- Oleh MC KAB NAGAN RAYA
- Jumat, 22 November 2024 | 21:38 WIB
: Pj Bupati Aceh Besar Muhammad Iswanto SSTP MM menerima cendera mata dari Badan Musyawarah Islam Wanita Indonesia Prov Aceh di Meuligoe Bupati Aceh Besar, Kota Jantho, Selasa (22/10/2024).
Oleh MC PROV ACEH, Rabu, 23 Oktober 2024 | 09:11 WIB - Redaktur: Untung S - 217
Jantho, InfoPublik - Pengurus Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) mengungkapkan dekadensi moral remaja Aceh akibat kurangnya perhatian orang tua. Penjabat (Pj) Bupati Muhammad Iswanto menekankan komitmen pemerintah dalam menjalankan syariat Islam dan pendidikan agama untuk mengatasi masalah itu.
Pernyataan BMOIWI itu disampaikan oleh Siti, salah satu ketua di BMOIWI Aceh, saat beraudiensi dengan Penjabat (Pj) Bupati Aceh Besar, Muhammad Iswanto, SSTP, MM, di Meuligoe Aceh Besar, Selasa (22/10/2024). Menurut Siti, hanya pemilik kekuasaan yang dapat mengatasi dan memberantas kenakalan remaja dengan kewenangan yang dimiliki. “Misalnya, dengan membuat qanun atau regulasi mengikat lainnya. Sementara kami, hanya bisa memberikan saran dan masukan demi kemaslahatan bersama,” kata Siti.
Dalam kesempatan audiensi itu, pihak BMOIWI juga memperkenalkan sebuah inovasi untuk mewujudkan ketahanan keluarga melalui dunia pendidikan, yaitu program ‘Bunda Sawue Sikula’.
Menanggapi isu yang diangkat oleh pengurus BMOIWI, Pj Bupati Muhammad Iswanto menegaskan komitmen Pemkab Aceh Besar dalam menjalankan syariat Islam. “Kami berkomitmen untuk menegakkan syariat Islam sambil tetap menghormati keberadaan kelompok atau komunitas non-Muslim. Prinsipnya adalah Lakum Dinukum Waliyadiin. Mereka bahkan mengapresiasi kami atas komitmen yang tak ada tawar-menawar dalam penegakan syariat Islam,” ungkap Iswanto.
Terkait dengan inovasi pendidikan ‘Bunda Sawue Sikula’, yang bertujuan memberikan materi ekstrakurikuler bagi siswa, termasuk materi agama, Iswanto, yang didampingi oleh Kepala Dinas Pendidikan Dayah, Abu Bakar, Kepala Dinas Syariat Islam, Rusdi, dan Kepala DPPKBPP dan PA Aceh Besar, Fadhlan, menjelaskan bahwa Aceh Besar telah menerapkan Sistem Pendidikan Terpadu (SPT) sejak dua tahun lalu. Sistem ini memberikan muatan agamis dalam pendidikan PAUD hingga SMP sederajat.
Iswanto menambahkan bahwa di Aceh Besar, semua sekolah diwajibkan untuk menyediakan waktu sepuluh menit untuk membaca Al-Qur'an. Kewenangan ini hanya berlaku hingga tingkat SMP, karena SMA sudah di bawah provinsi. "Sekolah-sekolah di Aceh Besar telah melakukan pembacaan Al-Qur'an sebelum proses belajar mengajar dimulai, dan ini sudah berlangsung selama dua tahun. Beberapa sekolah lainnya di provinsi dan kabupaten/kota lain juga telah mengikuti program ini," tambahnya.
Selain itu, Aceh Besar juga menerapkan program Satu Gampong Satu Hafidz. Khusus untuk pesantren terpadu Al Fauzul Kabir di Kota Jantho, proses belajar mengajar kitab-kitab kuning akan dimulai besok.
Mengenai kelalaian remaja di warung kopi, Pj Gubernur Aceh juga telah mengeluarkan surat edaran untuk membatasi anak-anak sekolah dalam mengakses warung kopi, termasuk jam operasionalnya. Saat ini, semua warung kopi di Aceh Besar harus tutup pada pukul 00.00 WIB malam, dengan hanya satu atau dua yang masih beroperasi setelah jam tersebut.
Iswanto berpesan kepada pengurus BMOIWI Aceh untuk bersilaturahmi dengan calon Gubernur dan calon Bupati atau Walikota, agar pesan mengenai masalah ini dapat disampaikan kepada mereka. Ia percaya bahwa estafet kepemimpinan ke depan ada di tangan mereka.
Secara khusus, Iswanto juga menegaskan bahwa dalam rangka membumikan syariat dan cinta Al-Qur'an di kalangan generasi muda Aceh Besar, Pemkab Aceh Besar berkomitmen untuk memastikan bahwa semua anggota kafilah di ajang MTQ Simeulu adalah putra asli Aceh Besar, tanpa didatangkan dari luar. “Peserta MTQ diwajibkan lahir dan besar di Aceh Besar, dengan bukti Kartu Keluarga dan KTP, sehingga bonusnya langsung diterima oleh putra-putri Aceh Besar. Ini adalah upaya untuk membumikan Al-Qur'an di kalangan remaja dan pemuda Aceh Besar, agar mereka terhindar dari kenakalan dan perilaku negatif,” tegas Iswanto.
Untuk jajaran ASN di Aceh Besar, pengisian materi kajian agamis juga dilakukan sebagai benteng batin untuk menghindari tindakan menyimpang dari akidah dan moralitas sebagai abdi negara yang ideal. "Hari ini, di dinas-dinas di Aceh Besar juga sudah menerapkan pengajian rutin pada hari-hari tertentu. Di Meuligoe, sudah ada pengajian rutin setiap malam Jumat untuk para bapak dan pada hari Selasa siang untuk kaum ibu seputaran Kota Jantho dan sekitarnya. Ini telah berjalan hampir dua tahun," jelasnya. (ril/yan)