- Oleh MC KAB SLEMAN
- Rabu, 13 November 2024 | 14:02 WIB
: Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman mempersembahkan buku Toponimi Seri 3 berjudul "Nyi Beruk Naik Gerobak ke Dawangsari" dalam sebuah acara peluncuran yang berlangsung di Joglo 2, Desa Wisata Brayut Pendowoharjo, pada Rabu 25 September 2024.
Oleh MC KAB SLEMAN, Sabtu, 28 September 2024 | 23:48 WIB - Redaktur: Santi Andriani - 230
Sleman, InfoPublik – Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman mempersembahkan buku Toponimi Seri 3 berjudul "Nyi Beruk Naik Gerobak ke Dawangsari" dalam sebuah acara peluncuran yang berlangsung di Joglo 2, Desa Wisata Brayut Pendowoharjo, pada Rabu 25 September 2024.
Peluncuran buku ini dipimpin oleh Kepala Bidang Adat, Tradisi, Lembaga Budaya dan Seni Dinas Kebudayaan Sleman Ignatius Eko Febrianto. “Buku ini sangat penting untuk masyarakat dan bermanfaat dalam mengungkap cerita di balik nama-nama padukuhan. Sebelumnya, buku Toponimi seri 2 juga telah diadaptasi menjadi film dokumenter dan dilombakan,” ungkapnya.
Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Kundha Kebudayaan Sleman Ita Kurniawati menjelaskan bahwa buku ini memuat 30 padukuhan dan ditulis oleh 30 penulis dari komunitas Pasbuja Kawi Merapi Sleman. Tujuannya adalah untuk mendokumentasikan cerita lisan mengenai asal-usul penamaan padukuhan sebagai bagian dari pelestarian dan pengembangan budaya.
Acara peluncuran juga dimeriahkan dengan bedah buku, yang dimoderatori oleh Wiwien Widyawati Rahayu dari FIB UGM. Narasumber yang hadir Muhammad Qadhafi membahas buku ini dari perspektif sastra, sedangkan Yulianto Ibrahim membedahnya dari sisi sejarah.
Qadhafi menyoroti bahwa buku ini disajikan dalam bentuk feature yang mengubah cerita lisan menjadi karya sastra. "Apapun dan bagaimanapun isinya yang bersumber dari cerita lisan, tetapi di kemudian hari buku ini bisa menjadi fakta, dan 100 tahun yang akan datang bisa jadi dianggap sebagai naskah kuno," ujarnya.
Sementara itu, Yulianto Ibrahim mengklasifikasikan asal-usul nama padukuhan berdasarkan tokoh, peristiwa, serta benda-benda dan tanaman yang ada. Ia menjelaskan bahwa cerita lisan yang diingat masyarakat selalu berkaitan dengan peristiwa penting, seperti masa Brawijaya V, Sunan Kalijaga, dan Perang Diponegoro.
"Sejarah padukuhan sebagai identitas dan jati diri bangsa, dan mencerminkan sosio kultural masyarakat di dalamnya. Hal ini dapat dikembangkan sebagai aset wisata yang baik dengan menggali potensi-potensi yang ada," pungkasnya.
Dengan peluncuran buku Toponimi Seri 3 berjudul "Nyi Beruk Naik Gerobak ke Dawangsari", diharapkan masyarakat dapat lebih memahami kekayaan budaya dan sejarah yang terkandung dalam setiap nama padukuhan. (Eny Ms/KIM Sembada Sleman)