- Oleh MC PROV GORONTALO
- Jumat, 22 November 2024 | 08:11 WIB
:
Oleh MC KAB KEPULAUAN MENTAWAI, Kamis, 3 Oktober 2024 | 12:00 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 85
Namun, Penjabat (Pj) Bupati Kepulauan Mentawai, Fernando Jongguran Simanjuntak, yang membuka secara resmi acara tersebut, tidak menahan kekecewaannya terkait minimnya partisipasi dari sekolah-sekolah yang diundang. Dari 40 sekolah yang diundang, hanya 11 yang hadir.
Fernando secara tegas menyampaikan kritiknya terhadap kepala sekolah yang tidak hadir dalam acara penting tersebut.
"Sangat disayangkan cuma hadir 11 sekolah dari 40 sekolah yang diundang. Ini kepala sekolahnya jelas masuk angin dan tidak layak jadi kepala sekolah. Saya sangat kecewa, dan ini tidak boleh dibiarkan. Ini adalah tanggung jawab kita terhadap generasi muda Mentawai," tegasnya.
Menurutnya, pendidikan bukan hanya soal memberikan materi ajar di kelas, tetapi juga tentang menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya dan literasi, yang menjadi dasar penting dalam membangun karakter generasi muda.
Kegiatan seperti Lomba Bertutur adalah sarana untuk mendorong anak-anak agar lebih mengenal budaya Mentawai melalui cerita rakyat dan sejarah lokal.
Fernando dalam sambutannya mengingatkan tentang pentingnya literasi dalam membentuk masa depan bangsa, dengan menyebut beberapa tokoh nasional yang rajin membaca, seperti Bung Hatta, Bung Karno, dan Raden Ajeng Kartini. Ia juga menekankan bahwa tunas-tunas muda Mentawai adalah harapan masa depan untuk membangun daerah menuju "Mentawai Emas."
"Tokoh-tokoh nasional ini berhasil karena kecintaan mereka terhadap membaca dan literasi. Anak-anak kita hari ini adalah tunas-tunas muda yang nanti akan membangun Mentawai. Untuk itu, saya minta kepada bapak dan ibu guru agar menanamkan kebiasaan membaca kepada anak-anak didiknya," ujar Fernando.
Lomba Bertutur yang digelar Diskearpus Mentawai ini berfokus pada cerita rakyat Mentawai, yang tidak hanya mengandung nilai-nilai luhur, tetapi juga sarat akan tradisi dan sejarah daerah.
Fernando menyebutkan bahwa kemampuan bertutur adalah teknik penting dalam berkomunikasi, di mana anak-anak belajar menuturkan kembali apa yang mereka baca, lihat, dan rasakan dengan bahasa tubuh dan ekspresi yang kuat.
Menurutnya, melalui kegiatan seperti ini, anak-anak bisa mengembangkan kemampuan komunikasi yang baik serta meningkatkan rasa percaya diri mereka. "Berlomba bertutur adalah bagian dari komunikasi. Anak-anak menyampaikan cerita tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga dengan ekspresi dan bahasa tubuh yang menjadi satu kesatuan," jelas Fernando.
Fernando berharap bahwa kegiatan Lomba Bertutur ini bisa diikuti dengan penuh semangat oleh para siswa, dan ia mendorong para kepala sekolah serta guru untuk lebih mendukung partisipasi anak didiknya dalam kompetisi serupa di masa depan.
“Saya ingin para siswa-siswi mengikuti kompetisi ini dengan semangat yang tinggi agar bisa menghasilkan prestasi yang membanggakan. Saya juga berharap kepala sekolah dan para guru lebih mendorong anak-anak untuk berpartisipasi dengan penuh antusiasme," tambahnya.
Namun, kekecewaan tetap dirasakan Fernando terkait minimnya sekolah yang berpartisipasi dalam acara ini. Menurutnya, momentum peringatan hari jadi Kabupaten Kepulauan Mentawai yang ke-25 harusnya menjadi momen refleksi bagi semua pihak, terutama para pemangku pendidikan, untuk berpikir lebih jauh tentang pentingnya pendidikan dan budaya literasi.
“Dua hari lagi, kita akan memasuki ulang tahun Kabupaten Kepulauan Mentawai yang ke-25. Tetapi pola pikir masih disitu-situ saja. Ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk membangun Mentawai menjadi lebih baik," pungkasnya.
Kegiatan Lomba Bertutur ini tidak hanya bertujuan untuk mengasah kemampuan komunikasi anak-anak, tetapi juga sebagai upaya mendukung literasi budaya lokal. Diskearpus Mentawai berharap bahwa dengan melibatkan siswa-siswi dalam lomba bertema cerita rakyat, mereka dapat lebih mengenal dan mencintai budaya Mentawai serta menjadi generasi yang menghargai warisan leluhur mereka.
Dalam kompetisi ini, para peserta dinilai berdasarkan kemampuan mereka dalam menyampaikan cerita dengan jelas, menarik, dan penuh ekspresi. Dewan juri yang terdiri dari para ahli budaya dan pendidikan Mentawai diharapkan dapat menemukan bakat-bakat baru di kalangan anak-anak Mentawai yang bisa menjadi duta budaya di masa depan.
Lomba Bertutur yang digelar Diskearpus Mentawai menyoroti pentingnya literasi dan kecintaan terhadap budaya lokal, namun partisipasi yang minim dari sekolah-sekolah di Mentawai menjadi perhatian serius bagi Pj Bupati Fernando Simanjuntak. Ia menegaskan bahwa kepala sekolah memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik dan mendorong generasi muda untuk terlibat aktif dalam kegiatan literasi, terutama dalam mengenal dan melestarikan budaya Mentawai. (MD)