:
Oleh MC KAB PEMALANG, Senin, 31 Oktober 2022 | 16:35 WIB - Redaktur: Tobari - 179
Pemalang, InfoPublik - Pertunjukan teater dengan judul" Chairil Anwar" oleh Sanggar Seni Salaka di salah satu Kedai Coffe Desa Rowosari Kecamatan Comal, cukup menyita perhatian penonton, Minggu (30/10/2022).
Pertunjukan seni teater dengan setting era tahun 1940 an itu digelar untuk memperingati hari sumpah pemuda dan bulan bahasa, kemarin.
Sang Sutradara pementasan teater "Chairil Anwar" Rasdani Samin mengatakan, pertunjukan tersebut digelar untuk memperingati hari sumpah pemuda dan bulan bahasa.
Berkaitan dengan bulan bahasa, pihaknya mengaggap perlu untuk mementaskan karya seni yang berkaitan dengan bahasa.
"Banyak dari kita yang sudah mengenal karya-karya Chairil Anwar, namun hanya sedikit yang mengenal kehidupannya," tuturnya.
Karena alasan itu, pada peringatan hari sumpah pemuda dan bulan bahasa tahun 2022, Sanggar Seni Saloka mencoba mengangkat kehidupan penyair Chaeril Anwar dengan segala pernak - perniknya.
Dani mengungkapkan, Chairil Anwar merupakan salah satu tokoh besar, pahlawan di bidang sastra yang kurang dikenal. Kurang dikenalnya sosok sang pujangga tersebut karena kurangnya pemahaman terhadap tokoh sastra.
"Saya berharap, dengan sedikit mengetahui latar belakang hidupnya, kita dapat mengetahui bagaimana karya-karya itu dilahirkan", harapnya.
Cerita Chairil Anwar yang diangkatnya dalam bentuk pementasan, kata Dani hanyalah berupa penggalan cerita kehidupan Chairil Anwar, dari naskah yang ditulis oleh Agus Noor.
Sementara itu, Pemeran tokoh Chaeril Anwar, Riyan Rahadiyan mengaku berat memerankan tokoh tersebut karena harus banyak mencari referensinya. Memperankan tokoh tersebut kata Ryan, tidak seperti memerankan tokoh fiktif.
"Kesulitan saya dalam memerankan Chairil Anwar ini karena tidak ada dokumentasinya seperti video, kemudian gesturnya seperti apa, vokal atau cara berbicara dia seperti apa," ujarnya.
Untuk mengahadapi tantangan itu, Ia kemudian berupaya untuk melihat tokoh yang satu angkatanya Chairil Anwar ketika membaca puisi.
"Pembacaan puisi pada saat zaman itu seperti apa, akhirnya saya mencoba menerapkan membaca puisi seperti dizaman itu," terang Ryan.
Menurut Ryan, yang paling menarik dari seorang Chairil Anwar adalah idealisnya dalam berkesenian. Ryan menjelaskan, yang ada dalam pikiran dia adalah karya.
"Karya itu adalah hidup ketika saya berhenti berkarya maka saya tidak lagi hidup dan prinsip itu yang membuatnya tertarik pada sang sastrawan Chairil Anwar," ujarnya.
Selain karena refrensi, tantangan berat lainnya adalah ketika harus menemukan chemistry dengan lawan mainnya yakni Hanna Nurhaliza pemeran Hapsah dalam lakon Chairil Anwar. Karena Hanna kata Ryan sudah lama vakum bermain teater.
Namun seiring berjalannya waktu dan terus menerus melakukan latihan, akhirnya secara perlahan keduanya menemukan chemistry-nya.
Selain dapat memberikan sebuah edukasi secara pesikologi tentang nilai -nilai kehidupan, Pementasan teater Chairil Anwar seperti diharapkan Ryan, dapat menjadi stimulasi semangat bagi teman - temannya untuk mengetahui tentang teater sehingga mereka tidak awan terhadap seni tersebut.
"Efeknya bisa melahirkan para seniman, regenerasi yang akhirnya mencintai teater," kata Ryan. (Pemalang/toeb)