Cahaya untuk Papua di Lorong Resesi

:


Oleh DT Waluyo, Rabu, 26 Mei 2021 | 17:01 WIB - Redaktur: Ahmed Kurnia - 1K


Jakarta, InfoPublik – Secercah cahaya pertumbuhan ekonomi itu muncul pada kuartal I/2021. Sebagaimana dilaporkan Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto, sebanyak 10 provinsi di Indonesia telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif. “Sudah ada 10 provinsi yang mengalami pertumbuhan positif, lainnya masih kontraksi. Tapi, kontraksinya menipis, dengan catatan kontraksi di Bali masih cukup dalam,” katanya dalam konferensi pers virtual, awal Mei 2021.

Secara nasional, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2021 masih mengalami kontraksi minus sebesar -0,74 persen secara tahunan. Adapun struktur perekonomian pada kuartal I/2021 ini, dalam catatan BPS, masih belum banyak berubah. Pulau Jawa masih merupakan kontributor terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi dengan porsi 58,7 persen dan diikuti oleh Pulau Sumatera sebesar 21,54 persen.

Pada kuartal I/2021, Papua muncul sebagai provinsi yang mengalami pertumbuhan tertinggi, sebesar 14,28 persen. Angka capaian ini, jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional  yang masih minus 0,74 persen. Dari data yang ada, ekonomi Papua sebagian besar ditopang oleh tambang PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika.

Tren pertumbuhan positif di Papua ini, sebenarnya sudah terlihat dari rata-rata pertumbuhan di tahun 2020. Kala itu, BPS melansir ekonomi Papua tumbuh 1,44 persen sepanjang 2020. Disusul kemudian Sulawesi dengan pertumbuhan  0,23 persen. Kalau Papua disumbang kenaikan tambang tembaga, maka pertumbuhan positif di Sulawesi salah satunya disumbang oleh Sulawesi Tengah sebesar 4,86 persen. Penyebabnya yaitu kenaikan produksi nikel.

Melihat angka pertumbuhan ekonomi yang mulai positif pada kuartal I/2021, sekalipun hanya di 10 provinsi, tidak berlebihan jika pemerintah merasa optimis. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa ekonomi nasional sudah ada perbaikan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya selama masa pandemi COVID-19.

Cahaya dari Papua pada Q1/2021

Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), Jumat (21/5), pada kuartal I/2021, terdapat 10 provinsi yang berhasil mencatat pertumbuhan ekonomi positif. Adalah Papua yang  menjadi motor pertumbuhan. Wilayah yang berada di ujung timur Indonesia ini berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 14,28 persen, jauh melampaui pertumbuhan ekonomi nasional (minus 0,74 persen).

Berikutnya, Maluku Utara menempati peringkat kedua dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 13,45 persen. Diikuti oleh Sulawesi Tengah dengan pertumbuhan sebesar 6,26 persen.

Peringkat keempat diisi oleh Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta dengan pertumbuhan sebesar 6,14 persen. Catatan tersebut menjadikannya sebagai provinsi dengan pertumbuhan tertinggi di Pulau Jawa.

Kemudian di peringkat keenam ada Sulawesi Utara, provinsi di ujung utara Pulau Sulawesi ini berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,87 persen.

Kembali ke Tanah Papua, posisi ketujuh diisi oleh Papua Barat. Provinsi yang beribu kota Manokwari ini berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif dengan persentase sebesar 1,47 persen.

Selanjutnya, peringkat delapan dicapai Bangka Belitung. Dengan pertumbuhan  0,97 persen, menempatkan provinsi ini dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di wilayah Pulau Sumatra.

Peringkat sembilan diisi oleh Nusa Tenggara Timur (NTT). Provinsi yang terkenal dengan keindahan pariwisatanya ini berhasil tumbuh sebesar 0,12 persen. Sedang posisi nomor 10 provinsi yang memiliki pertumbuhan positif ditempati Sulawesi Tenggara yang mampu mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif pada Kuartal I 2021.

Kontraksi di 24 Provinsi

Data BPS juga melansir  24 provinsi dengan pertumbuhan minus. Masing-masing adalah, Aceh minus 1,95 persen, Sumatra Utara minus 1,85 persen, Sumatra Barat minus 0,16 persen, dan Jambi minus 0,33 persen.

Lalu, Sumatra Selatan minus 0,41 persen, Bengkulu minus 1,58 persen, Lampung minus 2,1 persen, Kepulauan Riau minus 1,19 persen, DKI Jakarta minus 1,65 persen, Jawa Barat minus 0,83 persen, Jawa Tengah minus 0,87 persen, dan Jawa Timur minus 0,44 persen.

Selanjutnya, Banten minus 0,39 persen, Bali minus 9,85 persen, Nusa Tenggara Barat (NTB) minus 1,13 persen, Kalimantan Barat minus 0,1 persen, Kalimantan Tengah minus 3,12 persen, Kalimantan Selatan minus 1,25 persen, Kalimantan Timur minus 2,96 persen, dan Kalimantan Utara minus 1,91 persen. Sulawesi Selatan minus 0,21 persen, Gorontalo minus 1,98 persen, dan Maluku minus 1,88 persen.

Ilustrasi foto, pekerja tambang PT Freeport Indonesia (Dok. PT Freeport/indonesia.go.id)