: Pj Bupati Batang Lani Dwi Rejeki (kiri), memberikan sambutan saat menghadiri Dies Natalis Ke-46 SMAN 1 Kabupaten Batang, di halaman sekolah setempat.
Oleh MC KAB BATANG, Selasa, 23 April 2024 | 23:14 WIB - Redaktur: Santi Andriani - 76
Batang, InfoPublik - SMA Negeri 1 Batang (Smantang) yang telah berusia 46 tahun, menunjukkan kiprah dan prestasinya di dunia pendidikan. Yakni ditandai dengan mencetak tiga alumnus menjadi orang nomor satu di Kabupaten Batang.
Ketiga alumnus yang menjabat Bupati Batang yakni Bambang Bintoro periode 2002-2012, Yoyok Riyo Sudibyo periode 2012-2017. Serta Lani Dwi Rejeki Penjabat Bupati Batang periode 2022-2024.
Lani mengakui, banyak perubahan yang sangat mencolok, dibuktikan dengan peningkatan kualitas sarana prasarana maupun mutu peserta didiknya, hingga berhasil menjuarai berbagai kompetisi.
“Saya alumni tahun 1983, sangat jauh berbeda dengan zaman saya. Sekarang jauh lebih baik bangunannya dan meski secara administratif berada di bawah Provinsi Jawa Tengah, namun sinergi dan koordinasi selalu dilakukan dalam even-even tertentu,” katanya, usai memberangkatkan peserta jalan sehat, dalam rangka Dies Natalis ke-46 SMAN 1 Kabupaten Batang, di halaman sekolah setempat, Selasa (23/4/2024).
Dengan sejumlah alumnus yang berhasil menjadi orang nomor satu di Batang, membuktikan bahwa SMAN 1 Batang berhasil dalam mendidik siswa-siswinya. “Tidak hanya sebagai Bupati maupun Penjabat Bupati, tetapi juga ada mereka yang berhasil di luar daerah yang membawa nama baik SMAN 1 Batang,” jelasnya.
Salah satu alumnus yang juga teman sejawat Pj Bupati, Sudroningsih yang berprofesi sebagai pendidik di SMAN 1 Batang, mengatakan, bahwa sejak masa sekolah keduanya dikenal dekat. “Saya sama Bu Pj dulu satu kelas dari kelas 1 sampai 3 dan beliau memang terkenal pintar,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 Batang Saefudin menerangkan, prestasi yang diukir anak didiknya selama ini sudah dapat disaksikan. Mulai dari bidang olahraga hingga akademis. “Tiga anak didik kami berhasil lolos Olimpiade Sains Nasional (OSN) di tingkat Jawa Tengah. Dan satu siswi berkebutuhan khusus yang sedang mengikuti pelatihan di Surakarta selama enam bulan sebelum melaju ke tingkat nasional,” terangnya.
Saat ini peserta didik inklusi atau berkebutuhan khusus wajib diterima di sekolah formal sepanjang memenuhi persyaratan. “Yang penting kemampuan IQ-nya baik, walaupun secara fisik memiliki keterbatasan,” ujar dia.
Prestasi lain, sebanyak 40 anak didik berhasil lolos ke perguruan tinggi tanpa tes, seperti di UGM, IPB, ITB dan lainnya. (MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)