RAPBN 2017 Tetap Pertimbangkan Dinamika Ekonomi Global dan Domestik

:


Oleh Irvina Falah, Kamis, 18 Agustus 2016 | 11:37 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 396


Jakarta, 16 Agustus 2016  – Dinamika ekonomi global dan nasional yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, menyadarkan kita perlunya membangun fundamental ekonomi yang kokoh, produktif, dan berdaya saing tinggi agar mampu menghadapi gejolak eksternal. Untuk itu perlu dilakukan perubahan mendasar strategi pembangunan baik melalui kebijakan fiskal, moneter, maupun sektor riil. Kita harus mengubah paradigma pembangunan dari yang bersifat konsumtif ke produktif.
 
Demikian pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dalam keterangan pers bersama11 kementerian dan lembaga berkaitan dengan RAPBN 2017 dan Nota Keuangan yang disampaikan Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di Gedung MPR/DPR Selasa, 16 Agustus 2016.
 
Hadir antara lain Menteri Keuangan Sri Mulyani,  Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin, Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri PerdaganganEnggartiasto Lukita, Menteri Pekerjaan Umum dan PerumahanRakyat Basuki Hadimuljono, Menteri PerencanaanPembangunan Nasional/Kepala Bappenas BambangBrodjonegoro, Menteri Kesehatan Nila Moeloek dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong.
 
Menurut Darmin, penanganan isu-isu strategis akan ditempuh melalui program kerja tahunan yang tertuang dalam RencanaKerja Pemerintah (RKP) tahun 2017. Fokusnya adalah “Memacu Pembangunan Infrastruktur dan Ekonomi untukMeningkatkan Kesempatan Kerja serta Mengurangi Kemiskinandan Kesenjangan Antar wilayah”. Upaya ini dijalankan melaluikebijakan perpajakan yang mengoptimalkan potensi pajakdengan tetap menjaga iklim investasi dan iklim usaha.
 
RAPBN tahun 2017 disusun berdasarkan pokok-pokokkebijakan fiskal yang mengacu pada tema “Pemantapan Pengelolaan Fiskal Untuk Peningkatan Daya Saing danAkselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan dan Berkeadilan”. Sejalan dengan itu, maka strategi yang ditempuhadalah memberikan stimulus/insentif fiskal, seperti pajak danperbaikan kualitas belanja, menjaga daya tahan fiskal denganmelakukan peningkatan fleksibilitas belanja dan pengendalianperkembangan fiskal, serta menjaga keberlanjutan fiskal denganmenjaga defisit di tingkat yang aman, yakni di bawah 3 persen, serta mengendalikan utang dan keseimbangan primer.
 
“Dinamika perekonomian global maupun domestik sertaprospek perekonomian nasional ke depan, menjadipertimbangan utama dalam menentukan asumsi dasar ekonomi makro untuk tahun 2017 yang memberi fondasi bagi penyusunan arah program dan kebijakan di tahun 2017 mendatang,” jelasDarmin.
 
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan pemerintah akan melakukan perbaikan penerimaan pajak tanpa membuat kegiatan ekonomi menjadi tertekan. Jika dibandingkandengan negara emerging market lainnya, rasio pajak Indonesia terhitung masih kecil.
 
"Kebijakan perpajakan tetap diarahkan untuk mengoptimalkan potensi pajak. Namun tetap dijaga untuk meningkatkan daya beli masyarakat, mendorong iklim investasi dan dunia usaha", ujarSri Mulyani.
 
Sedangkan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menuturkan investasi diharapkan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi tahun depan. Motor penggerak pertumbuhan lainnya masih ditopang oleh pengeluaran pemerintah baik belanja barang danmodal.
 
"Satu yang penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia itu investasi baik dari dalam dan luar negeri. Selain itu, investasi swasta dan pemerintah juga harus terus didorong", tambah Bambang.
 
Pertumbuhan ekonomi 2017 ditargetkan mencapai 5,3 persen, sedangkan laju inflasi diperkirakan berada pada level 4,0 persen. Nilai tukar rupiah diperkirakan pada level Rp13.300 per dollar Amerika Serikat, rata-rata suku bunga Surat PerbendaharaanNegara 3 bulan diasumsikan berada pada tingkat 5,3 persen. Rata-rata harga minyak mentah Indonesia pada 2017 diperkirakan sebesar 45 dollar Amerika Serikat per barel, sedangkan lifting minyak dan gas bumi diperkirakan mencapai1,930 juta barel setara minyak perhari, yang terdiri dari lifting minyak bumi sebesar 780 ribu barel perhari dan gas bumi sekitar1,150 juta barel setara minyak per hari. (ekon)
 
 
Humas Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Email: humas.ekon@gmail.com
twitter: @perekonomianRI
website: www.ekon.go.id