- Oleh MC KOTA PADANG
- Kamis, 12 Desember 2024 | 15:31 WIB
: Dosen Pascasarjana UBBG Banda Aceh, Dr. Khausar M.Si. (Foto: istimewa)
Oleh MC PROV ACEH, Sabtu, 7 Desember 2024 | 17:18 WIB - Redaktur: Bonny Dwifriansyah - 120
Banda Aceh, InfoPublik - Pilkada Serentak pada 27 November 2024 telah selesai dilaksanakan. Proses demokrasi yang berlangsung dengan damai ini menjadi bukti kedewasaan politik masyarakat Indonesia, khususnya di Aceh. Pilkada adalah pesta rakyat, sebuah momentum untuk menentukan arah pembangunan di daerah.
"Kini saatnya kita semua bersatu kembali, merajut kedamaian, dan mengawal masa depan yang lebih baik," ujar Dosen Pascasarjana UBBG Banda Aceh, Dr. Khausar. M.Si, Kamis (5/12/2024).
Ia mengatakan masyarakat tentu berharap pemimpin yang terpilih baik gubernur, bupati, maupun wali kota di Provinsi Aceh khususnya dan pada umumnya di Republik Indonesia, harus mampu mengemban amanah dengan baik. Program-program kerja yang dijanjikan selama masa kampanye harus direalisasikan sesuai visi, misi, dan tujuan yang telah disampaikan.
"Janji-janji politik bukan hanya sekadar kata-kata, melainkan komitmen yang harus diwujudkan demi kesejahteraan rakyat," ujar Khausar yang juga menjabat sebagai Ketua Association of Environmental Education and Management Researchers (AEEMaR) Wilayah Aceh.
Menurut Khausar, keberhasilan pembangunan tidak hanya bergantung pada pemimpin. Kedamaian dan stabilitas pasca pilkada menjadi pondasi penting untuk mendukung proses ini. Tidak bisa dipungkiri, proses pemilihan sering kali menyisakan perbedaan pendapat dan persaingan di antara pendukung kandidat.
Oleh karena itu, ia mengajak semua pihak meninggalkan perbedaan tersebut dan kembali merajut persatuan. Pemimpin yang terpilih bukanlah milik kelompok tertentu, melainkan milik seluruh rakyat.
"Siapa pun yang memenangkan kontestasi, kemenangan sejati adalah ketika rakyat dapat menikmati hasil pembangunan yang adil dan merata. Maka, menghormati hasil pilkada adalah wujud nyata kedewasaan kita sebagai masyarakat yang demokratis," ungkap Kepala Biro Kemahasiswaaan UBBG ini.
Aceh, sebagai bagian dari Indonesia, memiliki sejarah panjang dalam menjaga kedamaian. "Setelah Pilkada ini, mari jadikan momen untuk mempererat solidaritas dan kerja sama demi kemajuan daerah. Jangan biarkan perbedaan politik memecah persatuan yang telah kita bangun bersama," katanya lagi.
Akademisi yang juga pernah menjabat sebagai Ketua STKIP Bina Bangsa Meulaboh ini menuturkan bahwa sebagai rakyat, tugas dirinya adalah mendukung pemimpin terpilih dengan sikap kritis dan konstruktif. Kritik yang membangun akan menjadi pengingat bagi pemimpin agar selalu bekerja demi kepentingan rakyat, bukan golongan tertentu.
Sebaliknya, pemimpin yang terpilih juga harus merangkul semua pihak, tanpa memandang latar belakang atau pilihan politik masa lalu.
"Pilkada adalah awal dari perjalanan menuju perubahan. Mari kita isi masa pasca pilkada ini dengan semangat persatuan, kedamaian, dan kerja sama. Dengan begitu, harapan rakyat akan terwujudnya pemimpin yang amanah dan pembangunan yang berkeadilan dapat benar-benar menjadi kenyataan," tuturnya. (mc aceh/adi)