Sabtu, 15 Maret 2025 4:20:37

Nyadran Agung Banyumeneng: Tradisi Ziarah dan Kebersamaan yang Tetap Lestari

:


Oleh MC KAB SLEMAN, Minggu, 23 Februari 2025 | 07:45 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 130


Sleman, InfoPublik – Nyadran Agung kembali digelar oleh warga Desa Banyumeneng, Banyuraden, Gamping, Kabupaten Sleman, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)  pada Rabu (19/2/2025).

Kegiatan itu digelar sebagai bagian dari tradisi tahunan dalam menghormati leluhur dan memperkuat kebersamaan masyarakat.

Salah satu ritual utama dalam tradisi ini adalah ziarah ke makam Kyai Demak Ijo, sosok yang dihormati dan dianggap sebagai bagian penting dalam sejarah desa. Selain sebagai ajang spiritual, Nyadran Agung juga menjadi momentum bagi warga untuk menjaga nilai-nilai budaya dan gotong royong.

Rangkaian prosesi Nyadran Agung dimulai dengan kirab 7 gunungan dan 7 nasi tumpeng, beserta uba rampe yang diarak oleh warga dengan pengawalan bregodo Banyu Sembodo dan Banyu Sumeneng. Gunungan dan tumpeng tersebut kemudian diserahkan kepada Dukuh Banyumeneng sebagai simbol penghormatan kepada leluhur.

Sebelum prosesi utama, warga juga berpartisipasi dalam membersihkan area makam dan menata lingkungan sekitar, mencerminkan semangat gotong royong yang masih kuat dalam kehidupan masyarakat Banyumeneng.

Dalam sambutannya, Paniradya Kaistimewaan DIY, Aris Eko Nugroho, menyampaikan bahwa Nyadran bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga ruang bagi warga untuk bertemu, berbagi, dan memperkuat persatuan.

“Di era modern seperti sekarang, menjaga dan merawat tradisi warisan leluhur bukanlah perkara mudah. Namun, tradisi ini adalah bagian dari kearifan lokal dan identitas budaya yang harus terus dilestarikan,” ujar Aris.

Menurutnya, Nyadran Agung juga memiliki makna mendalam sebagai momen refleksi untuk memohon berkah dan keselamatan bagi desa serta generasi penerus.

Suasana khusyuk terasa ketika dzikir dan doa bersama dipanjatkan oleh warga sebagai bentuk rasa syukur. Ritual dilanjutkan dengan prosesi tabur bunga di makam Kyai Demak Ijo, di mana setiap peserta membawa bunga sebagai simbol penghormatan.

Aroma harum bunga yang tersebar di sekitar makam menambah kesakralan acara ini, menciptakan suasana yang penuh hikmat dan ketenangan.

Salah satu keunikan dari Nyadran Agung adalah adanya hidangan khas yang disiapkan oleh warga. Setelah seluruh rangkaian ritual selesai, warga berkumpul dan menikmati makanan bersama, sebagai simbol rasa syukur dan persaudaraan.

Hidangan tradisional seperti tumpeng dan jajanan khas selalu menjadi bagian dari perayaan ini, menambah kesan kebersamaan yang semakin erat.

Lurah Banyuraden, Sudarisman, menekankan bahwa Nyadran Agung memiliki nilai sosial yang tinggi, di mana warga dari berbagai generasi berkumpul dalam suasana penuh kekeluargaan.

“Saya mengajak seluruh warga untuk terus berperan aktif dalam upaya menjadikan Banyuraden sebagai Desa Budaya yang menjaga warisan leluhur,” ujarnya.

Ia berharap tradisi ini terus berlanjut dan semakin memperkuat identitas budaya serta persatuan masyarakat.

(Adnan Nurtjahjo|KIM Pararta Guna Gamping)

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC KAB PINRANG
  • Sabtu, 8 Maret 2025 | 15:35 WIB
Bupati Pinrang: Kolaborasi Kunci Sukses Pembangunan Berkelanjutan