diharapkan bisa menginspirasi kepada ASN di Kulonprogo," ungkap Sutedjo.

Sedangkan di mata Camat Panjatan Setiawan Tri Widodo, inovasi Jalin Asmara sangat luar biasa. Setiawan mengakui, mengubah perilaku masyarakat bukan hal mudah. Ia mengapresiasi program Nana dan timnya karena berhasil mengajakl masyarakat untuk hidup sehat. Masyarakat juga belum maksimal dalam mengelola kesehatan lingkungan.

Untuk itu, Setiawan mendorong berbagai sektor agar mendukung pengembangan program Jalin Asmara.

Di sisi lain, Setiawan melihat sosok Nana sebagai pribadi yang lincah dan mudah akrab dengan masyarakat dari berbagai kalangan. “Sehingga ide Mbak Nana sangat bisa diterima masyarakat,” tuturnya.

Tantangan berikutnya yang menanti Setiawan sebagai camat adalah menularkan virus inovasi yang diciptakan Nana kepada seluruh jajarannya. Keberhasilan terobosan Nana, menurut Setiawan, akan disebarluaskan melalui berbagai media. Dengan begitu, diharapkan bisa merangsang setiap ASN untuk melakukan inovasi yang berguna bagi masyarakat.

“Kalau kita sampaikan dengan baik dan inovasinya bagus, bisa ditiru oleh ASN lain,” pungkas Setiawan. (prb)