- Oleh MC PROV KALIMANTAN BARAT
- Kamis, 3 Oktober 2024 | 20:40 WIB
:
Oleh MC PROV KALIMANTAN BARAT, Kamis, 3 Oktober 2024 | 17:22 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 125
Pontianak, InfoPublik – Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar), Harisson, mengungkapkan bahwa Provinsi Kalimantan Barat memiliki luas kawasan hutan mencapai sekitar 8.389.600 hektare harus dijaga dengan baik.
Sekitar 7.657.233 hektare telah ditetapkan sebagai kawasan hutan yang dilindungi.
“Potensi sumber daya alam yang luar biasa ini harus kita jaga. Kalimantan Barat memiliki hutan hujan tropis yang berperan penting dalam menjaga ekosistem,” kata Harisson saat menghadiri Rapat Koordinasi Tata Lingkungan dengan tema “Better Environment For Sustainable Investment Toward Indonesia Emas 2045” di Hotel Golden Tulip, Kota Pontianak, pada Selasa (1/10/2024).
Harisson menjelaskan bahwa Pemerintah Provinsi Kalbar telah menyusun Dokumen Rencana Kerja Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 yang menetapkan target tutupan hutan yang harus dipertahankan.
“Kebijakan ini diharapkan dapat berkontribusi pada target Indonesia's FOLU Net Sink (IFNET) 2030, dengan asumsi net emisi per kapita sebesar 4,23 ton CO2e. Total target serapan yang ditetapkan adalah 32,1 juta ton CO2e atau setara dengan 12 persen dari total kontribusi nasional,” jelas Harisson.
Melalui dokumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis RPJPD Provinsi Kalbar Tahun 2025-2045, telah diidentifikasi sejumlah isu strategis yang perlu ditangani, salah satunya adalah perubahan iklim.
“Perubahan iklim menjadi perhatian besar bagi Kalimantan Barat. Kami berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon sebesar 60 persen hingga tahun 2030,” tegasnya.
Harisson berharap rapat koordinasi ini dapat menghasilkan kebijakan, strategi, dan rencana pengelolaan lingkungan yang sejalan dengan program pembangunan di Kalbar yang berpedoman pada RPJPD (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah) yang telah ditetapkan.
“Saya berharap peningkatan perekonomian dari hasil hutan bukan kayu, peningkatan jasa lingkungan, pengembangan jenis unggulan baru seperti Kratom, serta inovasi dalam digitalisasi dan pemanfaatan teknologi lingkungan dapat menjadi salah satu output dari forum ini,” tutup Harisson.
(adpim/wnd/Sri)