- Oleh Wahyu Sudoyo
- Kamis, 3 Oktober 2024 | 06:02 WIB
: Semiloka Tiga Dekade Pengelolaan TNLL di Hotel Santika, Selasa (13/8/2024). Foto : Biro Adpim Sulteng/PPID Pelaksana
Oleh MC PROV SULAWESI TENGAH, Rabu, 14 Agustus 2024 | 08:20 WIB - Redaktur: Inda Susanti - 222
Palu, InfoPublik - Peran serta tokoh agama dalam mendukung konservasi Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) semakin diperkuat dengan lahirnya fatwa dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Tengah (Sulteng).
Langkah ini mendapat apresiasi dari Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemprov Sulteng, Fahruddin, yang menganggap kolaborasi ini sebagai aksi mulia yang diharapkan membawa keberkahan bagi Sulawesi Tengah.
“Mudah-mudahan menjadi keberkahan bagi kita semua dan mendatangkan kebaikan bagi Sulawesi Tengah,” ujar Fahruddin saat menghadiri Seminar dan Lokakarya (Semiloka) Tiga Dekade Pengelolaan TNLL di Hotel Santika, Selasa (13/8/2024), yang juga menjadi momen peluncuran fatwa tersebut.
Eksistensi Taman Nasional Lore Lindu sebagai pusat keanekaragaman hayati dan sumber kehidupan sangat penting untuk memperkuat kedudukan Sulawesi Tengah sebagai kawasan penyangga Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Melalui sambutan yang dibacakan oleh Fahruddin, Gubernur Sulawesi Tengah mengajak semua pihak untuk bersama-sama mendukung upaya konservasi ini demi mewujudkan Lore Lindu sebagai ‘Energy of Celebes.’
“Lore Lindu adalah sumber kehidupan bagi masyarakat di empat provinsi, terutama sebagai sumber air, oksigen, penyerap karbon, serta pusat keanekaragaman hayati, kekayaan budaya, dan wisata. Harmoni antara manusia, alam, dan budaya di Lore Lindu akan mendorong peningkatan ekonomi dan keberlanjutan kehidupan,” tuturnya.
Menguatkan pandangan ini, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Sekretaris Ditjen KSDAE, Suharyono, mengingatkan bahwa tiga pilar konservasi harus menjadi pedoman utama dalam pengelolaan TNLL.
Pilar-pilar tersebut meliputi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan sumber daya alam secara lestari.
“Mari kita menjaga TNLL agar proses ekologis berjalan dengan baik,” ajaknya, menekankan pentingnya menjaga taman nasional sebagai sistem penyangga kehidupan dan laboratorium alam.
Kepala Balai Besar TNLL, Titik Wurdiningsih, juga menyampaikan harapannya agar semiloka ini menjadi sarana refleksi terhadap tiga dekade pengelolaan TNLL.
Dia mengajak peserta untuk mengemukakan ide-ide dalam merumuskan rekomendasi pengelolaan yang lebih baik untuk TNLL di masa mendatang.
Pada acara ini, beberapa tokoh masyarakat dan perangkat pemerintahan desa yang berjasa dalam konservasi TNLL diberikan piagam penghargaan dari kementerian sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi mereka.
Acara tersebut turut dihadiri oleh Wakil Bupati Sigi Samuel Yansen Pongi, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Poso, Kepala Dinas Kehutanan Sulawesi Tengah, serta beberapa akademisi dari Universitas Tadulako yang menjadi narasumber dalam semiloka. (MC Prov Sulteng)