Festival Candra Benawa, Mengenang Kejayaan Bengawan Solo sebagai Jalur Perniagaan Masa Lalu

: Warga naik perahu mengikuti Festival Candra Benawa


Oleh MC KAB BLORA, Minggu, 7 Juli 2024 | 12:27 WIB - Redaktur: Santi Andriani - 281


Blora, InfoPublik - Bupati Blora  Arief Rohman mengungkapkan, Festival Candra Benawa mengungkit kembali kenangan tentang kejayaan Bengawan Solo sebagai jalur perniagaan di masa lalu.

Festival Candra Benawa dihelat dengan melibatkan lima kabupaten dari dua provinsi, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Yakni di antaranya Kabupaten Blora dari Jateng dan Kabupaten Bojonegoro dari Jatim.

“Festival Candra Benawa Getas sendiri merupakan kali pertama. Ini  sangat bagus, lima desa beda kabupaten, dan beda provinsi, yang dibatasi Sungai Bengawan Solo melaksanakan festival secara bersamaan, untuk saling mendukung dan mempromosikan potensinya bersama-sama,” ungkap Arief saat menghadiri pembukaan Festival Candra Benawa di Desa Getas pada Jumat 5 Juli 2024.

Festival  digelar selama dua hari sejak Jumat hingga Sabtu, 5-6 Juli 2024 yang dipusatkan di Desa Getas, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora.

Bupati Blora Arief Rohman menyebut ada sejumlah pertunjukan kesenian tradisional yang ditampilkan di tepi Sungai Bengawan Solo, yakni kesenian Sandur (Sanduran) yang tampil pada pembukaan.

“Sandur adalah jenis kesenian teater tradisional yang populer di Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban. Tampilannya, berbentuk drama tari dengan mengambil cerita lokal,” jelasnya.

Selain menampilkan kesenian Sandur, Tari  Bondan dari Blora juga ditampilkan di acara yang melibatkan lima desa baik dari Blora maupun Bojonegoro. Lima desa yang terlibat merupakan desa pinggiran dan identik akan kejayaan Bengawan Solo masa lalu. Dari Blora  yakni Desa Getas, Ngloram dan Desa Jipang (Blora), sementara dari Bojonegoro yaki Desa Payaman dan Tebon.

Ketua Panitia Festival Candra Benawa Getas Sampurno mengungkapkan, di lima titik desa antarprovinsi yang terlibat terdapat situs di dalamnya. Antara lain, Situs Sunan Ngudung di Ngloram, Situs Abu Umar di Payaman, Situs Kramat Songo di Jipang, Situs Mbah Jimat di Tebo dan Situs Kramatnongko di Desa Getas.

Di lokasi itu  dilaksanakan doa selametan dan proses ngepung ambeng yang kemudian disatukan di Desa Getas. 

“Doa selametan (syukuran) dengan ambeng dilakukan di lima titik paling keramat yang ada di lima desa. Nyadran Akbar Sekar Benawa ini ingin menunjukan kembali kejayaan Peradaban Bengawan dan kedamaian masa silam di lima wilayah tersebut,” jelas Sampurno.

Ada sejumlah acara yang digelar di Candra Benawa Getas, diantaranya  Nyadran Akbar Sekar Benawa, Pasar Kambang Bengawan Sore dan Festival Benawasasra. Semua acara tersebut berorientasi pada pengembangan potensi budaya lokal masyarakat setempat. 

Dikemukakan, tujuan utama Festival Candra Benawa Getas, untuk mengajak masyarakat kembali menengok kondisi Bengawan, yang mungkin telah lama dilupakan. 

“Dengan kembali menengok Bengawan, akan muncul kepedulian untuk merawatnya. Dengan merawatnya, bermacam potensi positif Bengawan pun akan bermunculan, termasuk potensi wisata dan UMKM,” kata Sampurno. (MC Kab Blora/Teguh).

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC KAB BLORA
  • Senin, 18 November 2024 | 21:20 WIB
Kali Pertama, Blora Terima Penghargaan Daerah Tertib Ukur dari Kemendag
  • Oleh MC PROV GORONTALO
  • Senin, 18 November 2024 | 05:23 WIB
Penyandang Disabilitas Mengapresiasi Kegiatan Festival Maleo Gorontalo 2024
  • Oleh MC PROV GORONTALO
  • Minggu, 17 November 2024 | 06:12 WIB
Festival Maleo Diharapkan Jadi Penggerak Ekonomi di Provinsi Gorontalo