Dinkes Lakukan Deteksi Dini Faktor Risiko PTM

:


Oleh MC KAB PROBOLINGGO, Senin, 10 Juli 2023 | 22:26 WIB - Redaktur: Fajar Wahyu Hermawan - 30


ProbolinggoKab, InfoPublik – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo melakukan deteksi dini faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Kraksaan, Senin (10/7/2023).

Kegiatan ini diikuti oleh 300 orang kelompok usia produktif usia 15-59 tahun Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Rutan Kelas IIB Kraksaan. Metode pelaksanaan deteksi dini faktor resiko PTM meliputi pemeriksaan tekanan darah, pengukuran berat badan dan tinggi badan, pengukuran lingkar perut dan pemeriksaan laboratorium sederhana.

Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo dr Shodiq Tjahjono melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Dewi Vironica mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM berbasis peran serta masyarakat secara terpadu, rutin dan periodic. “Selain itu untuk melakukan deteksi dini faktor risiko PTM, melakukan monitoring faktor risiko PTM serta terlaksananya tindak lanjut dini,” katanya.

Dewi menjelaskan saat ini PTM menjadi penyebab kematian utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia. Di mana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi di negara yang sedang berkembang (WHO, 2010).

“Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% (44 juta kematian). Kondisi ini timbul akibat perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada negara-negara berkembang,” jelasnya.

Menurut Dewi, pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada dirinya.

“Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menunjukan bahwa 69,6% dari kasus diabetes melitus dan 63,2% dari kasus hipertensi masih belum terdiagnosis. Keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi sulit, terjadi komplikasi bahkan berakibat kematian lebih dini,” terangnya.

Dewi menegaskan dalam kurun waktu tahun 1995 -2007, kematian akibat PTM mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit stroke 12,1 per 1000, penyakit jantung koroner 1,5%, gagal jantung 0,3%, diabetes melitus 6,9%, gagal ginjal 0,2%, kanker 1,4 per 1000, penyakit paru kronik obstruktif 3,7% dan cidera 8,2%.

“PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya, yaitu merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman beralkohol. Mencegah dan mengendalikan faktor risiko relatif lebih murah bila dibandingkan dengan biaya pengobatan PTM,” tegasnya.

Lebih lanjut Dewi menjelaskan pengendalian faktor risiko PTM merupakan upaya untuk mencegah agar tidak terjadi faktor risiko bagi yang belum memiliki faktor risiko, mengembalikan kondisi faktor risiko PTM menjadi normal kembali dan atau mencegah terjadinya PTM bagi yang mempunyai faktor risiko, selanjutnya bagi yang sudah menyandang PTM, pengendalian bertujuan untuk mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan kualitas hidup.

“Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko PTM dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi dini, monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya,” ujarnya.

Dewi menambahkan kegiatan ini disebut dengan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM. Posbindu PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu, rutin dan periodik. Kegiatan Posbindu PTM diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri masyarakat terhadap faktor risiko PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah.

“Sikap mawas diri ini ditunjukan dengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang lebih sehat dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya pada saat sakit, melainkan juga pada keadaan sehat. Dalam menyelenggarakan Posbindu PTM diperlukan suatu pedoman yang dapat menjadi panduan bagi penyelenggaraan kegiatan bagi para pemangku kepentingan serta pelaksana di lapangan,” pungkasnya. (MC Kab Probolinggo/wan/son)