:
Oleh MC KAB PROBOLINGGO, Selasa, 25 Juli 2023 | 10:21 WIB - Redaktur: Fajar Wahyu Hermawan - 61
ProbolinggoKab, InfoPublik – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) melakukan pencanangan makan telur di Gedung Islamic Center (GIC) Kota Kraksaan, Senin (24/7/2023).
Kegiatan yang dilakukan di sela-sela peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-30 ini ditandai dengan makan telur oleh Sekretaris Utama (Sestama) BKKBN RI Tavip Agus Rayanto, Wakil Bupati Probolinggo Drs HA Timbul Prihanjoko dan Forkopimda, Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur Maria Ernawati, Ketua TP PKK Kabupaten Probolinggo Hj Nunung Timbul Prihanjoko, Ketua Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Probolinggo Rita Erik Ugas Irwanto serta sejumlah pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo.
Wakil Bupati (Wabup) Probolinggo Drs HA Timbul Prihanjoko mengatakan makan telur ini merupakan bagian untuk memotiasi dan mengajak keluarga yang ada di Kabupaten Probolinggo untuk bisa makan makanan yang sehat.
“Melalui kegiatan ini harapannya pemerintah sudah memotivasi, tentunya kalau tidak didukung oleh seluruh keluarga maka tidak akan tercapai apa yang kita inginkan. Semua harus bergandengan tangan untuk mewujudkan impian kita bersama,” katanya.
Menurut Wabup Timbul, pemerintah dan berbagai pihak terus berupaya melakukan percepatan penurunan stunting, termasuk di Kabupaten Probolinggo. “Persoalan stunting ini mutlak memerlukan dukungan dan kerja sama semua pihak terkait baik di tingkat pemerintah, swasta maupun masyarakat,” terangnya.
Sementara Sekretaris Utama (Sestama) BKKBN RI Tavip Agus Rayanto mengungkapkan makan telur ini merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya stunting. Sebetulnya penyebab stunting itu ada penyebab langsung dan tidak langsung.
“Penyebab langsung itu salah satunya asupan makan. Sebab kekurangan protein hewani. Program makan telur atau yang sering kita sebut Bapak Asuh Anak Stunting yang wujudnya makan telur itu karena pemberian makanan tambahan yang dilakukan pemerintah itu turunnya terlambat. Padahal bulan Agustus sudah mau disurvey dan mau diukur lagi,” ujarnya.
Tavip menerangkan gerakan makan telur ini merupakan sebuah intervensi yang dilakukan melalui masyarakat untuk menutup jarak pemberian makanan tambahan yang dari sisi waktu terlambat agar kemudian memberikan pengaruh terhadap perbaikan gizi anak stunting. Sebab itu harus dilakukan terus menerus dalam kurun waku 6 bulan. “Jadi ini harapannya tidak hanya seremonial saja, tetapi yang lebih pokok harus dilakukan selama 6 bulan makan telur terus menerus,” pungkasnya. (MC Kab Probolinggo/wan/son)