- Oleh MC KAB MUSI BANYUASIN
- Rabu, 30 Oktober 2024 | 20:29 WIB
:
Oleh MC KOTA TIDORE, Senin, 2 Oktober 2023 | 14:48 WIB - Redaktur: Yudi Rahmat - 142
Tidore, InfoPublik - Kesultanan Tidore, Maluku Utara meluncurkan (launching) Almanak Islamiyah (kalender Islam) 100 tahun hijriah.
Penyusunan kalender tersebut menyikapi adanya perbedaan pandangan umat muslim dalam penentuan hari besar Islam.
"Saat penetapan 1 Syawal 1444 Hijriyah lalu itu kan sempat terjadi perbedaan (pandangan) yang cukup tajam. Bahkan dalam kehidupan masyarakat umat Islam itu, penetapan 1 Syawal memiliki perbedaan," ujar Ketua Tim Penghitungan dan Penyusunan Kalender Islam 100 Tahun Kesultanan Tidore Ishak Naser diruang kerjanya, Minggu (1/10/2023).
Ishak menilai perbedaan dalam penetapan 1 Syawal atau 1 Ramadhan tidak dapat dianggap remeh dikarenakan dapat berimplikasi pada pelaksanaan rukun Islam.
"Karena ibadah puasa, salat, dan haji itu rukun. Sehingga penting untuk menetapkan penanggalan secara pasti. Jadi kalender yang kita buat ini dasarnya hisab berdasarkan metode-metode yang sudah diajarkan dulu dan dari naskah tua itu kita kumpulkan kemudian saya sampaikan ke pak sultan," ujarnya.
Ishak menyebut dalam setiap momentum Idul Fitri, sultan kerap mengeluarkan fatwa terkait penetapan waktu salat tanpa harus menunggu keputusan pemerintah. Hal itu dilakukan sesuai adat, tradisi dan masukan dari para bobato akhirat (struktur perangkat adat kesultanan yang mengurus perihal agama).
"Tetapi hal ini tidak berlangsung rutin, kadang-kadang kesultanan mengikuti pemerintah, kadang membuat keputusan sendiri," tambah Ishak.
Ishak menjelaskan penyusunan kalender Islam Kesultanan Tidore merujuk pada naskah kuno Kesultanan Tidero, Al-Falaq Al-Qamariyah. Kajiannya juga melibatkan tim ahli yang melibatkan 18 orang.
"Kita menggunakan motode hisab yang merujuk pada naskah tua Al-Fawaq Al-Qamariah. Tapi kemudian diikuti dengan rukyatul hilal, terutama 1 Ramadhan, itu harus memastikan melihat hilal. Apabila tidak terlihat baru kita menggunakan hisab."ujarnya.
Menurutnya, hisab ini adalah sebuah ikhtiar manakala situasi dan kondisi alam tidak memungkinkan untuk mengamati hilal, teknologi saja bisa keliru kan," tambah Ishak.
Ishak menjelaskan, penyusunan kalender Islam 100 tahun dimulai pada 1445 Hijriyah di mana sejak 5 Syawal tim mulai merancang untuk memastikan posisi 1 Muharram 1445 sebagai starting poin.
Hasilnya, setelah dirukyat dari penentuan 1 Dzulkaidah dan 1 Dzulhijjah 1444 Hijriyah hingga 1 Muharram 1445 Hijriah, tidak ada perbedaan.
"Ternyata tidak berbeda sama sekali dengan rancangan naskah yang merujuk pada naskah Al-Falaq Al-Qamariyah milik kesultanan Tidore, tidak ada perbedaan sama sekali," tuturnya.
Menurut Ishak, kalender Islam 100 tahun sudah berlaku ribuan tahun lalu sejak Kesultanan Tidore berdiri sebagai kesultanan Islam. Karena peninggalan dari kesultanan, maka otomatis seluruh sultan menggunakannya sebagai rujukan.
