“Jadi ini adalah kegiatan pembinaan dan pengawasan untuk peningkatan mutu obat vaksin dan juga BMHP. Hadir di sini adalah teman-teman dari Farmasi kabupaten/kota, juga dari pengelola program KIA, penyakit menular yang terkait dengan perencanaan obat program,” tutur Anang.
Dalam perencanaan obat, kata Anang, harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan dan selalu melakukan pengawasan dalam pengelolaannya sehingga mutunya tetap terjaga.
“Diharapkan, dengan pertemuan ini teman-teman bisa menyusun rencana pengadaan obat, vaksin dan BMHP dengan baik dan juga bisa terkelola dengan baik penyimpanannya di masing-masing Dinas Kesehatan kabupaten/kota dan juga di puskesmas,” ujar Anang.
Tak lupa, Anang mengingatkan kepada seluruh pengelola kefarmasian untuk siap menghadapi bencana. Ia juga meminta agar obat, vaksin, dan BMHP, termasuk tempat penyimpanan yang rusak akibat bencana banjir yang melanda Provinsi Gorontalo, segera didata dan diidentifikasi serta dilakukan perencanaan untuk tahun anggaran 2025.
“Seperti yang kita alami sekarang. Kita baru saja menghadapi atau melewati bencana banjir. Kami lihat di lapangan banyak puskesmas yang terdampak yang terendam dan ini mengakibatkan beberapa obat yang ikut terendam, BMHP juga, termasuk alat pendingin penyimpanan vaksin. Ini harus segera diperbaiki dan juga obat-obatan yang rusak tadi untuk segera dikelola, apakah dimusnahkann dilaporkan sudah tidak bisa digunakan, dan nanti direncanakan dengan baik di tahun 2025,” ungkap Anang. (mcgorontaloprov/md/nancy)