: Foto : Kincir angin sebagai PLTB di Desa Leran wetan. (yavid)
Oleh MC KAB TUBAN, Kamis, 25 Januari 2024 | 16:36 WIB - Redaktur: Juli - 59
Tuban, InfoPublik - Dipilihnya Desa Leranwetan, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban untuk uji coba lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) ternyata pula alasan tersendiri.
Menurut Ketua Tim Penelitian Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dari Polinema, Reza Dwi Alamsyah, pengalaman penelitiannya terkait pemilihan Kabupaten Tuban sebagai fokus utamanya karena pada waktu itu belum memiliki satu pun PLTB.
Ia menjelaskan, saat itu proses uji coba kincir angin dengan generator asinkron di Laboratorium Polinema tidak memberikan hasil yang diharapkan secara langsung. Hal ini menjadi bagian dari refleksinya terhadap tahapan awal penelitian PLTB di wilayah tersebut.
“Saat pertama kali diujicobakan, PLTB belum bisa menghidupkan mesin pompa, hanya bisa digunakan untuk pemakaian ringan, seperti lampu penerangan, merebus air dengan heater,” ujar Reza kepada reporter tubankab.go.id, Kamis (25/1/2024).
Sebelum Tuban terpilih sebagai lokasi proyek, Reza menambahkan, pihaknya telah melaksanakan studi kecepatan angin di tiga tempat berbeda, yaitu Tuban, Madura, dan Raja Ampat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Desa Leranwetan memiliki kestabilan kecepatan angin yang signifikan.
“Terpilihnya Desa Leranwetan selain karena potensi anginnya yang stabil, juga karena memiliki jarak yang lebih dekat dengan lokasi kampus,” ungkap pria asli Madiun itu.
Selain kecepatan angin yang relatif stabil dan jarak yang lebih dekat, Reza menuturkan, Tuban dipilih karena banyaknya jumlah petani garam di daerah tersebut.
Disampaikan, dengan adanya PLTB ini dapat memangkas biaya produksi para petani garam yang biasanya mengeluarkan biaya cukup lumayan untuk pengaliran air dari sumber ke lokasi jemur garam.
Ia menuturkan, saat masih berupa rancang bangun, dengan menggunakan baling-baling atau bilah sepanjang 3,7 meter pada kecepatan rata-rata angin 9,5 m/s menghasilkan daya sebesar 10 kilowatt.
“Pada percobaan lain, saat menggunakan bilah sepanjang 6 meter pada kecepatan rata-rata angin 8,5 m/s juga menghasilkan daya sebesar 10 kilowatt,” ujarnya.
Ketika ditanya perihal peningkatan fungsionalitas, Reza menjelaskan bahwa pada PLTB telah disiapkan sistem untuk tiga pasang. Namun, saat ini hanya satu pasang yang terpasang karena jumlah inverter yang dimiliki oleh tim penelitian terbatas dan menyesuaikan dengan MoU yang dilakukannya bersama PT PLN.
“Ketika uji coba pada sistem satu pasang berhasil, sangat memungkinkan untuk beralih ke sistem tiga pasang dan daya yang dihasilkan dapat dibagikan lagi kepada masyarakat sekitar,” pungkasnya. (yavid rahmat perwita/hei)