Mengejar Surplus Pertumbuhan Ekonomi 2021

:


Oleh DT Waluyo, Minggu, 16 Mei 2021 | 08:36 WIB - Redaktur: Untung S - 1K


Jakarta, InfoPublik – Perekonomian Indonesia 2021, tumbuh di kisaran 4,5 persen sampai 5,3 persen. Pemerintah pun optimis, target pertumbuhan tersebut bakal terwujud pada 2021 ini. Hal ini didasari pada proyeksi pertumbuhan di Triwulan II – 2021, yang diperkirakan dapat tumbuh cukup tinggi di kisaran 6,9 persen sampai 7,8 persen.

Meski begitu, demikian penjelasan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, ekonomi Indonesia masih berpotensi melemah, jika sewaktu-waktu penyebaran virus Covid-19 melonjak. “Terdapat berbagai potensi penguatan, juga risiko pelemahan pada pertumbuhan ekonomi," kata Airlangga dalam keterangan persnya, Selasa (4/5/2021).

Data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Rabu (5/5/2021) menyebutkan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2021, masih negatif. Yakni, tumbuh minus 0,74 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 2,97 persen (yoy). Hasil ini tak lepas dari dampak negatif COVID-19 yang menyebabkan banyak pembatasan di pergerakan orang dan pergerakan barang sehingga ikut menghambat produksi, dan distribusi dunia usaha.

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2021 ini masih mengalami kontraksi sebesar 0,74 persen," kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto dalam konferensi pers secara virtual, di Jakarta, Rabu (5/5/2021).

Namun, jika dilihat perkuartal, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2020 terhadap triwulan I 2021 mengalami kontraksi sebesar 0,96 persen (q-to-q)

Dari sisi produksi q-to-q, penurunan disebabkan oleh kontraksi yang terjadi pada beberapa lapangan usaha. Dari sisi pengeluaran, penurunan disebabkan oleh kontraksi pada seluruh komponen pengeluaran.

Untuk perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada triwulan I-2021, mencapai Rp3.969,1 triliun. Sedangkan atas dasar harga konstan 2021 mencapai Rp2.698,3 triliun.

Dengan demikian, kontraksi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia genap terjadi selama empat kuartal beruntun. Artinya, Indonesia masih terjebak di jurang resesi ekonomi.

Meski masih tumbuh negatif, Kecuk mengungkapkan pertumbuhan ekonomi ini telah menunjukan pemulihan yang cukup signifikan karena minusnya semakin mengecil. "Ini menunjukkan bahwa tanda-tanda perbaikan ekonomi semakin nyata," katanya.

Kecuk menjelaskan sepanjang tiga bulan pertama 2021 tersebut sejumlah lapangan usaha menunjukan perbaikan yang cukup baik seperti sektor infokom, pengadaan air, jasa kesehatan, pertanian dan pengadaan listrik dan gas serta real estat tumbuh positif.

Pertumbuhan tertinggi dicetak oleh infokom sebesar 8,72 persen. Sementara itu, 11 lapangan usaha tumbuh negatif. Penurunan terdalam dicetak oleh sektor transportasi dan pergudangan sebesar -13,12 persen.

Komoditi Strategis

Dalam berbagai kesempatan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan tanda-tanda perbaikan pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini sejalan dengan menurunnya kasus harian positif COVID-19. "Bulan Maret-April ini sudah kelihatan, ekonomi sudah hampir menuju pada posisi normal. Sehingga target kita secara nasional di tahun 2021 ini target pertumbuhan kita 4,5-5,5 persen itu bisa kita capai," kata Presiden.

Jokowi menilai, pertumbuhan ekonomi positif tersebut sangat bergantung sekali pada apa yang terjadi di kuartal II 2021. Artinya, gerak ekonomi di sepanjang April, Mei dan Juni 2021 ini akan sangat-sangat menentukan. "Kalau kita bisa menekan COVID-19-nya, tanpa membuat guncangan di ekonomi, ini lah keberhasilan. Dan target kita kurang lebih 7 persen harus tercapai. Kalau itu bisa tercapai, Insya Allah kita pada kuartal berikutnya akan lebih memudahkan," ungkapnya.

Dalam upaya mengejar pertumbuhan ekonomi positif sebagaimana diharapkan Presiden, Menko Hartarto menyatakan, pemerintah akan berupaya mendorong ekonomi sektoral dan spasial melalui penguatan Local Value Chain (LVC) yang berorientasi pada beberapa sektor/komoditi strategis yang utama, yakni kelapa sawit, karet, industri kimia, industri alumunium, industri elektronik, dan industri alas kaki.

Tak hanya itu pemerintah juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui realisasi rogram PEN. "Tentunya diperlukan dorongan yang cukup kuat, salah satunya melalui pelaksanaan Program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) yang diharapkan akan mampu mendorong peningkatan di semua sektor," katanya.

Realisasi program PEN, akan menjadi modal penting dalam upaya menggerakkan ekonomi di masa pandemi. Hingga sejauh ini, realisasi Program PEN 2021 (sampai dengan 30 April 2021) mencapai Rp155,63 triliun atau mencapai 22,3 persen dari pagu sebesar Rp699,43 triliun.

Ilustrasi aktivitas kegiatan di Tanjung Priok (Foto: Antara Foto/Aditya Pradana Putra)