Polres Temanggung Bakal Kembangkan Pemeriksaan Kondisi Psikologis Siswa SMP Pembakar Sekolah

:


Oleh MC KAB TEMANGGUNG, Sabtu, 1 Juli 2023 | 06:41 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 191


Temanggung, InfoPublik - Pihak Kepolisian Resort (Polres) Temanggung masih terus melakukan pengembangan terkait kasus pembakaran gedung SMP Negeri 2 Pringsurat. Lantaran pelaku masih di bawah umur, maka akan dilakukan pemeriksaan psikologis terhadap diri RSE (13), siswa kelas 7 sekolah tersebut.

Kapolres Temanggung AKBP Agus Puryadi mengatakan pihaknya akan melakukan pemeriksaan secara psikologis dalam waktu dekat terhadap RSE (13). Pasalnya, apa yang dilakukan remaja ini di luar batas kewajaran. Hal itu terutama mengingat pelaku ini masih tergolong anak-anak, akan tetapi telah memiliki pemikiran untuk membakar sekolahnya.

Sebagaimana diketahui, RSE nekat membakar gedung sekolahnya, karena jengkel, sebab menurut pengakuannya dalam setengah tahun terakhir sering di-bully oleh teman-temannya dan beberapa orang gurunya. Ia bahkan pernah dikeroyok oleh lima orang yang terdiri atas teman satu kelas dan kakak kelasnya.

Selain itu, ia mengaku kurang dihargai oleh guru sekolahnya, saat melaporkan pengeroyokan, namun tanggapan guru dirasa kurang memuaskan. Alasan lain, karena hasil prakaryanya tidak dihargai, bahkan tugas sekolahnya pernah disobek-sobek oleh seorang guru.

"Langkah selanjutnya, kami akan berkoordinasi dengan Biro Psikologi Polda Jawa Tengah, untuk mendalami status kejiwaan yang bersangkutan. Kalau dilihat dari latar belakang keluarganya orang baik. Ini murni dari rasa sakit hati yang berlebihan (akibat dibully dan tidak dihargai)," kata Kapolres, Jumat (30/6/2023).

Pemeriksaan psikologis kepada RSE dirasa sangat penting untuk memberikan dukungan psikososial, kemudian memberikan informasi kepada para petugas mengenai keadaan psikologis yang bersangkutan. Dalam hal ini juga diperlukan adanya penilaian klinis, bahkan nantinya bisa sampai pada pemberian kesaksian ahli, sampai evaluasi kepada RSE.

Kapolres menjelaskan, kuatnya rasa sakit hati dini dibuktikan dengan tindakan RSE yang kemudian membakar sekolahnya. Dijelaskannya, oleh perwira dengan dua melati di pundaknya ini apa yang dilakukan RSE bukan mencari perhatian orang tua, lebih pada persoalan di sekolah, yakni dengan teman dan gurunya.

Sebagaimana diketahui, RSE melakukan eksperimen selama dua minggu untuk membuat alat pembakar semacam bom molotov menggunakan botol bekas minuman kesehatan yang dikombinasikan dengan bahan bakar, gas, kertas HVS dan paku.

Dari analisis, jika dia tidak memiliki kecerdasan, mustahil seorang anak berusia belasan tahun bisa membuat molotov.

Bahkan, molotov hasil eksperimen RSE kinerjanya lebih praktis, dibanding molotov yang ada selama ini, yang mana harus dilempar baru meledak. Molotov buatan RSE cukup diletakkan sudah bisa meletup dan memiliki efek membakar.

Ayah RSE mengatakan dalam keseharian anaknya dirasa berperilaku biasa saja. Hanya saja dari pengamatannya memang memiliki ketertarikan kuat terhadap bidang seni budaya. Anaknya juga sering mengotak-atik ponsel menggunakan aplikasi tertentu untuk menggambar.

"Kalau di rumah biasa saja, tetapi dia punya ketertarikan kepada seni budaya, dan suka menggambar pakai HP diotak-atik begitu. Sebelum kejadian, dia itu kan malam minggunya baru ikut persami,pas selesai acara barangnya ada yang hilang, seperti kompor, mungkin ada kesal,"imbuhnya

Bullying atau perundungan sendiri adalah sebuah tindakan yang dilakukan dengan melukai secara fisik, verbal atau emosional atau psikologis. Perundungan bisa dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang merasa lebih kuat, kepada korban yang secara fisik atau pun mental dianggap lebih lemah.

Perundungan bisa dilakukan berulang-ulang untuk membuat korban menderita atau ketakutan dan tertekan secara mental maupun fisik.

Pada kasus RSE akibat di-bully membuatnya sakit hati lalu nekat melakukan pembakaran sekolah untuk melampiaskan dendamnya. (MC.TMG/ary;ekp)