"Karena dulu kan tidak pernah dibuatkan kalender, tapi tata cara penentuan itu yang ada. Jadi dulu orang hanya menetapkan kapan 1 Muharram, maka orang sudah bisa hitung," ujarnya.
Ishak mengaku persiapan penyusunan kalender mulai dihitung sejak 5 Syawal 1444 Hijriyah, dan baru berakhir di 1 Safar lalu diteliti kesesuaiannya dengan tanggal karena jika diproyeksikan ke Miladiyah atau Masehi hitungannya 100 tahun. Itu berarti 1 Syawal 1445 Hijriyah bertepatan dengan 19 Juli 2023.
"Nah, untuk 100 tahun Hijriyah ke depan berarti dia berakhir pada 29 Dzulhijjah 1544 Hijriyah, itu bertepatan dengan tanggal 29 Juni 2120 Miladiyah. Jadi menyandingkan antara tahun Hijriyah dengan Miladiyah itu yang memerlukan tingkat ketelitian dan tim sebanyak 18 orang yang bekerja itu mengamati dan meneliti berulang kali. Jadi 5 bulan baru rampung," tuturnya.
Kendati sudah memiliki kalender berbasis hisab, tapi menurut Ishak secara syar'i hukumnya adalah rukyatul hilal. Namun jika rukyatul hilal tidak terlihat, maka hisab yang dipakai sebagai patokan. Tapi Ishak mengaku yakin bahwa kalender Islam 100 tahun Kesultanan Tidore sudah teruji.
"Karena hisab itu terukur, tapi kalender ini sudah teruji ratusan tahun. Buktinya kita konfirmasi dari Dzulkaidah, Dzulhijjah sampai Muharram, proyeksi menurut kalender ini sama dengan rukyatul hilal, tidak bergeser sedikit pun. Jadi sebenarnya ini bukan hal yang baru, hanya mungkin secara formal dalam bentuk tertulis," ujarnya.
Bahkan lanjut Ishak, Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Maluku Utara merespons positif inisiatif Kesultanan Tidore merancang kalender Islam 100 tahun tersebut. Pihak Kanwil Kemenag bahkan menyediakan peralatan pendukung untuk proses penghitungan.
"Kemenag malah memberikan tim ahlinya, pak Dahlan Saidi mendampingi kita, dia melakukan perhitungan-perhitungan menurut ilmu astronomis modern dan dibantu dengan daya dukung peralatan seperti teleskop untuk bisa melihat posisi hilal, itu secara ilmu pengetahuan dan hasilnya cocok," imbuhnya.
Sementara itu, Sultan Tidore Husain Sjah mengaku awalnya tidak pernah memikirkan penyusunan kalender tersebut. Sebab menurutnya, tingkat kesulitan penyusunan kalender cukup tinggi.
"Awalnya saya tidak terpikirkan. Karena tentu tingkat kesulitan penyusunan kalender ini tinggi sekali, apalagi di generasi ini dan itu Ishak hafal di luar kepala. Allah SWT memberi anugerah dan rahmat kepadanya," ujarnya.
"Dia (Ishak) bilang kita harus tinggalkan legacy untuk genrasi ini, kita harus bikin kalender yang berlaku 100 tahun. Lembaran-lembaran itu sudah ada, ternyata diam-diam dia punya lembaran itu yang dia kumpulkan dari tetua dan nenek moyang. Akhirnya dia kumpul orang berkompeten, para imam-imam di Tidore ini," tambah Husain.
Husain berharap kalender Islam 100 tahun kesultanan Tidore menjadi rujukan. Tidak lupa Husain mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim yang terlibat dalam penyusunan kalender tersebut.
"Mudah-mudahan ini menjadi rujukan, saya ucapkan terima kasih atas jerih payah seluruh tim yang ikut membantu Ishak Naser. Torang (kami) ini kalau mau masuk ramadhan bertanya sana-sini, tapi dengan adanya kalender ini, Insya Allah bisa terjawab semua," imbuh Husain.
(kholis/MC Tidore)