- Oleh MC KOTA PONTIANAK
- Rabu, 30 Oktober 2024 | 20:16 WIB
: Pontianak Barat Juara I Festival Arakan Pengantin | Foto : MC Pontianak
Oleh MC KOTA PONTIANAK, Senin, 28 Oktober 2024 | 20:25 WIB - Redaktur: Santi Andriani - 102
Pontianak, InfoPublik - Iring-iringan rombongan pengantar mempelai pengantin di sepanjang Jalan Ahmad Yani menarik perhatian para warga yang tengah berolahraga di kawasan Car Free Day, Minggu (27/10/2024). Rombongan peserta Festival Arakan Pengantin 2024 ini berparade dengan berjalan kaki dari Museum Negeri Pontianak menuju halaman Masjid Raya Mujahidin diiringi alunan musik Tanjidor.
Sebanyak delapan pasang pengantin peserta festival yang digelar dalam rangka menyemarakkan Hari Jadi ke-253 Pontianak ini tampil lengkap dengan rombongan berpakaian adat Melayu Pontianak beserta pernak-perniknya. Barang-barang hantaran untuk mempelai pengantin wanita juga menjadi pelengkap setiap peserta.
Dari hasil penilaian juri, peserta dari Kecamatan Pontianak Barat dinobatkan sebagai juara pertama arakan pengantin. Sedangkan juara kedua diraih Bank Kalbar dan ketiga dari Kecamatan Pontianak Tenggara. Selain juara arakan pengantin, kategori hantaran terbaik diberikan kepada Kecamatan Pontianak Timur dan kategori pengantin terbaik disandang Pontianak Barat.
Penjabat (Pj) Wali Kota Pontianak Ani Sofian mengapresiasi antusiasme peserta yang mengikuti gelaran budaya mengarak pengantin ini. Enam kecamatan dan dua Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) turut meramaikan Festival Arakan Pengantin untuk menyemarakkan Hari Jadi ke-253 Pontianak. Sebagaimana diketahui, Arakan Pengantin Pontianak sudah diakui secara nasional sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) pada 2017.
“Hal yang paling penting dari kegiatan ini adalah pelestarian adat dan budaya Melayu Pontianak khususnya yang ada dalam prosesi pernikahan. Oleh karena itu kita punya kewajiban untuk memelihara dan melestarikannya,” pesannya usai menyerahkan hadiah dan piala kepada juara Festival Arakan Pengantin di halaman Masjid Raya Mujahidin.
Pj Wali Kota berharap Festival Arakan Pengantin ini ke depan bisa lebih banyak lagi jumlah pesertanya. Selain itu, perlu adanya promosi yang gencar agar festival ini lebih banyak yang menyaksikannya. Selain melestarikan budaya, festival ini juga ikut memberdayakan UMKM.
“Karena ini kan bentuk budaya yang harus kita lestarikan, maka semakin banyak partisipasi masyarakat semakin baik budaya itu kita lestarikan,” imbuhnya.
Festival Arakan Pengantin rutin digelar setiap tahun sebagai bagian dari rangkaian hari jadi Pontianak. Festival ini juga dinilai patut menjadi salah satu daya tarik wisata budaya yang dimiliki Kota Pontianak.
“Semoga Festival Arakan Pengantin terus berkembang dan dikemas secara maksimal sehingga bisa mengundang banyak wisatawan yang datang untuk menyaksikan keistimewaan yang dimiliki kota ini,” harapnya.
Perlunya regenerasi kesenian tradisional
Dalam festival itu, alunan musik tanjidor juga menjadi penyemangat peserta saat tampil berparade. Kehadiran musik tanjidor tidak terlepas dari budaya mengantar pengantin. Namun sayangnya, saat ini pemusik tanjidor jumlahnya masih minim. Kalau pun ada, pemain musik tanjidor banyak yang sudah lanjut usia. Ani Sofian berpendapat, perlu adanya regenerasi untuk meneruskan kesenian tradisional ini.
“Kita berharap anak-anak muda mau belajar musik tanjidor sehingga musik tanjidor tidak hilang ditelan zaman,” tuturnya.
Pada festival ini, pemain tanjidor dari masing-masing peserta juga mendapat penilaian. Juara pertama dari Kecamatan Pontianak Utara, juara kedua Pontianak Barat dan juara ketiga Pontianak Tenggara.
Syafaruddin Usman, satu di antara Tim Juri menyatakan, ada beberapa aspek penilaian dalam festival ini, yakni etika, estetika, kreasi, seni dan penggalian budaya tradisional. “Etikanya itu bagaimana keserasian gerak langkahnya, kemudian estetika keindahan tata riasnya, kemudian dari sisi pelestarian budayanya sesuai dengan pakem-pakem budaya Melayu lokal,” ungkapnya.
Kemudian, dari sisi perlengkapan, Syafaruddin menyebut peserta yang tampil pada festival ini banyak menggunakan kreasi baru yang dimodifikasi sehingga bentuk-bentuk aslinya sudah tidak terlihat lagi.
“Bentuk asli atau orisinilnya yang kita harapkan muncul tetapi sayangnya terlalu banyak modifikasi. Meskipun ada yang masih menampilkan orisinil tapi sayangnya juga menggunakan pakem yang baru,” sebutnya. (prokopim/kominfo/Gema Mahardhika)