:
Oleh MC KAB JAYAPURA, Selasa, 25 Oktober 2022 | 08:51 WIB - Redaktur: Kusnadi - 153
Sentani, InfoPublik - Ketua Panitia Kongres Masyarakat Adat Nusantara VI, Mathius Awoitauw mengatakan masyarakat adat bersatu, berdaulat dan mandiri. Ini merupakan semangat kita bersama, sebagai masyarakat adat yang terus akan memperjuangkan hak-hak masyarakat adat. Hal ini ditegaskannya dalam sambutannya pada pembukaan KMAN VI di Stadion Barnabas Youwe, Senin, (24/10/2022) di Sentani, Jayapura.
Dikatakan, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) memiliki kekayaan alam yang luar biasa. untuk itu, masyarakat adat khususnya di Tanah Papua, merupakan bagian integral dari amanat Undang-Undang Otonomi Khusus. Sebagai misal, di Kabupaten Jayapura melalui perjuangan panjang, hingga akhirnya bisa mendapatkan 14 kampung adat, dan masih ada 38 kampung yang tidak lama lagi akan dikukuhkan menjadi kampung adat.
Dengan demikian, Kabupaten Jayapura telah membuktikan keabsahan wilayah adatnya melalui Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2021 tentang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Hukum Adat.
Untuk itu, kata Awoitauw yang adalah Bupati Jayapura itu, bahwa bukan sekedar pengakuan. Tetapi, ada kantor yang bertugas mengurus hak-hak ulayat dan hal-hal yang berkaitan dengan wilayah adat dan berada di Kantor Bupati Jayapura.
Menurut Mathius Awoitauw, pekerjaan besar harus terus diperjuangkan hingga mendapatkan pengakuan dan itu membutuhkan waktu yang lama.
Momen hari ini (Senin, 24 Oktober) merupakan peringatan, Sembilan tahun kebangkitan masyarakat adat di Kabupaten Jayapura. “ Ini bertanda, kami masih ada” tegasnya.
Diakui bahwa semangat masyarakat adat tidak pernah pudar. “Perjuangan bersama, tak ada perbedaan suku, agama, ras, tetapi dalam masyarakat adat, kita satu.” Kata dia.
Sementara itu, Gubernur Papua, yang diwakili Asisten III Bidang Umum Setda Provinsi Papua, Y Derek Hegemur dalam sambutannya mengapresiasi KMAN VI yang boleh berlangsung di Jayapura, Papua.
Hegemur menilai,” Papua memiliki tujuh wilayah adat. Maka harus tetap memelihara nilai-nilai adat, budaya yang telah ada di masyarkat adat itu sendiri. “Kita harus tetap pelihara. Khususnya di Papua, dengan adanya UU Otonomi Khusus(Otsus) Papua”, tegasnya.
Mesti terus didorong melalui Perdasus (regulasi) yang kemudian ditetapkan menjadi kampung-kampung berbasis adat. Semua itu, demi keutuhan manusia, tanah dan hutan di Papua.
Sekadar diketahui bahwa pembukaan KMAN ke-vi dihadiri lebih dari 2.449 Komunitas Masyarakat Adat se-Nusantara. KMAN kali ini bertema,”Bersama pulihkan kedaulatan Masyarakat Adat Untuk Menjaga Indentitas Kebangsaan Indonesia yang beragam dan Tangguh Menghadapi Krisis.” Pembukaan KMAN berlangsung di Stadion Barnabas Youwe (SBY), Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua.
Suasana siang itu, setelah dilakukan parade bersama Masyarakat Adat Nusantara. Satu-persatu mulai memasuki tribun utama bagian barat. Antusias dan semangat itu terlihat dari penampilan peserta yang mengenakan pakaian adat setiap komunitas adatnya.
KMAN tidak hanya dihadiri masyarakat adat Nusantara. Namun, dihadiri tamu undangan dari luar Indonesia, diantarnaya, masyarakat adat Malaysia, Nepal, Kamboja, Philipina, Amerika ( wilayah Amazon) dan masyarakat adat Se-Asia. Perwakilan DPR-RI, Dirjen Kebudayaan, Komnas HAM dan lainnya.
Sementara itu, Sekjen AMAN, Rukka Sombolinggi berpandangan, keutuhan masyarakat adat ditentukan oleh wilayah adat kita. Tak jarang, masyarakat adat mengalami tantangan yang luar biasa dalam menghadapi berbagai perubahan di berbagai sektor.
“Kita sering dijadikan objek eksploitasi demi kepentingan pembangunan oleh negara. Tetapi, kita tetap ada sebagai orang adat dan ada.”
Dikatakan, saat ini, masyarakat adat telah memiliki luasan wilayah adat yang telah terpetakan mencapai lebih dari 20 juta haktare. (MC Kab. Jayapura)