SPS Warloka, Benteng Terakhir Kebersihan Labuan Bajo

:


Oleh DT Waluyo, Kamis, 21 Juli 2022 | 08:54 WIB - Redaktur: Untung S - 1K


Labuan Bajo, InfoPublik - Kebersihan, selain penataan kawasan destinasi pariwisata, adalah hal yang wajib diperhatikan di dunia pariwisata.  Destinasi yang bisa jadi biasa saja, namun ketika tempatnya bersih alias bebas sampah,  toiletnya bagus, aman juga nyaman, akan sangat meninggalkan kesan mendalam bagi wisatawan

Paduan penataan destinasi yang apik dengan kebersihan yang terjaga, maka akan memberikan nilai positif. Terlebih untuk atraksi yang dimiliki destinasi pariwisata Indonesia, yang sudah dikenal akan kekayaan alam, budaya, serta masyarakatnya akan benar-benar memberikan kesan yang baik bagi wisatawan.

Merujuk pandangan itu, pemerintah pun giat menata destinasi pariwisata di 10 Bali Baru. Satu di antaranya adalah kawasan wisata Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Selain melakukan penataan kawasan, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus membangun sejumlah fasilitas penunjang pariwisata, khususnya untuk menjaga kebersihan. 

Langkah membangun prasarana dan sarana penunjang pariwisata, demikian penjelasan tertulis Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Rabu (20/7/2022),  merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas layanan pariwisata.  Salah satu kerja konkrit itu adalah pembangunan Sistem Pengelolaan Sampah (SPS) Warloka di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Di manapun tempat pariwisata yang dibangun tidak ada yang datang kalau tidak bersih. Untuk itu yang terpenting sanitasi dan air bersih,” kata Menteri Basuki yang didampingi Direktur Jenderal Cipta Karya Diana Kusumastuti, Staf Ahli Bidang Teknologi, Industri dan Lingkungan Endra S. Atmawidjaja dan Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah NTT Normansjah Wartabone.

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Warloka dioperasikan untuk dapat mengolah sampah dengan kapasitas 20 ton/hari. Sementara Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Warloka dioperasikan untuk memproses akhir sampah yang telah diolah di TPST berupa residu abu dengan kapasitas 2 ton/hari.

Menteri Basuki mengatakan sistem pengelolaan sampah di Warloka ini membuat residu sampah hanya tinggal 10 persen berupa abu yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bangunan. “Saya kira ini sudah bagus untuk menghadapi lonjakan wisatawan. Sama seperti Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang sudah selesai dibangun, kita bisa tambah kapasitas SPS bila produksi sampah meningkat. Namun, manajemen sampah tidak bisa hanya mengandalkan TPAS saja, tetapi harus dari awal dikelolanya, ” ujar Menteri Basuki.

SPS Warloka dibangun pada Agustus 2020 - November 2021 dengan anggaran Rp46,4 miliar. Ruang lingkup pekerjaan meliputi jembatan timbang, unit penerimaan, pemilahan, pengeringan, unit pengendali pencemaran udara dan air serta sistem kontrol.

Sementara TPA Warloka dibangun pada Juni - Desember 2021 dengan anggaran Rp19,3 miliar. Ruang lingkup pekerjaan meliputi hanggar, kantor pengelola, jalan operasional, unit pengurukan residu, unit penolahan air lindi dan landmark.

Untuk pengelolaan TPST dan TPA itu dilakukan secara kolaboratif antara Kementerian PUPR, Pemerintah Provinsi NTT dan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat. “Itu kan habit baru yang harus kita mulai dari awal, kami terus dampingi,” tambah Menteri Basuki.

Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat mengapresiasi pembangunan infrastruktur yang dilakukan Kementerian PUPR. “Begitu luar biasa membantu NTT khususnya Labuan Bajo. Pembangunan yang sudah begitu hebat itu harus dijaga. Labuan Bajo terkenal dengan konservasinya, kalau rusak maka dia juga akan ditinggalkan para pengunjung,” tutup Viktor. (*)

Ilustrasi, aktivitas pekerja di Sistem Pengelolaan Sampah Warloka, Labuan Bajo (Dok. Kementerian PUPR)