Magis dan Nilai Luhur Seni Budaya Mentawai, Kunci Tarik Kunjungan Wisatawan

: Foto: Istimewa


Oleh MC KAB KEPULAUAN MENTAWAI, Kamis, 24 Oktober 2024 | 13:00 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 53


Tuapejat,infopublik - Penjabat Bupati Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, Fernando Jongguran Simanjuntak, menilai bahwa seni budaya Mentawai memiliki nilai magis dan spiritualitas yang kuat, menjadikannya potensi besar untuk mendukung pengembangan pariwisata lokal. 
 
Hal ini disampaikan Fernando saat membuka Forum Group Discussion (FGD) dan Workshop yang mengangkat penerapan konsep koreografi vernakular pada ritual E’Eruk Pulaggajat. Acara ini berlangsung di Hotel Bujai, Tuapejat, Sipora Utara, Selasa (22/10/2024).
 
Partisipasi berbagai tokoh masyarakat dan akademisi untuk mengembangkan seni pertunjukan Mentawai sebagai bagian dari identitas pariwisata, harus didorong.
 
“Kita sudah menyaksikan Bujai Le’ Kai, sebuah pertunjukan yang luar biasa. Meskipun diangkat dari kebudayaan lokal yang magis, suasana kebatinan dan spiritual dalam pertunjukan tetap selaras dengan koreografi yang menarik tanpa kehilangan esensinya. Ini adalah kombinasi seni dan spiritual yang seimbang,” kata Fernando di depan peserta FGD.
 
Fernando menekankan pentingnya menjadikan budaya Mentawai sebagai daya tarik wisata yang bisa dinikmati lebih luas, tidak hanya oleh masyarakat lokal tapi juga oleh pengunjung dari luar daerah hingga mancanegara. Baginya, pertunjukan budaya dengan nilai luhur yang tinggi akan menarik minat wisatawan, yang menjadikan pengalaman mereka di Mentawai lebih bermakna daripada sekadar wisata alam.
 
“Budaya kita bisa menjadi bagian dari daya tarik wisata. Seperti di Jogja, pertunjukan seni tradisionalnya menjadi atraksi wisata. Di Mentawai, kita bisa menawarkan budaya sebagai paket lengkap sehingga wisatawan tidak hanya mengejar ombak, tetapi juga mendapatkan pengalaman budaya yang autentik,” tambahnya.
 
Fernando pun menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda Mentawai dalam pelestarian budaya lokal. Ia berharap seni budaya Mentawai tidak hanya dikenal di Mentawai, tetapi juga bisa menjadi ikon yang dikenal di berbagai kesempatan, seperti pertunjukan hotel atau acara seremonial, agar tetap relevan dan diterima di berbagai lapisan masyarakat.
 
Fernando menyebutkan bahwa langkah ini merupakan bagian dari integrasi budaya dengan industri pariwisata, sehingga pelestarian budaya bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga masyarakat luas, khususnya generasi muda.
 
“Saya ingin anak-anak muda di Mentawai tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku budaya yang bangga akan warisan ini. Budaya Mentawai harus menjadi bagian hidup kita semua,” ujar Fernando.
 
Hadir sebagai pemateri, Wakil Rektor III Bidang Perencanaan, Kemahasiswaan, dan Alumni dari Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang Susas Rita Loravianti, menyoroti seni E’Eruk Pulaggajat sebagai salah satu karya ritual yang sarat makna. 
 
Menurutnya, seni budaya ini tak banyak memiliki literatur, sehingga ISI Padang Panjang mengambil inisiatif menjadikannya objek penelitian dan referensi pembelajaran seni pertunjukan di kampus.
 
"Ketika orang bertanya tentang Eeruk, jarang ada sumber tertulis yang bisa menjelaskan. Karena itu, kami menjadikan Eeruk Pulaggajat sebagai sumber inspirasi, baik untuk pelestarian maupun penciptaan karya baru di ISI Padang Panjang. Ini salah satu upaya menjaga budaya Mentawai agar tetap relevan,” kata Lora.
 
Ia menambahkan bahwa seni Mentawai dapat dikembangkan menjadi seni pertunjukan yang inklusif tanpa menghilangkan esensi ritualnya. Bagi Lora, memadukan unsur ritus tradisional dengan koreografi modern dapat memperluas daya tariknya bagi masyarakat dan wisatawan, menjadikan seni E’Eruk Pulaggajat sebagai simbol budaya Mentawai yang berdaya guna.
 
Sebagai akademisi yang fokus pada penciptaan tari, Lora menjelaskan bahwa seni budaya Eeruk Pulaggajat dapat dijadikan inspirasi untuk karya seni terapan. Seni ini bukan sekadar ritual, tetapi ada elemen pertunjukan seperti musik, gerak, kostum, dan lagu yang bisa dieksplorasi lebih jauh.
 
“Struktur ritual yang kaya makna dalam Eeruk Pulaggajat dapat disesuaikan menjadi karya seni yang menggabungkan elemen tradisional dengan kreativitas modern, seperti penggunaan gendang dan kostum khas Mentawai. Dengan demikian, budaya ini tidak hanya menjadi ikon lokal, tetapi juga produk budaya yang bisa dinikmati secara lebih luas,” tambahnya.
 
Lora pun mengapresiasi dukungan masyarakat untuk ikut terlibat mendorong kemajuan seni dan budaya dan berharap melalui FGD ini, budaya Mentawai akan semakin kuat dan bisa dikenalkan kepada dunia luar tanpa menghilangkan esensi dan makna aslinya.
 
“Respon yang kami dapat sangat positif. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Mentawai sendiri ingin menjaga dan melestarikan budaya mereka. Saya harap ini menjadi awal yang baik bagi perkembangan budaya Mentawai ke depan,” tutup Lora.
 
Ke depan, integrasi antara seni budaya Mentawai dan pariwisata akan menjadi fokus Pemerintah Kabupaten Mentawai. Upaya ini diharapkan mampu memberikan pengalaman yang lebih kaya bagi wisatawan, sekaligus membuka peluang ekonomi bagi masyarakat setempat melalui atraksi wisata berbasis budaya.
 
Dengan demikian, budaya Mentawai tak hanya akan lestari di tanah asalnya, tetapi juga menjadi warisan yang menarik wisatawan untuk menikmati keelokan dan kedalaman spiritual dari budaya pulau yang eksotis ini.
(MD)
 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC KAB LUMAJANG
  • Jumat, 22 November 2024 | 09:36 WIB
Krecek Rebung Lumajang Diakui Sebagai Warisan Budaya Indonesia
  • Oleh MC KOTA PADANG
  • Jumat, 15 November 2024 | 10:19 WIB
KPU Padang Angkat Tema Transformasi Sosial pada Debat Publik Pilkada Kedua
  • Oleh MC KAB LUMAJANG
  • Jumat, 15 November 2024 | 19:14 WIB
Warisan Budaya Lumajang, Daya Tarik Wisata dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat
  • Oleh MC KAB LUMAJANG
  • Jumat, 15 November 2024 | 19:19 WIB
Pentingnya Pelestarian Budaya Daerah di Era Modern