:
Oleh MC KOTA JAMBI, Rabu, 21 Juni 2023 | 21:57 WIB - Redaktur: Fajar Wahyu Hermawan - 259
Jambi, InfoPublik - Wakil Wali Kota Jambi Dr. dr. H. Maulana, MKM pimpin kegiatan Rapat Diseminasi Audit Kasus Stunting Kota Jambi untuk semester 1 tahun 2023, bertempat di Aula Bappeda Kota Jambi (21/6). Hadir dalam kesempatan tersebut, Bapak Asuh Anak Stunting Kota Jambi, Letkol. Arm. Eko Pristiono, S.H., M.I.Pol. yang juga menjabat sebagai Komandan Kodim 0415 Jambi. Hadir pula perwakilan BKKBN Provinsi Jambi, Polresta Jambi, BPOM, BPS Kota Jambi, Tim Pakar Penanganan Stunting Kota Jambi, OPD Pemkot Jambi, Camat dan Lurah se-Kota Jambi.
Acara tersebut dirangkai dengan penyerahan secara simbolis bantuan makanan tambahan bagi balita untuk pencegahan kasus stunting dan penandatanganan komitmen bebas kepentingan audit kasus stunting bagi stakeholder di Kota Jambi.
"Stunting" dalam Bahasa Indonesia berarti kerdil atau tengkes adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar. Masalah stunting menjadi isu hangat di Indonesia saat ini dan mendapat perhatian khusus dari Presiden Jokowi. Sangat beralasan karena, masa depan penerus Indonesia mendatang, sangat ditentukan oleh kualitas kesehatan anak dan balita saat ini.
Dandim 0415 Jambi, Letkol. Arm. Eko Pristiono ungkapkan bahwa seluruh jajaran TNI Angkatan Darat, mulai dari Kasad hingga prajurit, dituntut intens dan peduli untuk serius dalam upaya penanganan stunting diseluruh wilayah Indonesia.
"Selaku komando kewilayahan, memiliki tugas untuk hadir ditengah masyarakat, membantu masalah masyarakat termasuk dalam upaya pengentasan masalah stunting. Masalah ini harus kita tekan dan Kota Jambi harus bebas dari stunting," ujar lulusan Akmil tahun 2001 tersebut.
Selanjutnya, seluruh jajaran dari Kasad hingga babinsa, dituntut untuk memiliki anak asuh stunting, agar upaya penangulangan kasus stunting dapat berjalan lebih cepat.
"Angkatan Darat memiliki banyak program unggulan, Babinsa masuk dapur untuk membantu pemenuhan gizi warga. Babinsa membantu pendataan stunting, dan terlibat dalam berbagai kegiatan sosial, bekerjasama dengan puskemsas untuk mengunjungi, edukasi, dan pelatihan keluarga stunting dari rumah kerumah. Kita harus bekerja bersama. Mohon dukungan seluruh masyarakat," bebernya.
Senada dengan Dandim 0415 Jambi, Wakil Wali Kota Jambi dr. Maulana, ungkapkan bahwa upaya penanganan kasus stunting adalah tugas mulia, karena berperan penting dalam menjaga kualitas sumber daya manusia untuk masa depan Indonesia.
"Indonesia saat ini mengalami bonus demografi, dimana usia produktif 16 sampai 64 tahun, saat ini totalnya 70% dari populasi penduduk. Seiring waktu, angka ini akan terus berkurang hingga pada puncaknya mencapai 30%. Usia lansia akan lebih banyak. Bayangkan jika 30% puncak usia produktif ini banyak mengalami kondisi stunting. Tidak bisa dibayangkan bagaimana kondisi Indonesia dimasa itu," jelas Maulana.
Ungkap Maulana, saat ini angka stunting Kota Jambi mencapai 14%, menurun dibanding tahun sebelumnya sebesar 17,4. Namun Tim Percepatan Penanganan Stunting Kota Jambi akan terus melakukan upaya intervensi terhadap kasus yang muncul.
"Ada sekitar 804 anak yang terus dimonitoring dan dideteksi dini. Jika terindikasi stunting harus segera diintervensi. Solusinya salah satu adalah dengan gerakan anak asuh stunting. Jangan ditunda, harus segera diintervensi. Semua masyarakat harus terlibat, karena dampaknya nyata. Selamatkan anak kita sedari dini agar masa depan bangsa ini berkualitas," tegas Wakil Wali Kota Jambi itu.
Pemkot Jambi jelas maulana telah menyerahkan alat ukur tinggi dan berat badan keseluruh puskesmas di Kota Jambi, untuk pemeriksaan secara rutin balita setiap bulan. Tujuannya adalah untuk memonitor dan memantau anak kasus stunting. Jika ditemukan, akan segera dicarikan orang tua asuh bagi anak tersebut. Dari hasil pendataan Tim Percepatan Penanganan Stunting Kota Jambi terhadap masyarakat dengan kategori miskin ekstrem, setelah dilakukan "overlay data" dengan data stunting, didapati sebesar 30% masyarakat miskin ekstrem balitanya mengalami stunting.
"Artinya kemiskinan memiliki andil besar menyebabkan stunting. Bagi kita 2 telur sehari tidak berharga, namun bagi masyarakat yang sangat membutuhkan, ini sangat membantu. Kami akan terus mengajak masyarakat maupun dunia usaha untuk peduli dan bergerak bersama kami mengatasi permasalahan ini," pungkas Maulana. (Hendra/Abu Bakar)