Pameran Koleksi Seni Rupa Istana Kepresidenan, Awali Kemeriahan HUT RI ke-71

:


Oleh Irvina Falah, Selasa, 26 Juli 2016 | 12:27 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 483


JAKARTA- Menyambut perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71, Istana Kepresidenan Republik Indonesia menggelar pameran sejumlah koleksi lukisan dan foto-foto kepresidenan. Pameran yang bertajuk "17/71: Goresan Juang Kemerdekaan" tersebut diagendakan untuk dibuka mulai tanggal 1 hingga 30 Agustus 2016 di Galeri Nasional, Jakarta.

Pameran koleksi lukisan Istana Kepresidenan yang terselenggara atas kerja sama Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Ekonomi Kreatif, dan Mandiri Art tersebut merupakan pameran yang pertama kalinya diselenggarakan sejak Indonesia merdeka. Gelaran tersebut dimaksudkan sebagai bentuk penghargaan kepada karya-karya besar yang dimiliki Indonesia.

"Kami ingin memamerkan koleksi Istana kita untuk dinikmati oleh masyarakat. Pameran ini adalah pameran yang pertama kali, lukisan-lukisan di Istana dibawa keluar dan kemudian dipamerkan. Jadi, ini merupakan bentuk penghargaan kepada karya-karya besar kita untuk diketahui, ditelaah, dianalisis, dipelajari, dan menginspirasi bangsa kita secara keseluruhan," ujar Menteri Sekretaris Negara Pratikno dalam keterangan pers pada 25 Juli 2016 di Gedung Utama Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta.

Pratikno menambahkan, dari sekitar 15.000 lebih koleksi lukisan yang ada di Istana Kepresidenan, dipilih 28 lukisan fenomenal dari 21 pelukis ternama. Lukisan-lukisan tersebut didatangkan khusus dari Istana Negara, Istana Merdeka, Istana Bogor, Istana Cipanas, dan Istana Yogyakarta. Selain memamerkan koleksi lukisan, acara tersebut juga akan memamerkan 100 foto-foto kepresidenan dan juga sejumlah buku mengenai koleksi lukisan Istana Kepresidenan.

"Ini akan menjadi acara rutin ke depan. Kita harapkan juga ini sebagai sebuah awalan bahwa kita juga ingin mempunyai museum yang bisa menayangkan karya-karya yang sangat berharga ini agar bisa dinikmati oleh masyarakat," tambahnya.

Bangsa Indonesia Merupakan Bangsa Kreatif

Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan yang juga memberikan keterangannya menyebut, gelaran pameran lukisan-lukisan Istana ini merupakan salah satu bukti dari pesan Presiden Joko Widodo bahwa apa yang ada di wilayah Istana sejatinya merupakan milik rakyat. Dirinya juga menerangkan bahwa ini merupakan kali pertama bagi masyarakat umum untuk melihat koleksi lukisan Istana dari dekat.

"Perlu kami garis bawahi, bahwa Bapak Presiden sudah mengirimkan pesan kepada semua bahwa apa yang ada di wilayah Istana ini menjadi milik rakyat. Ini adalah salah satu bukti bahwa koleksi lukisan Istana bisa diakses. Biasanya kita menyaksikan lukisan-lukisan itu dari jarak jauh," ucap Anies.

Dalam kesempatan yang sama, Anies Baswedan berharap momentum ini dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat Indonesia untuk dapat menyadari bahwa sebenarnya bangsa Indonesia adalah bangsa yang kreatif. Selain itu, momentum ini menurutnya dapat dimanfaatkan untuk mengingatkan kembali bahwa prestasi bagi para anak bukan hanya prestasi akademik, namun juga kreatif.

"Kami berharap dari sini kita menyadari lagi, mengingatkan ulang, bahwa bangsa kita adalah bangsa yang kreatif. Karya-karya lukis kreatif, bagi sekolah, bagi guru-guru, adalah kesempatan untuk mengingatkan kembali bahwa yang disebut sebagai prestasi dari anak-anak kita bukan saja prestasi akademik di bidang-bidang yang diujikan secara standar, tapi juga prestasi-prestasi bidang kreatif, utamanya pada bidang seni," terangnya.

Menutup keterangannya, Anies mengajak masyarakat untuk turut merayakan suasana HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-71. Dirinya juga bersyukur bersama dengan Kementerian Sekretariat Negara dan Badan Ekonomi Kreatif, kementeriannya turut terlibat dalam gelaran tersebut.

"Jadi kami menyambut baik dan berterima kasih atas kesempatan berpartisipasi. Insya Allah bulan Agustus nanti benar-benar menjadi bulan di mana kita merayakan 71 tahun Indonesia, sekaligus merayakan ekspresi seni lukis Indonesia di lukisan-lukisan berkelas yang ada di Istana ini," tutupnya.

Hadir dalam keterangan pers tersebut Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, dan Wakil Direktur Utama Bank Mandiri yang juga mewakili Mandiri Art Sulaiman A. Arianto.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyambut baik penyelenggaraan pameran ini. Menurutnya, pameran ini merupakan salah satu wujud pertanggungjawaban Istana Kepresidenan yang mendapat amanah untuk merawat koleksi-koleksi terbaik itu.

"Saya ingin lukisan-lukisan ini akan tetap abadi dan terus menerus bisa disajikan di hadapan publik seluruh dunia," ujar Presiden.

Adapun daftar koleksi lukisan Istana Kepresidenan yang akan ditampilkan adalah sebagai berikut:

Affandi, Laskar Rakyat Mengatur Siasat, 1946
Affandi, Potret H.O.S. Tjokroaminoto, 1946
Basoeki Abdullah, Pangeran Diponegoro Memimpin Perang, 1949
Dullah, Persiapan Gerilya, 1949
Harijadi Sumadidjaja, Awan Berarak Jalan Bersimpang, 1955
Harijadi Sumadidjaja, Biografi II di Malioboro, 1949
Henk Ngantung, Memanah, 1943 (reproduksi orisinal oleh Haris Purnomo)
Kartono Yudhokusumo, Pertempuran di Pengok, 1949
Raden Saleh, Penangkapan Pangeran Diponegoro, 1857
S.Sudjojono, Di Depan Kelambu Terbuka, 1939
S. Sudjojono, Kawan-kawan Revolusi, 1947.
S. Sudjojono, Markas Laskar di Bekas Gudang Beras Tjikampek, 1964
S. Sudjojono, Mengungsi, 1950
S. Sudjojono. Sekko (Perintis Gerilya), 1949
Sudjono Abdullah, Diponegoro, 1947
Trubus Sudarsono, Potret R.A. Kartini, 1946/7
Gambiranom Suhardi, Potret Jenderal Sudirman, 1956
Soerono, Ketoprak, 1950
Ir. Sukarno, Rini, 1958
Lee Man-Fong, Margasatwa dan Puspita Nusantara, 1961
Rudolf Bonnet, Penari-penari Bali sedang Berhias, 1954
Hendra Gunawan, Kerokan, 1955
Diego Rivera, Gadis Melayu dengan Bunga, 1955
Miguel Covarrubias, Empat Gadis Bali dengan Sajen, sekitar 1933-1936
Walter Spies, Kehidupan di Borobudur di Abad ke-9, 1930
Ida Bagus Made Nadera, Fadjar Menjinsing, 1949
Srihadi Soedarsono, Tara, 1977
Mahjuddin, Pantai Karang Bolong, tahun tak terlacak (sekitar 1950an